MAJAZ DALAM AL-QUR’AN (SEBUAH PENDEKATAN TERHADAP PLURALITAS MAKNA

SUKAMTA, NIM. 87097 (1999) MAJAZ DALAM AL-QUR’AN (SEBUAH PENDEKATAN TERHADAP PLURALITAS MAKNA. ["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined] thesis, UIN SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (MAJAZ DALAM AL-QUR’AN (SEBUAH PENDEKATAN TERHADAP PLURALITAS MAKNA )
BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (MAJAZ DALAM AL-QUR’AN (SEBUAH PENDEKATAN TERHADAP PLURALITAS MAKNA )
BAB II, III, IV, V.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (10MB)

Abstract

Bertolak dari asumsi bahwa al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia, berlaku kapan dan dimana saja sejak al-Qur’an diturunkan, maka penulis berupaya mencari pendekatan yang dapat digunakan untuk mengeksplor makna yang terkandung dalam al-Qur’an dalam rangka mendapat nilai-nilai petunjuk tersebut. Untuk memahami al-Qur’an, sebagai kitab suci yang mengandung nilai-nilai dan petunjuk bagi kehidupan manusia, diperlukan adanya pendekatan tertentu. Dalam hal ini pendekatan yang dipilih penulis adalah majaz. Persoalan majaz, disatu sisi, merupakan persoalan cara pengungkapan terhadap suatu gagasan yang bersifat mujarrad (abstrak, konseptual), menggunakan bahasa yang mahsus (psikal). Disisi lain, merupakan persoalan bagaimana memahami makna (gagasan) yang bersifat konseptual dari bahasa yang bersifat psikal. Masalh ini muncul karena makna (gagasan) sebagaimana dikatakan oleh al-jahiz bersifat tak terbatas, sementara lafal (bahasa) bersifat terbatas. Sudah barang tentu sesuatu yang terbatas tidak akan mampu menampung sesuatu yang tak terbatas. Karena itulah maka majaz digunakan, sebagai suatu cara untuk memperluas kandungan makna yang ada dalam lafal (baca:bahasa), meskipun juga tidak dapat dijamin bahwa seluruh gagasan akan dapat tertampung dalam bahasa yang terbatas itu. Istilah majaz merupakan istilah baru, dalam arti, belum dikenal di masa Nabi SAW maupun sahabat, meskipun gaya bahasa itu sudah digunakan dalam kehidupan kebahasaannya. Abu ‘Ubaidah Mu’ammar al-Musanna (w.207 H) dipandang sebagai orang pertama yang menggunakan dan mempopulerkan istilah tersebut, karena menggunakan sebagai judul bukunya, yakni “majaz al-Qur’an”, tetapi pengertian majaz yang digunakannya agak berbeda dengan istilah majaz yang berlaku dikalangan ahli balagah. Hal ini disebabkan karena istilah tersebut mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, bahkan seseorang ahli ke ahli yang lain. Maka untuk mengklarifikasi istilah majazini penulis menggunakan metode historik dengan mengkaji asal usul, muncul dan berkembangnya istilah ini sehingga dapat ditemukan benang mereh antara konsep yang satu dengan yang lain. Deri penelusuran kepustakaan yang ada dapat disimpulkan baha embrio konsep ini sudah ada sejak masa Nabi SAW, juga masa Umar bin Khattab ra, hal ini suatu hal yang wajar, karena gaya bahasa ini memang diperlukan dalam kehidupan berbahasa lantaran terbatasanya bahsa dan tidak terbatasnya gagasan yang hendak diungkapkan. Dengan kata lain, karena terbatasnya fungsi deskripsi bahasa, maka diperlukan fungsi yang lain, yakni fungsi transformatif. Dengan gaya bahasa majaz maka wujud khariji ditransformasikan menjadi simbol-simbol yang dekat dengan pemahaman manusia, sehingga mudah dipahami. Pokok persoalan gaya bahasa majaz adalah adanya perbedaan antara yang tersurat dengan yang tersirat. Namun dalam perkembangan selanjutnya, kajian terhadap majaz dalam wacana balagah berhenti pada persoalan estetika dengan memandang gaya bahasa ini sebagai penghias bahasa sehingga tidaklah heran jika muncul suatu pernyataan bahwa seandainya tidak ada majaz dalam al-Qur’an maka akan hilanglah sebagian keindahannya. Pernyataan ini tidaklah keliru, hanya kiranya perlu ditambah: akan hilang pula mutiara-mutiara makna yang terkandung didalamnya. Meskipun penulis mengemukakan berbagai ragam gaya bahasa majaz yang ditemukan dalam al-Qur’an, tetapi penelitian dalam disertasi ini berupaya lebih melihat majaz dari sisi kognitifnya daripada sisi estetikanya, dalam rangka inilah penulis menawarkan ; 1. Konsep majaz Khitabi, yaitu majaz yang berkaitan dengan wacana tertentu, misalnya wacana tentang hikmah dibalik sesuatu peristiwa, sebagaimana digambarkan dalam kisah antara Nabi Musa as dengan seorang hamba saleh yang telah diberi ilmu oleh Allah, sebagaimana dapat dibaca dalam surat al-Kahfi ayat 60-82. Cara memahaminya adalah dengan menarik peristiwa pisikal sebagaimana digambarkan dalam kisah tersebut kedataran abstrak konseptual, kemudian diterapkan kembali dalam kehidupan nyata. Dalam hal ini, ta’wil (dalam pengertian interpretasi) terhadap majaz khitabi dapat beragam sesuai dengan keragaman latar belakang pendidikan dan sosiokultural penakwil. 2. Konsep majaz irfani, merupakan pengembangan dari ta’wil irfani yang dikemukakan al-Jabiri, yaitu suatu majaz yang berhubungan antara makna asal (makna literal) dengan makna baru (makna majazi)nya tanpa menggunakan alaqah, baik musyabahah atau gairu musyabahah, sebagaimana dalam majaz bayani. Hanya saja majaz irfani yang ditawarkan disini tidak menggunakan alasan kasyaf, sebagaimana yang ada pada ta’wil irfani, melainkan mumasalah (analogi) dalam rangka eksplorasi terhadap keberagaman makna. Baik konsep majaz khitabi maupun majaz irfani yang ditawarkan disini tidak penulis rekomendasikan untuk diterapkan dalam ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum secara umum. Sebab aspek hukum menuntut kejelasan dan ketegasan. Penulis merekomendasikan penerapan konsep dua majaz diatas terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan akidah, penulis lebih memilih sikap hati-hati , yaitu dengan menyerahkan (tafwid) kepada ilmu Allah tentang apakah yang digambarkan dalam al-Qur’an , misalnya masalah dialog anatara tuhan, malaikat dan adam dalam surat Al-Baqarah ayat 30-38, memang dalam kenyataannya demikian atau bukan. Suatu hal yang jelas adalah bahwa ayat-ayat tersebut mengandung nilai petunjuk bagi kehidupan manusia. Maka masalahnya adalah pelajaran apa yang dapat ditarik dari kisah tersebut , bukan apakah kisah tersebut ada dalam kenyataan atau tidak. Kata kunci : majaz, pluralitas, makna

Item Type: Thesis (["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined])
Additional Information: PROMOTOR: Prof. H. Zaini Dahlan, MA
Uncontrolled Keywords: majaz, pluralitas, makna
Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 14 Nov 2014 08:38
Last Modified: 07 Apr 2015 13:27
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14522

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum