KONSEP ILMU PENGETAHUAN DALAM AL-QUR’AN (Pendekatan Tafsir Tematik)

Drs. IMAM SYAFI’IE, M.A, NIM. 87088 / S3 (1998) KONSEP ILMU PENGETAHUAN DALAM AL-QUR’AN (Pendekatan Tafsir Tematik). ["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined] thesis, Pasca Sarjana.

[img]
Preview
Text (KONSEP ILMU PENGETAHUAN DALAM AL-QUR’AN (Pendekatan Tafsir Tematik))
BAB 1 DAN PENUTUP.pdf - Published Version

Download (5MB) | Preview
[img] Text (KONSEP ILMU PENGETAHUAN DALAM AL-QUR’AN (Pendekatan Tafsir Tematik))
BAB II,III,IV.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only until 19 September 1998.

Download (10MB)

Abstract

Perkembangan ilmu pengetahuan begitu pesat yang semula hanya berakar dari satu sumber yaitu filsafat, berkat pemikiran manusia yang terus menerus tentang alam , perkembangan ilmu pengetahuan menjadi beragam, yang masing-masing ilmu ingin melepaskan dan membebaskan diri dari induknya. Ditengah hutan persepsi manusia tentang apakah ilmu, benturan-benturan yang dialami oleh ilmuwan dalam menempatkan posisisnya, muncullah filsafat yang sudah mulai ditinggalkan itu dengan wajah baru, yaitu filsafat ilmu untuk menjelaskan makna dari konsep-konsep ilmiah. Untuk memahami pengetahuan setidak-tidaknya harus memahami tiang-tiang penyangga yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Pada dasarnya keberadaan ilmu pengetahuan adalah untuk kepentingan manusia terutama dalam memperbaiki hidupnya meningkatkan serta mencapai kebahagiaan dan ketenangan hidupnya. Namun dalam usaha untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dapat dipertanggungjawabkan secara etis, penelitian ilmiah harus ditempuh oleh para ilmuwan dengan tidak meninggalkan moral dan agama yang harus mendasari dalam kegiatannya. Asas moral yang terkandung dalam kegiatan keIlmuwan merupakan sumbangan pasif, baik bagi pembentukan manusia perorangan maupun pembentukan karakter bangsa. Ciri khas dunia modern ialah adanya hubungan timbal balik positif antara ilmu pengetahuan dengan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan mempercepat kemajuan teknologi dan demikian pula sebaliknya. Sebagai akibatnya kedua institusi itu berkembang dan tumbuh lebih cepat dari institusi-institusi sosial lainnya, sehingga sering terjadi kesenjangan budaya yang juga diikuti oleh sejumlah ketegangan-ketegangan sosial dan psikologis. Kesenjangan dan ketegangan itu disatu sisi karena keterlambatan manusia dalam mengantisipasi Perkembangan ilmu pengetahuan dan disisi lain karena keterlambatan manusia dalam menghadapi tantangan serta tuntutan yang dibawa oleh kemajuan teknologi. Satu hal yang sulit dibantah ialah kenyataan sejarah yang menunjukkan bahwa perkembangan ilmupengetahuan modern yang dikenal sekarang ini bermula pada pengembangan metode mpiris oleh para Ilmuwan Muslim dikala eropa sedang dirundung kegelapan peradaban di abad pertengahan. Tentu saja Ilmuwan Muslim mendasarkan setiap kegiatannya pada ajaran islam yang bersumber pada al-Qur’an dan sejarah hidup Nabi Muhammad SAW. Setidaknya, ada dua sumber rujukan pokok ajaran islam yang selalu dijadikan refrensi utama oleh para pemeluk agama Islam, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist, jika mereka hendak memecahkan masalah kehidupan , baik menyangkut persoalan sosial, politik, ekonomi, budaya, lingkungan maupun yang menyangkut persoalan keagamaan umumnya. Tentu saja disini termasuk persoalan –persoalan yang menyangkut ilmu pengetahuan. Al-Qur’an Al-Karim dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat manusia , dapat disimpulkan mengandung tiga hal pokok, yaitu : tujuan, yang meliputi akidah atau kepercayaan , budi pekerti dan hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan, sesama dirinya dan alam sekitarnya. Yang kedua ialah cara, yakni menganjurkan manusia untuk memperhatikan alam, menceritakan peristiwa sejarah untuk memetik pelajaran, membangkitkan rasa yang terpendam dalam jiwa dan janji serta ancaman baik didusnia maupun di akhirat dengan surga dan neraka. Adapun yang ketiga ialah pembuktian, yakni untuk membuktikan apa yang disampaikan oleh al-Qur’an, ditemukannya mukjizat al-Qur’an seperti yang pada garis besarnya dapat terlihat dalam tiga hal, yaitu (1) susunan redaksi mencapai puncak tertinggi dari sastra arab; (2)ilmu pengetahuan dario berbagai disiplin yang diisyaratkan dan (3) ramalan-ramalan yang diungkapkan, yang sebagian telah terbukti kebenarannya. Di dalam al-Qur’an, ada lebih dari 750 ayat yang menunjukkan kepada fenomena alam, dan manusia diminta untuk memeikirkannya agar dapat mengenal Tuhan lewat tanda-tanda kekuasaan-Nya. Lebih dari itu al-Qur’an menggunakan kata ‘ilm dalam berbagai bentuk dan artinya sebanyak 854 kali. Antara lain sebagai “proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. Untuk itu dirasa sangat perlu perubahan metode pengkajian sumber-sumber keislaman terutama al-Qur’an untuk menghadapi kecenderungan-kecenderungan modern dibidang ilmu pengetahuan, filsafat dan kebudayaan baru. Menjadi tugas cerdik cendekiawan dan sarjana Muslim untuk mengambil langkah-langkah yang perlu untuk menghentikan kesalahan konsep dan eksploitasi atas gagasan kebebasan dan kebudayaan barat. Untuk memenuhi tuntutan ini diperlukan metode penafsiran al-Qur’an yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern. Dari kenyataan tersebut, dirasa sangat mendesak bagi cendekiawan Muslim untuk segera mencari alternatif dalam memahami al-Qur’an untuk memcahkan masalah-masalah kehidupan. Diantara masalah-masalah kehidupan yang tidak pernah habis untuk dibahas adalah masalah ilmu pengetahuan. Dengan demikian semakin nampak pentingnya penelitian tentang konsep ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan tematik. Masalah pokok yang dibahas dalam tulisan ini adalah; apa hakekat ilmu pengetahuan, bagaimana peranan Al-Qur’an dalam pengembangan ilmu pengetahuan, serta bagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap tujuan dan penggunaan ilmu pengetahuan. Berangkat permasalahan yang diajukan, pengumpulan data serta analisis yang dilakukan, maka suatu kesimpulan dapat dikemukakan bahwa; hakekal ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an adalah rangkaian aktifitas manusia dengan prosedur ilmiah baik melalui pengamatan, penalaran maupun intuisi sehingga menghasilkan pengetahuan yang sistematis mengenai alam seisinya serta mengandung nilai-nilai logika, etika, estetika, hikma, rahmah dan petunjuk bagi kehidupan manusia baik didunia maupun di kemudian hari. Al- Qur’an banyak mengandung nilai-nilai empirik serta isyarat yang diberikan kepada manusia untuk memperlajari, memahami, mengembangkan ilmu pengetahuan baik melalui ayat-ayat yang tertulis yaitu al-Qur’an maupun ayat-ayat yang terbentang luas disemesta beserta isinya. Dugaan bahwa Al-Qur’an merupakan penghambat perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan adalah tidak benar ; dari hasil temuan diberbagai ayat, tidak satupun yang melarang mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan sebaliknya, al-Qur’an selalu mendorong, sampai-sampai “menantang” kepada manusia untuk mempelajari seluruh alam semesta termasuk rahasia dibalik alam fisik. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-Qur’an sangat menekankan peranan pengamatan dan penalaran, demikian juga wahyu dan ilham mempunyai peranan yang sangat besar terutama dalam mengungkap, memahami dan mngembangkan rahasia dibalik alam fisik. Bagaimanapun juga ilmu pengetahuan harus digunakan dan memiliki tujuan. Tujuan ilmu pengetahuan yang semula untuk kesejahteraan, ketenangan dan ketentraman, telah berubah dan cenderung pada perusakan alam bahkan padan pemusnahan manusia, hal ini karena tidak dilandasi oleh nilai-nilai etik moral dan agama sebagai landasan bagi Ilmuwan. Ini semua sangat bertentangan dengan anjuran bahkan perintah Allah SWT melalui al-Qur’an untuk memakmurkan alam dan semua isinya. Dengan kata lain penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagaimanapun tidak dapat bebas dari nilai. Atas dasar kenyataan tersebut diatas, maka dibawah ini disampaikan beberapa saran; Sudah saatnya para Ilmuwan menyadari sepenuhnya bahwa betapapun hebatnya manusia sehingga dapat menguasai alam ini, pada hakekatnya tetap adalah mahluk yang lemah dan penuh keterbatasan, untuk itu dengan kemajuan yang diperoleh hendaknya tidak untuk menyombongkan diri serta menjauhi Sang Maha Pencipta Seluruh Alam. Dengan realitas yang ada bahwa, Al-Qur’an bukanlah penghambat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan Al-Qur’an sebagai nara sumber yang dijadikan landasan berfikir oleh ilmuwan Muslim pada masa lalu. Hendaknya mendapat perhatian yang serius untuk dikaji kembali bukan hanya ayat yang tersurat, melainkan lebih menekankan pada ayat yang tersirat berupa fenomena alam dan isinya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya, dan pengkajian al-Qur’an pada khususnya, oleh karena itu bagi para ilmuwan lain dapat mengembangkan sesuai disiplin Ilmu yang ditekuninya.

Item Type: Thesis (["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined])
Uncontrolled Keywords: Kata kunci : konsep ilmu, pengetahuan, tematik, ilmuwan
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 07 Nov 2014 16:15
Last Modified: 12 Dec 2023 09:45
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14437

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum