KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMADIYAH: SISTEMATISASI DAN INTERPRETASI BERDASARKAN PERSPEKTIF LMU PENDIDIKAN

DJA'FAR SIDDIK , NIM. 86063 / S3 (1997) KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMADIYAH: SISTEMATISASI DAN INTERPRETASI BERDASARKAN PERSPEKTIF LMU PENDIDIKAN. ["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined] thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMADIYAH: SISTEMATISASI DAN INTERPRETASI BERDASARKAN PERSPEKTIF LMU PENDIDIKAN)
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (5MB) | Preview
[img] Text (KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMADIYAH: SISTEMATISASI DAN INTERPRETASI BERDASARKAN PERSPEKTIF LMU PENDIDIKAN)
BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (18MB)

Abstract

Penelitian ini berusaha menguak konsep pendidikan Islam Muhammadiyah melalui sistematisasi dan interpretasi berdasarkan perspektif ilmu pendidikan terhadap sejumlah ide, pemikiran dan gagasan Muhammadiyah mengenai pendidikan khususnya mengenai subyek didik dan pendidik; tujuan dan arah pendidikan; dasar-dasar pendidikan; kurikulum; dan proses pembelajaran. Dengan pendekatan rasionalistik dan teknik analisis kualitatif-interpretatif, seluruh data yang diperoleh dari berbagai dokumen, diolah dengan acuan berfikir partikularistik-tematik-sistematik, genetik-evolusioner dan interpretasi internal, agar konsep pendidikan Islam Muhammadiyah dapat ditampilkan, yang diharapkan untuk memperkaya khazanah pemikiran pendidikan Islam. Hakikat subyek didik dalam pendidikan sering mempersoalkan faktor dasar dan ajar, apakah subyek didik itu memiliki sifat dasar yang baik, buruk atau netral; serta bagaimana kaitannya dengan pengaruh eksternal, apakah aktif, pasif atau interaktif. Teori empirisme mengatakan netral-pasif, nativisme mengatakan baik/buruk-aktif, konvergensi mengatakan baik/ buruk-interaktif, Theistic Mental Discipline mengatakan buruk-aktif dan naturalisrne pendidikan mengatakan baik-aktif. Akan halnya Muhammadiyah, sesuai dengan pandangannya mengenai fitrah manusia yang sejak awal kejadiannya telah dibekali Allah dengan bakat-bakat dan sifat dasar yang cenderung pada kebaikan dan kebenaran dan berpotensi untuk berkernbang aktif pada satu sisi; dan mengakui pula adanya kekuatan eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan tersebut pada sisi yang lain, maka hakikat subyek didik dalarn konsep pendidikan Muhammadiyah dapat dikatakan bersifat baik-interaktif (good interactive). Oleh karena itu pendidikan menjadi lebih fungsional untuk mengembangkan kepribadian dan bakat-bakat yang dimiliki subyek didik secara optimal. Mengenai hakikat guru sebagai pendidik dikonsepsikan sebagai pengemban amanat khilafah, yang mengemban tugas sebagai imamah dan teladan keutamaan dalam mengupayakan terwujudnya cita-cita dan tujuan pendidikan Islam. Karena itu fungsi dan peranan guru dikonsepsikan sebagai pengemban amanat risalah Islamiyah; pembina akhlak; dan pembimbing dan penyuluh, sebagai konkritisasi fungsi dan peranannya sebagai pendidik yang berkepribadian muslim serta profesional dalam bertugas. Kompetensi kepribadian pendidik dijabarkan ke dalam sembilan sifat, yaitu: menjalankan perintah Tuhan; berjiwa pengabdian; ikhlas beramal; memusatkan sesuatu hanya kepada Allah; aktif beribadah; yakin dan teguh pada kelurusan dan kebenaran Islam; bertanggung jawab; cinta profesi; dan kasih sayang. Sedangkan kompetensi profesionalnya terdiri atas: keserasian penampilan yang menyatu dengan kepribadiannya; menguasai bahan; mampu merencanakan program; tepat menerapkan metode; tepat menggunakan media; mampu mengelola kelas; mampu melaksanakan evaluasi; dan mampu melaksanakan bimbingan. Dengan kompetensi tersebut seorang pendidik akan dapat menginternalisasikan nilai-nilai keutamaan yang terkandung dalam berbagai mata pelajaran, sehingga pendidik dapat berperan sebagai pemelihara matan ajaran Islam dan sekaligus sebagai pembaharu ilmu pengetahuan dan teknologi agar berkembang secara berkelanjutan. Khusus mengenai tujuan pendidikan Muhammadiyah yang telah empat kali dirumuskan (1936, 1955, 1971 dan 1985) dengan redaksi yang beragam, namun tetap memperlihatkan konsistensinya, terutama dalam dua hal. Pertama, tetap mengupayakan terwujudnya manusia muslim yang beriman, berilrnu dan beramal. Kedua, memadukan setiap aspek pendidikan (individual dan sosial) dalam satu rentangan dengan pendidikan keagamaan. Bahkan dalam rumusan terakhir tahun 1985 memasukkan aspek pendidikan beralam lingkungan ke dalamnya. Oleh karena itu, pendidikan diarahkan untuk mengaktualkan kualitas kemampuan subyek didik sebagai manusia muslim yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk lingkungan alam yang merupakan kebulatan kepribadian seorang muslim yang berfungsi sebagai hamba Allah dan berperan sebagai khalifah-Nya. Dasar-dasar pendidikan Muhammadiyah yang dirumuskan tahun 1962 dan diperbaharui kembali tahun 1971 ditegakkan di atas lima prinsip dasar, yaitu: tajdid, kemasyarakatan, aktivitas, kreativitas dan optimisme. Dasar tajdid mengkonsepsikan pendidikan sebagai sarana yang mewadahi pemurnian ajaran Islam dan pengembangan ilmu pengetahuan; kemasyarakatan mengkonsepsikan sifat penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat banyak; aktivitas mengkonsepsikan pendidikan sebagai wadah yang memprasaranai terwujudnya manusia amaliah yang produktif; kreativitas mengkonsepsikan pendidikan tetap berusaha menumbuhkan kreativitas subyek didik yang didasarkan pada iman dan kesalehan; dan optimisme merupakan sikap dan keyakinan Muhammadiyah bahwa kegiatan pendidikan yang dilaksanakannya merupakan amal usaha yang mendapat perlindungan dan rida Tuhan. Dalam hal kurikulum, Muhammadiyah menggunakan kurikulum pemerintah dengan memperbanyak alokasi waktu mata pelajaran Agama (al-Islam) dan ditambah matapelajaran Kemuhammadiyahan sebagai bagian pendidikan al-Islam. Pengorganisasian kurikulumnya mengacu pada pola kurikulum inti. Karena itu, matapelajaran agama (al-Islam) dan Kemuhammadiyahan ditempatkan sebagai program inti yang menjiwai seluruh mata pelajaran yang disajikan, sehingga penyajiannya dilakukan secara eksplisit dan implisit, agar setiap mata pelajaran tetap bersentuhan dengan nilai-nilai Islam. Memperhatikan praktek pembelajaran yang dilakukan Ahmad Dahlan berikut berbagai pernyataan yang dijumpai dalam pendidikan Muhammadiyah, bisa dikatakan bahwa proses pembelajarannya lebih terpusat pada nilai (value centered), sehingga proses belajar-mengajar tidak hanya didominasi pendidik seperti terdapat pada proses pembelajaran teacher centered dan tidak pula oleh subyek didik sebagai dintrodusir konsep student centered. Pendidik dan subyek didik dalam hal ini, memiliki keaktifan dan kedaulatan yang berimbang dalam hubungan kerja sama untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari nilai-nilai kebaikan dan kebenaran Islam. Kegiatan belajar dikonsepsikan sebagai proses belajar aktif yang timbul atas kesadaran subyek didik sebagai perwujudan keaktifan dan kedaulatannya. Guru berusaha melibatkan seluruh aktivitas mental subyek didik untuk menciptakan kondisi belajar aktif agar keinginan dan kegiatan belajar dengan suka rela termotivasi dengan niat yang tulus tanpa merasa dibebani. Karena itu, kewibawaan dan keteladan guru merupakan alat yang tak tergantikan oleh media mana pun dalam mewujudkan suasana belajar yang demikian.

Item Type: Thesis (["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined])
Additional Information: Promotor : Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat
Uncontrolled Keywords: Pendidikan, Pendidikan Islam, Muhammadiyah
Subjects: Pendidikan Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: H. Zaenal Arifin, S.Sos.I., S.IPI.
Date Deposited: 07 Nov 2014 07:44
Last Modified: 07 Apr 2015 11:09
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14427

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum