PEMBAHARUAN ISLAM DI INDONESIA AWAL ABAD XX: (STUDI TERHADAP PEMIKIRAN DR. H. ABDUL KARIM AMRULLAH)

ZULMUQIM, NIM: 933009 (2001) PEMBAHARUAN ISLAM DI INDONESIA AWAL ABAD XX: (STUDI TERHADAP PEMIKIRAN DR. H. ABDUL KARIM AMRULLAH). ["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined] thesis, UIN SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (PEMBAHARUAN ISLAM DI INDONESIA AWAL ABAD XX: (STUDI TERHADAP PEMIKIRAN DR. H. ABDUL KARIM AMRULLAH))
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (6MB) | Preview
[img] Text (PEMBAHARUAN ISLAM DI INDONESIA AWAL ABAD XX: (STUDI TERHADAP PEMIKIRAN DR. H. ABDUL KARIM AMRULLAH) )
BAB II, III, IV, V, VI.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (4MB)

Abstract

Studi ini berkisar pada pemikiran Abdul Karim Amrullah dalam usaha pembaharuan Islam di Minangkabau abad ke-20. Untuk itu, ada tiga permasalahan pokok yang perlu dijawab dan dijelaskan. Pertama, bagaiman latar belakang timbulnya pemikiran Abdul Karim amrullah dan mengapa ia melakukan pembaharuan di Minangkabau? Kedua, bagaimana pemikirannya dalam aspek teologi, syari’ah, tasawuf, dan pendidikan? Ketiga, bagaimana reaksi masyarakat terhadapnya? Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode historis dan deskriptif dengan menggunakan analisis kualitatif. Metode historis digunakan untuk menyaring data yang berhubungan dengan latar belakang pemikiran Abdul Karim Amrullah dan reaksi masyarakat terhadapnya. Metode deskriptif digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan pemikirannya. Selanjutnya, data yang terkumpul diklasifikasi dengan menggunakan analisis kualitatif. Pemikiran pembaharuan yang disampaikan Abdul Karim Amrullah tidak dapat dilepaskan dari beberapa hal yang melatarbelakanginya. Pertama, pengaruh pendidikan yang dilaluinya. Kedua, berkembangnya ajaran taqlid, bid’ah dan khurafat bagi umat Islam di Minangkabau. Ketiga, semboyan adat yang mengatakan: Adat bersendi Syarak dan Syarak bersendi Kitabullah tidak lagi dilaksanakan secara konsekuen oleh pemimpin adat dalam mengurus anak dan kemenakan, kampung dan nagari (masyarakat). Keempat, sistem pemerintahan kolonial Belanda sangat merugikan umat Islam dalam mengembangkan ajaran agama. Pemikirannya dapat aspek teologi, paling tidak dapat dilihat dari tiga aspek pemikiran, yakni tentang akal dan wahyu, iman dan kafir, serta perbuatan manusia dan kekuasaan mutlak Tuhan. Ketiga aspek pemikirannya itu diperbandingkan dengan tiga aliran teologi klasik, yakni aliran Mu’tazilah, Asy’ariyah, dan Maturidiyah. Dalam masalah kemampuan akal untuk mengetahui empat persoalan teologi (mengetahui adanya Tuhan, mengetahui baik dan buruknya mengetahui kewajiban terhadap Tuhan, dan mengetahui kewajiban melaksanakan yang baik dan menjauhi yang buruk), Abdul Karim Amrullah, kelihatannya, lebih dekat kepada aliran Maturidiyah Bukhara, yakni sama-sama berpendapat bahwa akal hanya dapat mengetahui dua persoalan teologi yang pertama. Dua persoalan lainnya hany dapat diketahuinya melalui wahyu. Mengenai iman, Abdul Karim Amrullah, terlihat lebih cenderung kepada aliran Mu’tazilah.Menurutnya, iman bukanlah hanya sekedar percaya dalam hati saja, tetapi membenarkan dengan sesungguhnya akan keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad. Sebaliknya, bila seseorang mengingkari adanya Allah dan kerasulan Nabi Muhammad, maka bagi orang tersebut tidak ada iman di dalam dirinya, atau ia dapat dikatakan kafir. Mengenai perbuatan manusia dan kekuasaan mutlak Tuhan, Abdul karim Amrullah, terlihat lebih dekat kepada aliran Maturidiyah. Keduanya, sama-sama berpendapat bahwa perbuatan manusia akan dapat terwujud bila terdapat dua syarat, yakni adanya ikhtiar (usaha) dari manusia dan adanya keputusan dari Tuhan (Allah). Dalam persoalan syari”ah, Abdul Karim Amrullah sangat menghargai berbagai pendapat atau fatwa dari para imam mazhab dan ulama terdahulu, karena mereka telah mencurahkan pemikiran cerdasnya untuk memahami ajaran yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis. Meskipun demikian, ia tetap berpendapat bahwa kewajiban untuk berijtihad tidak hanya teruntuk bagi para ulama terdahulu saja, tetapi juka kepada seluruh umat Islam yang mampu memahami al-Qur’an dan Hadis, serta dapat menggali hikmah yang tetkandung di dalam dua sumber pokok tersebut. Tasawuf menurut Abdul Karim Amrullah adalah salah satu aspek dari tiga aspek ajaran Islam (ulmu ushuluddin, ilmu fiqh, dan ilmu tasawuf). Dengan mengetahui dan mengamalkan ilmu tasawuf jiwa seseorang akan bersih, terjauh dari sifat-sifat yang jelek, dan akan terwujud sifat-sifat terpuji. Meskipun demikian, Abdul Karim Amrullah tetap tidak sependapat dengan praktek-praktek tasawuf/tarekat yang tidak sejalan dengan ajaran al-Qur’an dan Hadis. Perbuatan demikian dihukumkannya kepada perbuatan bid’ah. Pemikiran Tasawuf Abdul Karim Amrullah dapat dikategorikan kepada neo-Sufisme, sebagaimana yang dikemukakan Fazlur Rahman, karena dengannya hubungan manusia dengan Tuhan, dengan sesame manusia, dan dengan alam raya akan terbina dengan baik. Untuk membina kemampuan umat Islam agar dapat memahami berbagai ajaran yang terkandung dalam ayat-ayat Allah (ayat qauliyah dan ayat kauniyah) Diperlukan suatu lembaga pendidikan Islam modern. Oleh karena itu, pendidikan menurutnya adalah suatu proses untuk membina kemampuan jasmaniah dan ruhaniah, kemampuan akal dan hati (jiwa), intelektual dan moral bagi setiap manusia gara dapat mencapai kebahagiaan didunia dan kebahagiaan di akhirat. Pembaharuan yang dilakukan Abdul Karim Amrullah dapat dilihat dari dua sisi, yakni pembaharuan dari akidah dan ibadah dan pembaharuan dari sisi muamalah. Pembaharuan dari sisi akidah dapat dikatagorikan kepada usaha pemurnian (pusifikasi) ajaran Islam dari praktek-praktek taklid, bid’ah, dan khurafat. Pembaharuan dari sisi mu’amalah dapat dikatagorikan kepada apa yang diamakan modernisasi (menciptakan suatu yang baru). Kedua bentuk pembaharuan tersebut tercakup kedalam pengertian tajdid dan islah, sebagaimana yang dikemukakan Voll dan Esposito. Berbagai usaha pembaharuan yang dilakukannya itu, pada dasarnya diwarnai oleh beberapa pemikirannya. Dari beberapa pemikiran di atas, paling tidak, ada empat pemikiran kunci yang dapat dijadikan dasar atau sumber inspirasi atas berbagai usaha dan aktivitas yang dilakukannya dalam pembaharuan Islam di Minangkabau awal abad ke-20. Keempat pemikiran kunci tersebut adalah berpikir secara rasional, kritis, optimis, dan adanya lembaga pendidikan Islam sebagai pusat pembinaan umat Islam. Berbagai ide, gagasan, dan pemikiran beserta berbagai aktivitas Abdul Karim Amrullah dalam usaha pembaharuan Islam tersebut, ternyata, mendapat reaksi dari masyarakat. Reaksi positif datang dari kaum Muda, kalangan Muhammadiyah, dan orang yang mengerti dan simpatik dengan pembaharuan yang dilakukannya. Sementara itu, reaksi negative datang dari Kaum Tua, Kaum Adat, dan pemerintah Belanda. Dari beberapa pemikiran dan pedapat yag dilakukan Abdul Karim Amrullah, untuk saat ini, ada yag masih relevan; ada yang perlu disempurnakan, dan ada pula yang perlu disempurnakan. Yang masih relevan dan perlu disempurnakan adalah sempat pemikiran kunci tersebut diatas. Sementara itu, yang perlu ditinggalkan adalah pendapatnya yang merendahkan kaum perempuan dari kaum laki-laki. Kata Kunci: Pembaharuan Islam, Abdul Karim Amrullah

Item Type: Thesis (["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined])
Additional Information: Promotor: Prof. Dr. Deliar Noer
Uncontrolled Keywords: Pembaharuan Islam, Abdul Karim Amrullah
Subjects: Masyarakat Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 14 Nov 2014 08:56
Last Modified: 08 Feb 2016 06:27
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14524

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum