METODOLOGI KRITIK TEKS KEAGAMAAN (STUDI ATAS PEMIKIRAN HERMENEUTIKA NASR HAMID ABU ZAID)

AHMAD HASAN RIDWAN, NIM. 973081 (2006) METODOLOGI KRITIK TEKS KEAGAMAAN (STUDI ATAS PEMIKIRAN HERMENEUTIKA NASR HAMID ABU ZAID). Doctoral thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (METODOLOGI KRITIK TEKS KEAGAMAAN (STUDI ATAS PEMIKIRAN HERMENEUTIKA NASR HAMID ABU ZAID))
BAB I, IV, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (METODOLOGI KRITIK TEKS KEAGAMAAN (STUDI ATAS PEMIKIRAN HERMENEUTIKA NASR HAMID ABU ZAID))
BAB II, III, IV, V.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (14MB)

Abstract

Hermeneutika dalam tradisi pemikiran Barat merupakan kerangka metodologi dalam memahami teks klasik dan Bibel. Pada tahap perkembangannya, hermeneutika memasuki ruang, epistimologi keilmuan Islam dan menjadi bagian integral dari wacana pemikiran keagamaan untuk memahami teks-teks keagamaan secara kritis, khususnya tafsir al-Qur’an. Hermeneutika menjadi landasan dalam studi kritik teks keagamaan yang menjadi arah baru gerakan pembaharuan pemikiran keislaman sebagai respons kritis terhadap wacana keagamaan. Karena hermeneutika bersifat kritis terhadap wacana keagamaan, maka resistensi penolakan pun tak dapat dihindarkan, sehingga melahirkan perdebatan dan tanggapan berbeda dalam wacana keilmuan Islam. Pertama pemikiran normative-reproduktif. Gerakan ini bersifat anti hermeneut dan berusaha mempertahankan warisan intelektual (turas) yang berlaku dimasa lalu. Kedua, pemikiran hermeneutic-reproduktif. Gerakan ini sebagai antithesis terhadap corak pemikiran normatif-reproduktif.. Pemikiran hermeneutic-produktif berusaha mengambil cita moral substansi ajaran Islam agar menjadi pendukung bagi kemajuan umat dengan cara mengkaji warisan intelektual secara kritis dari segala aspeknya. Nasr Hamid Abu Zaid, salah satu pemikir pencerahan bercorak hermeneutic-produktif, menawarkan hermeneutic sebagai landasan teori kritik teks. Nasr hamid Abu Zaid melakukan pembacaan kritis dekonstruktif (qira’ah naqdiyyah tafkikiyah) terhadap berbagai corak pemikiran, untuk tujuan merumuskan “kesadaran ilmiah” (al-wa’y al-ilmi) dalam mengatasi masalah interpretasi tendensius-ideologis (talwin). Konstruksi pemikiran Abu Zaid dapat dipahami melalui pertanyaan yang diajukan: Bagaimana latar belakang pemikiran Nasr Hamid Abu Zaid menafsirkan teks-teks keagamaan? Bagaimana dasar pemikiran Nasr Hamid Abd Zaid menggunakan her meneutika dalam kritik teks keagamaan ?; Bagaimana metode penafsiran yang ditawarkan dan implikasi serta konsekuensi penerapan hermeneutika terhadap teks-teks keagamaan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, digunakan kerangka teori hermeneutika Paul Riceour melalui tiga tahap hermeneutika yaitu: tahap semantik-stuktural; pembaca mesti membuka diri agar teks menyapa sebagai bagian dari kategori “la chose du texte”, objektivasi melalui penggelaran wahana teks dengan cara mengambil jarak (distanciation) dari pengarang (distanciation from the author). Proses penjarakan tidak hanya terjadi antara pengarang dan pembaca, tetapi penjarakan terjadi pada konteks pembicaraan (distanciation from the context), dan pemahaman diri “la comprehension de soi”. Appropriasi terjadi melalui pembacaan kembali teks yang membuka cakrawala baru. Teori Change and continuity digunakan untuk melihat perubahan pemikiran dalam semesta sejarah pemikiran Islam. Sedangkan untuk melihat pergeseran paradigm interpretasi teks, maka digunakan teori shifting paradigm Thomas S. Kuhn, dan metode yang digunakan adalah metode perpustakaan (library method) dengan pendekatan sejarah (historical approach), dan analisis isi (content analysis). Tiga tahap hermeneutika yang menjadi dasar untuk mengartikulasikan pemetaan pemikiran hermeneutika Abu Zaid menjadi sebuah teori teori kritik integral-humanistik. Kritik integral merupakan artikulasi dari teori hermeneutika yang mempersoalkan kembali konsep teks dan definisi teks yang tidak terlepas dari tujuan hermeneutika. Kritik intrinsik diarahkan kepada struktur imanen teks yang membutuhkan cara pendekatan structural; sebuah teks adalah otonom memiliki sifat intrinsik (the lingual character) teks. Kemudian, kritik ekstrinsik diarahkan kepada referensi luar teks yang disebut dunia teks. Karena teks memiliki struktur imanen, maka teks juga memiliki referensi luar yaitu sifat ekstrinsik yang sering disebut sebagai dunia teks. Kritik integral memiliki dua mekanisme kritik teks, yaitu kritik intrinsic teks dan kritik ekstrinsik teks dirancang untuk tujuan humanisasi, yaitu: (1) Kritik teks diarahkan untuk menemukan dimensi-dimensi kemanusiaan yang terlibat dalam praktik dan kancah pembentukan teks dalam sejarah, dan (2) Kritik sebagai usaha pembacaan teks dengan historis-humanis bukan pembacaan teologis-mitologis. Kritik integral bertujuan untuk melakukan humanisasi terhadap teks dalam kerangka fenomena historis dan memahaminya melalui kerangka yang sama. Abu Zaid mengkritik tafsir tradisional yang atomistik dengan cara menerapkan mekanisme nalar historis-humanis secara ilmiah agar tidak terjerumus kepada kecenderungan penafsiran tendensius (talwin), pembakuan (tasbit), pengkultusan pemikiran (taqdis al-afkar), dan dominasi (al-hakimiyyah). Dalam konteks pengembangan studi keislaman, penelitian ini memunculkan teori kritik integral-humanistik terhadap teks keagamaan yang berguna untuk kebangkitan pemikiran Islam dan memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan studi ‘ulum al-Qur’an. Sistem pemikiran Abu Zaid menjadi varian alternatif berfikir yang menjadi bagian dari khazanah keilmuan Islam.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Additional Information: Promotor : Prof. Dr. H. Koento Wibisono
Uncontrolled Keywords: hermeneutika, teori kritik integral-humanistik
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: H. Zaenal Arifin, S.Sos.I., S.IPI.
Date Deposited: 17 Nov 2014 09:46
Last Modified: 09 Apr 2015 08:47
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14552

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum