DINAMIKA JAMA'AH LIL MUQARRABIN: TAREKAT SYATTARIAH TANJUNGANOM, NGANJUK, JAWA TIMUR

MAMBAUL NGADIMAH, S.AG., M.AG, NIM. 993130 (2007) DINAMIKA JAMA'AH LIL MUQARRABIN: TAREKAT SYATTARIAH TANJUNGANOM, NGANJUK, JAWA TIMUR. Doctoral thesis, UIN SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (DINAMIKA JAMA'AH LIL MUQARRABIN: TAREKAT SYATTARIAH TANJUNGANOM, NGANJUK, JAWA TIMUR)
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (DINAMIKA JAMA'AH LIL MUQARRABIN: TAREKAT SYATTARIAH TANJUNGANOM, NGANJUK, JAWA TIMUR)
BAB II, III, IV, V, VI.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (14MB)

Abstract

Masalah akademik disertasi ini adalah bahwa tarekat sebagai organisasi tradisional pada awalnya dianggap kurang dinamis dan tidak mampu bertahan dalam l8ingkungan modern yang tetap eksis dan dinamis di tengah-tengah kehidupan modern, yang rasional dan materialis. Disertasi ini ingin meneliti sejarah dan perubahan yang terjadi dalam jama'ah Lil-Muqarrabin (JLM) tarekat Syattariyah dalam konteks sosial budaya masyarakat Indonesia modern. Pertanyaan yang ingin dijawab adalah: (1) bagaimana asal-usul dan perkembangan Jama'ah Lil-Muqarrabin tarekat Syattariyah Tanjunganom, Nganjuk?; (2) bagaimanakah perkembangan dan perubahan Jama'ah Lil-Muqarrobin Tarekat Syattariyah Tanjunganom, Nganjuk?; (3) bagaimanakah kedudukan Jamaah Lil-Muqarrobin Tarekat Syattariyah Tanjunganom, Nganjuk di tengah masyarakat Indonesia yang sedang mengalami perubahan?. Penelitian ini menggunakan pendekatan historis dan menerapkan teori fungsionalisme struktural pada sebuah organisasi tradisional Islam. Teori ini digunakan untuk melihat JLM dalam mempertahankan dan memajukan oerganisassinya serta bagaimana cara yang ditempuh mereka dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan. Aspek-aspek yang perlu dicermati dalam melihat perubahan sosial adalah agen perubahan, keyakinan atau ideologi, organisasi dan hasil inovasi teknologi, dengan mempertimbangkan tiga hal, yaitu: continuity, change, extinction. Studi ini diharapkan bisa memberikan sumbangan " teori ketahanan dan dinamika tarekat Islam". Hasil penelitian menunjukkan, bahwa silsilah JLM tarekat Syattariyah Tanjunganom, Nganjuk, Jawa Timur sampai kepada Syekh 'Abdul Muhyi-Salah satu murid Syekh 'Abdul Ra'ūf al-Singkili- dari Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa Barat. Tarekat Syattiriyah yang di kembangkan Kyai H. Muhammad Munawwar Afandi (19979 sampai sekarang) sebagai pelanjut Kyai Kusnun Malibary (1948-1979M) sisilahnya berasal dari tarekat Syattiriyah di Takeran, Magetan. Kyai Kusnun telah dipersiapkan (digulawentah) oleh guru beliau selama tiga generasi, yaitu: Kyai Hasan 'Ulama' (1876-1916 M) sebagai pencetus Qaidah IX dan pendiri Pesantren Takeran (tahun 1882 M), Kyai H. Imam Muttaqien (1936-1948 M) sebagai pendiri Pesantren Sabilil Muttaqien (tahun 1943 M). Perkembangan Tarekat Syattariyah yang pesat di bawah pimpinan Kyai Munawwar Afandi melatar belakangi didirikanya aktualisasi diri warga JLM dan sebagi organisasi yang melindungi secara hukum segala aktivitas baik dalam bidang dakwah, pendidikan, sosia; kemasyarakatan, dan segala aspek yang berhubungan dengan JLM tarekat Syattariyah. Proses transformasi Jama'ah Lil-Muqarrabin tarekat Syattariyah, baik dalam hal ajaran, ritual, dan organisasi ketarekatannya terbagi menjadi tiga periode: zaman kewalian; masa transisi dan zaman mukmin. Pertama, Zaman kewalian (1854 M ke atas sampai zaman 'Alī bin Abī Tālib), bahwa terakat Syattariyah diorganisasikan secara longgar (informal), bersifat individual, menggunakan media lisan, bersifat eksklusif, menekankan pola kehidupan keagamaan yang nggentur lakon-pitukon seperti memperbanyak salat, zikir, wirid, do'a, i'tikaf, memperbanyak puasa, membaca al-Qur'an, dan menyepi atau bertapa. Kedua, masa transisi (1876-1979 M), bahwa tarekat Syattariyah diorganisasikan secara formal, pola kehidupan keagamaanya masih seperti zaman kewalian, dilahirkan Qaidah IX dan cita-cita untuk menggelar ilmu Syattariyah beserta pendidikannya merata ke seluruh dunia, dengan Indonesia sebagai pusatnya. Ketiga, zaman mukmin (1979-sekarang), bahwa warga JLM diorganisasikan secara modern, dengan tetap mepertahankan nilai-nilai pada zaman kewalian, masa transisi dan zaman mukmin. Pola kehidupan keagamaan menekan pada memperbanyak amal syari'at (lakon-pitukon) sesuai dengan kemampuan masing-masing murid. Transformasi, sosialisasi, dan internalisasi nilai-nilai ajaran JLM mengalami penyesuaian dengan tradisi lokal (social adjustment), baik dalam hal bahasa, simbol-simbol, norma-norma, serta didukung oleh kemajuan ilmu pengtahuan dan teknologi. Bentuk perubahan yang dilakukan JLM adalah merevitalisasi nilai-nilai filosifi-idealis, akhlaki, dan amalia untuk mendukung kemajuan jama'ahnya dalam bedunia demi terwujudnya cita-cita mendekat hingga sampai dengan selamat dan bahagia bertemu Tuhan. Dari sisi praksis, JLM memunculkan "syari'at baru" seperti: kewajiban melaksanakan salat qada, qunut, nazilah, sujud syukur, dan rukhsah salat jamak takbar (sic). JLM menggali dan memanfatkan sumber daya pengikutnya serta kesempatan sosial-politik (political opportunity) dalam rangka memperluas jaringan sosial , politik, dan ekonomi warganya untuk mewujudkan tujuan JLM. Hambatan yang dialami JLM adalah tujuan membentuk jama'ah yang guyub-rukun, kompak, seia sekata belum terwujud sesuai harapan, disebabkan intrnalisasi nilai-nilai JLM belum membudaya dalam jama'ahnya. Sebagai warga JLM belum aktif dalam melaksanakan dawuh guru wasitah disebabkan faktor kesibukan dan ekonomi yang belum memadai. Secara eksternal dianggap asing, mengada-ada, eksklusif, sebagai aliran sesat, dan sebagainya. Penelitian ini menyumbangkan apa yang saya sebut sebagai "teori keadaptifan tarekat" bahwa sesuatu tarekat akan tetap bertahan dan dinamis dalam situasi yang selalu berubah (modern) apabila mampu (1) merevitalisasi nilai-nilai kemurnian Islam; (2) melakukan penyesuaian ajaran, penganut, dan organisasi tarekat lokal dengan budaya lokal yang melingkupinya; (3) kemapuan melakukan proses institrusionalisasi, baik dalam melaksanakan reorganisasi, sosial, keagamaan, dan politik modern Indonesia; dan (4) mengintegrasikan dan mengakomodasikan nilai-nilai tradisional Islam yang didasarkan pada ajaran tasawuf dengan nilai-nilai modern. Kritik dari hasil penelitian ini adalah bahwa konsep wasitah yang eksklusif merupakan sumber dinamika JLM, di sisi yang lain menjadi salah satu sebab ajaran JLM tidak mudah diterima masyarakat luas; JLM membangun tradisi konstruktivis yang menekan keselarasan dan keseimbangan hidup lahir-batin, bukan tradisi kritis sebagaimana bangunan masyarakat iseal modesrn; peradaban ummatan wasatan yang di tawarkan JLM masih pada tingkatan spriritual-psikologis belum sampai pada tingkat spiritual-sosiologis.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Uncontrolled Keywords: Kata kunci: tarekat syattariah
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 12 Nov 2014 08:35
Last Modified: 09 Apr 2015 10:18
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14489

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum