PANDANGAN MUSLIM MODERNIS TERHADAP NON MUSLIM (Studi Pandangan Muhammad ‘Abduh dan Rasyid Rida terhadap Ahli Kitab dalam Tafsir al-Manar)

Drs. Hamim Ilyas, M.Ag , NIM. 90138/S3 (2002) PANDANGAN MUSLIM MODERNIS TERHADAP NON MUSLIM (Studi Pandangan Muhammad ‘Abduh dan Rasyid Rida terhadap Ahli Kitab dalam Tafsir al-Manar). ["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined] thesis, Pasca Sarjana.

[img]
Preview
Text (PANDANGAN MUSLIM MODERNIS TERHADAP NON MUSLIM (Studi Pandangan Muhammad ‘Abduh dan Rasyid Rida terhadap Ahli Kitab dalam Tafsir al-Manar))
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview
[img] Text (PANDANGAN MUSLIM MODERNIS TERHADAP NON MUSLIM (Studi Pandangan Muhammad ‘Abduh dan Rasyid Rida terhadap Ahli Kitab dalam Tafsir al-Manar))
BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (6MB)

Abstract

Dalam perjumpaan Islam dengan Ahli Kitab di awal pertumbannya di jazirah Arab pada abad ke-7 M, al-Qur’an, kitab suci agama Islam, di posisikan sebagai musaddiq (pemberi konfirmasi) dan muhaimin (pemberi koreksi). Dengan posisinya sebagai musaddiq, al-Qur’an mengemukakan pandangan positif dengan menyatakan keselamatan, kesalehan dan persahabatn sebagian Ahli Kitab. Kemudian dengan posisinya sebagai muhaimin, ia mengemukakan pandangan negatif dengan memberikan penilaian negatif dan kritik terhadap banyak bidang ajaran dan praktek kehidupan mereka. Pandangan positif al-Qur’an pada umumnya tidak diapresiasikan oleh umat Islam, termasuk kebanyakan penafsirnya, sehingga yang dominan di kalangan posistif itu, menurut catatan Ahwi Shihab, hanya diapresiasikan dalam tiga kitab tafsir dari masa modern, yakni al-Manar karya bersama dua orang Muslim modernis: Muhammad ‘Abduh dan rasyid Rida, al-Mizan karya Husain at-Tabataba’y dan at-Tafsir al-Mubin karya Jawad Mughniyah. Perbedaan tiga tafsir ini dari yang lain menarik untuk dikaji, baik sisi teologi maupun sejarahnya. Disertasi ini meneliti penafsiran dua modernis itu dengan pertimbangan mereka berasal dari kalangan mazhab Sunni, mazhab yang dianut oleh mayoritas umat Islam, danpengaruh dan otoritas kitab tafsir mereka telah diketahui dan diakui luas di Dunia Islam, termasuk Indonesia. Hal ini telah ditunjukkan oleh para peneliti pemikiran Islam dan tafsir al-Qur’an modern, seperti Adams, Gibb, ‘Usman Amin, dan Jansen. Penelitian disertai ini menggunakan pendekatan sejarah dengan mengangkat pokok-pokok masalah mengenai pemahaman baru dalam penafsiran ‘Abduh dan Rida tentang Ahli Kitab, faktor penyebab yang melatar belakangi penafsiran mereka dan dan penyebaran ide yang di masa sebelum, sezaman dan sesudah mereka. Adapun tujuan penelitian itu adalah untuk mengeksplorasi pemahaman baru dalam penafsiran mereka yang menjadi perkembangan dalam sejarah penafsiran al-Qur’ann dan pemikiran Islam tentang Ahli Kitab. Di samping itu juga untuk mengembalikan Goldziher dan dams tentang tentang faktor penyebab dan penyebaran ide pemikiran ‘Abduh dalam majalah al-Manar secara umum, ke dalam penelitian mengenai penafsiran mereka secara khusus. Dalam penelitian itu ditemukan adanya pemahaman baru dalam penafsiran ‘Abduh dan Rida yang mengandung perbedaan sentral dan periferal dari yang berkembang sebelumnya. Pemahaman pertama (mengandung perbedaan sentral) berupa pemahaman baru yang ide pokonya berbeda dari pemahaman baru yang dikemukakan sebelumnnya sehingga ada perbedaan subtansial dalam penafsiran mereka. Perkembangan ini tidak banyak dan hanya terdapat dalam penafsiran mereka tentang pengertian Ahli Kitab, keselamatan, kesalehan (keberagamaan) Ahli Kitab dan penyaliban dan kematian Yesus (Teologi). Adapun pemahamn kedua (mengandung perbedaan periferal) berupa pemahaman baru dengan mengemukakan ide pokok yang sama dengan penafsiran atau pemikiran sebelumnya dan perbedaannya hanyalah dalam rincian penjelasan yang secara subtansial tidak penting. Pemahaman ini dominan dalam penafsiran ‘Abduh dan Rida dan meliputi selain empat bidang dan sub bidang diatas, yakni kekafiran, kemusyrikan dan kefasikan Ahli Kitab (bidang keberagaman): kepercayaan Tuhan memiliki anak, ketuhanan Yesus, Tritinas dan pseudo-teologi (bidang teologi); mengubah, melupakan dan menyembunyikan kitab suci (bidang pemeliharaan kitab suci) Pemahaman yang mengandung perbedaan sentral memang tidak dominan dalam penafsiran ‘Abduh dan Rida, namun signifikansi intelektual dan teologisnya tidak bisa diabaikan. Dengan pemahaman itu mereka telah mengembangkan teologi agama-agama dogmatis dengan paradigm ekslusif yang berkembang dalam tradisionalisme dan fundalismentalisme Islam. Betapapun kalah terbuka dibandingkan dengan teologi agama-agama humanis dengan paradigm inklusif-pluralis yang berkembang dalam post-modernisme Islam, teologi agama-agama yang dikembangkan ‘Abduh dan Rida dalam batas-batas tertentu telah membuka ruang dialog bagi Muslim dan Ahli Kitab. Faktor yang menyebabkan penafsiran ‘Abduh dan Rida tentang Ahli Kitab memiliki pemahaman baru seperti itu adalah semangat yang berpengaruh pada masa penyusunan Tafsir al-Manar. Tidak seperti yang dinyatakan oleh Goldziher, semangat zaman itu bukan hanya semangat pembaharuan untuk menyesuaikan doktrin-doktrin al-Qur’an dengan tuntutan kemajuan zaman dengan unsur0unsur filsafat, hermeneutik, budaya dan sosial tertentu, tapi juga semangat anti penjajahan Barat yang mengandung unsur-unsur pilitik dan sosial tertentu pula. Selanjutnya mengenai penyebaran ide penafsiran ‘Abduh dan Rida tentang Ahli Kitab. Dalam kaitannya dengan siapa yang menjadi sumber pengaruh, ditemukan bahwa disamping terpengaruh oleh Ibn Taimiyah, Ibn al-Qayim dan al-Ghazaly, seperti yang dinyatakan Goldziher, mereka juga menerima ide dan inspirasi dari otoritas yang lain, yakni at-Tabary, Rahmat Allah, al-Hindy dan Mirza Ghulam Ahmad. Kemudian mengenai ide penafsiran ‘Abduh dan Rida yang berkaitan dengan siapa yang menerima pengaruh, inspirasi dan ide dari mereka, ditemukan bahwa pemahaman baru yang pertama (mengandung perbedaan sentral) tidak berpengaruh terhadap para aktifis Partai al-Manar, termasuk Taufiq Sidqy yang menjadi aktifis sayap apologi agamanya. Ide dalam pemahaman baru mereka itu hanya memberi pengaruh dan inspirasi kepada beberapa otoritas di luar kelompok yang disebutkan Adams itu. Mereka itu adalah Husain az Zahaby, Mahmud Syaltut dan Amir Abd al-Aziz dari Timur Tengah; dan Muhammadiyah Hamka, Abdul Hamid dan Nurcholis Madjid dari Indonesia.

Item Type: Thesis (["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined])
Uncontrolled Keywords: Kata kunci : Muslim modernis
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 13 Nov 2014 08:29
Last Modified: 07 Apr 2015 15:10
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14502

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum