FILSAFAT MULLA SADRA (PEMBAHASAN TENTANG WUJUD DALAM PERSPEKTIF AL-HIKMAH AL-MUTA’ALIYAH

SYAIFAN NUR , NIM:89121 (2001) FILSAFAT MULLA SADRA (PEMBAHASAN TENTANG WUJUD DALAM PERSPEKTIF AL-HIKMAH AL-MUTA’ALIYAH. Doctoral thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (FILSAFAT MULIA SADRA (PEMBAHASAN TENTANG WUJUD DALAM PERSPEKTIF AL-HIKMAH AL-MUTA’ALIYAH)
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (FILSAFAT MULIA SADRA (PEMBAHASAN TENTANG WUJUD DALAM PERSPEKTIF AL-HIKMAH AL-MUTA’ALIYAH)
BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (9MB)

Abstract

Disertasi ini membahas dan memfokuskan diri pada persoalan wujud dalam prespektif al-hikmah al-muta’aliyah, yang popular sebagai nama dari aliran filsafat Mulla Sadra atau Sadr al-Din al-Syirazi (979/80-1050 H/1571/72-1640), seorang hakim Persia yang terbesar abad modern, yang dikalangan murid-murid dan para pengikutnya dianugerahi gelar kehormatan sebagai sadr al-muta’allihin (yang paling terkemuka di kalangan ahli hikmah). Selama tiga setengah abad terakhir, dirinya telah dijadikan sebagai pusat kajian dan telah mendominasi aktivitas intelektual di kalangan Syiah Persia, baik dilingkungan madrasah tradisional maupun di berbagai universitas modern. Hal ini membuktikan bahwa tradisi intelektual dalam Islam sesungguhnya selalu mengalami perkembangan dan tetap hidup hingga dewasa ini, dan tidak berhenti pada Ibn Rusyd (520-595 H/1126-1198), sebagaimana yang dipahami oleh banyak orang, baik di dunia Barat maupun di kalangan pemikir Muslim sendiri, yang memperoleh informasi tentang hal itu dari sumber-sumber Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari, menemukan, dan memperlihatkan keunikan al-hikmah al-muta’aliyah di antara aliran-aliran pemikiran Islam sebelumnya, dan kemudian dianalisis implikasi pentingnya bagi sejarah pemikiran keislaman secara umum, khususnya terhadap filsafat Islam sebagai suatu penelitian ilmiah, tentu memerlukan berbagai sumber, baik yang primer maupun sekunder. Sumber primer berasal dari karya-karya Mulla Sadra sendiri, terutama al-Hial-Muta’aliyah fi al-Arba’ah al-Aqliyyah, dan sejumlah karyanya yang lain, yang dipandang mewakili pemikirannya secara utuh tentang masalah yang dibahas. Sedangkan sumber sekunder diperoleh dari tulisan-tulisan atau pembahasan-pembahasan orang lain berkenaan dengan kehidupan Mulla Sadra dan pemikiran-pemikirannya. Data yang diperoleh kemudian diidentifikasi, dipahami, dan diinterprestasikan, untuk menangkap arti dan nuansa dari konsep-konsep maupun konsepsi-konsepsi filosofis yang dikemukakan oleh Mulla Sadra. Berbagai aspek diperlukan menurut keselarasannya satu sama lain, dilihat kesinambungan historisnya, dan diperbandingkan dengan pemikiran-pemikiran para tokoh sebelumnya untuk memperoleh suatu kesatuan pendapat secara utuh. Selanjutnya, seluruh hasil penelitian dideskripsikan secara teliti dan sistematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa al-hikmah al-muta’aliyah merupakan suatu aliran yang baru dalam sejarah pemikiran Islam, yang memiliki karakteristik yang khas, yaitu berusaha menembus atau mengatasi hambatan-hambatan maupun keterbatasan-keterbatasan yang dialami dan dimiliki oleh aliran-aliran sebelumnya. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya lintas-batas antar disiplin keilmuan Islam, yang selama berabad-abad mengisolasi diri dan terpisah satu sama lainnya.Demikian pula dengan penekanannya terhadap aspek-aspek moralitas yang tinggi yang selalu terkait dan seharusnya melekat pada diri setiap intelektual Muslim. Sebagai suatu kontruksi pemikiran, al-hikmah al-muta’aliyah tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu hasil dari proses interaksi dan asimilasi antara pemikiran Mulla Sadra dengan berbagai pemikiran keislaman sebelumnya. Filsafat Peripatetik (masysya’iyyah) dari ibn Sina (370-428 H/980-1037 M), Iluminasionisme (isyraqiyyah) dari Suhrawardi (549-587 H/1153-1191 M), Sufisme (‘Irfan) dari Ibn ‘Arabi (560-638 H/1165-1240 M), beserta masing-masing pengikut mereka, ilmu-ilmu keagamaan dalam arti sempit, termasuk kalam, seluruhnya dikombinasikan dan diharmonisasikan oleh Mulla Sadra secara sadar sehingga tercapai suatu grand synthesis miliknya sendiri. Berbeda dari pemikiran filsafat pada umumnya, aliran ini bersumber pada, dan selalu disinari oleh Kitab Suci, Hadis-hadis Nabi, dan ucapan-ucapan para Imam Syi’ah. Dengan demikian, dalam aplikasinya, yang ditonjolkan disini adalah prinsip-prinsip berpikir rasional, yang dipadukan dengan intuisi intelektual yang bersifat supra –rasional, sebagai hasil dari praktek-praktek dan pengalaman spiritual secara langsung, dan dilandasi oleh agama atau wahyu sebagai otoritas tertinggi. Formulasi Mulla Sadra tentang filsafat wujud didasarkan atas tiga prinsipnya yang fundamental, yaitu: asalah al-wujud, wahdah al-wujud, dan tasykik al wujud. Masing-masing prinsip filosofis ini berkaitan erat dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Meskipun sudah dikenal sebelum Mulla Sandra, namun dialah yang dipandang telah berhasil dalam menyusunnya secara sistematis dan terperinci dalam sejarah pemikiran Islam. Di lingkungan filsafat tradisional, ukuran orisinalitas bukan terletak pada penemuan atau penciptaan istilah-istilah baru yang belum pernah ada, tetapi pada sudut pandang atau interpretasi baru terhadap kebenaran-kebenaran yang sudah ada sebelumnya, dan yang akan selalu ada, sehingga terlihat dalam cahayanya yang baru. Sebagai hasil krasi yang bersifat filosofis, yang selalu berproses secara terus menerus, filsafat Mulla Sadra bukan merupakan sesuatu yang sudah sempurna dan final, tanpa kekurangan dan kelemahan apa pun, karena kategori-kategori semacam itu tidak dikenal dalam pencarian kebenaran. Seperti yang diakui oleh Mulla Sadra sendiri, kebenaran merupakan sesuatu yang tidak bisa dibatasi oleh hasil pemikiran seorang filosof. Oleh karena itu, di samping kekuatan dan kelebihannya di dalam pemikirannya juga ditemukan adanya ketegangan, kontrakdiksi, dan inkonsistensi, sebagai konsekuensi dari karakteristiknya yang berusaha mensintesiskan berbagai arus pemikiran yang berbeda-beda, terutama antar tuntutan-tuntutan keagamaan dan persyaratan-persyaratan filosofis tertentu.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Additional Information: Promotor: Prof. Dr. H.A. Mukti Ali
Uncontrolled Keywords: Mulla sadra
Subjects: Aqidah Filsafat
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta > Aqidah Filsafat
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 10 Nov 2014 09:05
Last Modified: 07 Apr 2015 14:46
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14454

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum