MEMBANGUN PARADIGMA PSIKOLOGI ISLAM (STUDI TENTANG ELEMEN PSIKOLOGI DARI AL-QUR’AN)

BAHAR UDDIN , NIM. 953040 (2001) MEMBANGUN PARADIGMA PSIKOLOGI ISLAM (STUDI TENTANG ELEMEN PSIKOLOGI DARI AL-QUR’AN). Masters thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (MEMBANGUN PARADIGMA PSIKOLOGI ISLAM (STUDI TENTANG ELEMEN PSIKOLOGI DARI AL-QUR’AN))
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (9MB) | Preview
[img] Text (MEMBANGUN PARADIGMA PSIKOLOGI ISLAM (STUDI TENTANG ELEMEN PSIKOLOGI DARI AL-QUR’AN))
BAB II, III, IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (26MB)

Abstract

Oleh Disertasi ini berjudul Membangun Paradigma Psikologi Islam I (Studi tentang Elemen Psikologi dari Al-Qur’an). Tujuan utama yang ingin dicapai adalah terbangunnya paradigma Psikologi Islami yang berdasarkan penelaahan ayat-ayat Al-Qur’an . Paradigma dimaksud adalah model atau format berpikir yang ditaati dalam memahami, menjelaskan, menganalisis dan memprediksi obyek telaahan suatu disiplin ilmu. Dalam hal ini adalah disiplin psikologi yang obyek materialnya adalah tingkah laku manusia. Paradigma tersebut diharapkan lahir dari penelaahan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Jadi obyek penelitian disertasi ini adalah ayat-aat al-Qur’an, yaitu ayat-ayat yang membicarakan manusia. Keseluruhan ayat yang membicarakan manusia tersebut dikumpulkan berdasarkan istilah kunci yang digunakan Al-Qur’an dalam menjelaskan manusia, yaaitu : Al Nas, Ila Nas, al Anas, Al Bashar, al Fitrah, al Ruh, al Galb, al A’gl, al Nafs Bani Adam. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga : yaitu metode tafsir tematik, metode analisis pemaknaan, dan metode analisis reflektif. Metode tafsir tematik adalah mengumpulkan dan menyusun seluruh ayat yang membicarakan manusia, kemudian menganalisisnya dari berbagai aspek dengan bantuan tafsir tahlili untuk mengambil kesimpulan umum berdasarkan topik bahasannya, yaitu istilah kunci Al-Qur’an dalam membahas manusia. Metode ini digunakan untk menemukan konsep-konsep Al-Qur’an tentang manusia, berdasarkan istilah kunci yang telah ditetapkan. Tampilannya dalam disertasi ini adalah pada bab kedua. Metode analisis pemaknaan adalah mencari makna di balik teks ayat-ayat Al-Qur’an dan konsep-konsep yang telah dibangun dengan metode tematik/ Metode ini I I dgunakan untuk menemukan elemen-elemen Psikologi Islami. Elemen-elemen Psikologi Islami adalah konsep dasar yang menjadi fondasi atau asumsi dasar (basic assumption) tempat dibangunnya teori-teori Psikologi Islami selanjutnya. Asumsi dasar tersebut, sekurang-kurangnya meliputi empat hal pokok, yaitu teori tentang struktur fungsi psikis manusia, dan teori tentang struktur sistem kebenaran dalam Psikologi Islami. Tampilannya dalam disertasi ini adalah pada bab ketiga. Metode reflektif adalah mencari makna umum dengan cara mondar-mandir dari sentral telaah ke prifer-nya, kemudian kembali lagi ke sentralnya untuk menemukan makna terdalam dari suatu teks ayat A-Qur’an. Maksudnya, berangkat dari ayat Al-Qur’an kemudian menelaahnya dalam khazanah intelektual yang pernah ada, baik berupa tafsir, filsafat, maupun teori-teori sains modern, dan kembali lagi ke ayat Al-Qur’an untuk merumuskan maka inti atau makna terdalam. Metode ini digunakan untuk menemukan formulasi paradigma Psikokogi Islami. Tampilannya dalam disertasi ini adalah pada bab keempat. Berdasarkan analisis secara tematik terhadap seluruh ayat yang membicarakan manusia, maka ayat-ayat tersebut dapat dikelompokkan kepada tiga kelompok. Pertama, kelompok ayat yang membicarakan manusia dari sisi fisik –biologisnya yaitu kelompok ayat yang tergabung dalam istilah al-basyar. Kedua, kelompok ayat yang membicarakan manusia secara totalitas fisik-psikis, yaitu ayat ayat yang mengandung istilah : al-insan, al-unas, al-nas, bani adam dan al-nafs. Ketiga, kelompok ayat yang membicarakan manusia dari sisi psikisnya yaitu ayat-ayat yang etgabung dalam istilah al-aql, al-qalb, al-ruh, dan al-fitrah. Berdasarkan penelitian terhadap seluruh ayat tersebut, dapat dirumuskan tiga aspek utama diri manusia, yaitu aspek jismiah, aspek nafsiah, aspek ruhaniah. Aspek jismiah adalah keseluruhan organ fisik –biologis, Sistem sel, kelenjar dan sistem syaraf. Aspek nafsiah adalah keseluruhan kualitas insainiah yang khas milik manusia berupa pikiran perasaan, dan kemauan. Aspek ini mengandung tiga dimensi yaitu dimensi al-nafsu, al-‘aql, dan al-qalb. Aspek ruhaniah adalah keseluruhan potensi luhur psikis manusia yang memancar dari dua dimensi, yaitu dimensi al-ruh dan dimensi al-fitrah. Aspek terakhir ini dengan dua dimensinya yaitu al-ruh dan al-fitrah merupakan milik khas Psikologi Islami. Psikologi Barat tidak memiliki aspek tersebut, namun ada juga pembahasannya yang berdekatan dengan konsep pada aspek yang keiga ini, khususnya Psikologi Transpersonal. Psikologi Fisiologi (Psikologi Faal) berada pada aspek jismiah. Psikologi ini hanya memepelajari aspek fisik diri manusia terutama pada fungsi-fungsi syaraf dan sistem kelenjar manusia. Psikoanalisa dan Behaviorisme berada pada aspek jismiah dan aspek nafsiah terutama pada pada dimensi al-nafsu. Kedua psikologi ini memusatkan perhatian pada pengalaman manusia. Psikoanalisa mengagungkan pengalaman masa lalu dan Behaviorisme mengagungkan pengalaman mssa kini (now and here). Psikologi Humanistik berada pada aspek nafsiah, tepatnya pada dimensi al-nafsu, al ‘aql, dan al-qalb. Psikolohgi ini ini memusatkan perhatian pada kemampuan batin manusia yang terdalam yang bersifat trans (melampaui) diri pribadi manusia bisa. Artinya, kemampuan-kemampuan yoga, telepati, alih batin dan lain-liain. Psikologi ini juga banyak membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan spiritual intelegence (kecerdasan spiritual) dan emotional Intelegence (kecerdasan emosional). Jadi Psikologi Barat telah berupaya untuk memahami manusia secara totalitas, melalui ketiga aspek tersebut, namun masih bersifat parsial, sesuai dengan asumsi dasarnya tentang manusia. Psikologi Islami diharapkan mampu merespon dan memanivesatasikan ketiga aspek tersebut secara utuh dan sekaligus. Dengan kata lain, Psikologi Islami memustkan perhatian pada relasi psikologi aspek jismiah, nafsiah dan ruhaniah. Relasi psikologi aspek jismiah, nafsiah dan ruhaniah tersebut merupakan manifestasi dari relasi integral “alam–manusia-Tuhan” yang kemudian melahirkan paradigma “mekanistik-humanistik-theistik”. Sebagaimana sains lainnya maka psikologi berada pada relasi paradigma mekanistik-humanistik”. Berdasarkan itu dapat dijelaskan ada dua paradigma dalam psikologi yaitu paradigma mekanistik dan paradigma humanistik. Paradigma mekanistik adalah paradigma yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip hukum kausalitas dalam memahami manusia. Manusia dipandang sebagai obyek dalam realasi ‘alam-manusia’. Manusia menjadi tunduk kepada pengalaman, bahkan isi jiwa manusia sendiri adalah pengalaman. Manusia menjadi mekanistik, determenistik, pesimistik, dan dehumanistik. Psikoanalisa dan Behaviorisme berada pada paradigma mekanistik ini. Psikoanalisa memandang manusia sebagi produk pengalaman masa lalu yang tersimpan dalam sistem uncossciousness dan dikendalikan oleh dorongan libido yang bersumber dari sistem id. Semua tingkah laku manusia ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan dorongan libido ini. Behaviorisme juga memandang manusia sebagai produk pengalaman. Perbedaanya adalah bahwa Behaviorisme megutamakan pengalaman masa kini dan disini (now and here). Semua tingkah laku manusia merupakan proses mekanismtis stimulus –respon (S-R). Stimulus yang menguntungkan akan direspon secara positif, sementara stimulus yang merugikan akan direspon secara negatif. Untuk mengetahui suatu stimulus menguntungkan atau merugikan dilacak melalui mekanisme assosiasi kepada pengalaman masa lau. Demikianlah kedua psikologi ini memahami tingkah laku manusia segala produk pengalaman. Paradigma humanistik adalah paradigma yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan kualitas kemanusiaan. Manusia dipandang sebagai subyek dalam realsi ‘manusia-alam’. Manusialah yang menentukan dan berkuasa atas dirinya sendiri. Manusia memiliki kebebasan penuh dan kebebasan itu identik dengan diri manusia. Dengan demikian, paradigma humanistik memandang manusia sebagai makhluk subyektif, interdetermenistik, optimistik, dan humanistik. Psikologi Humanistik dan Transpersonal berada pada paradigma humanistik ini. Kedua psikologi ini sangat menaruh perhatian pada kebebesan dan kualitas manusia beberapa : pikiran, perasaan, kemauan. Paradigma Psikologi Islami mengatasi kedua relasi paradigma tersebut, namun pada saat yang sama, Psikologi Islami berada dibawah paradigma “spiritual theistik”. Manusia bebas menentukan tingkah lakunya berdasarkan pikiran, perasaan dan kemauannya, namun pada saat yang bersamaan, manusia juga bertanggung jawab terhadap lingkungan alam, manusia dan Tuhannya. Tanggung jawabnya terhadap sesama manusia adalah untuk mensejahterakannya, dan tanggung jawabnya kepada Tuhan adalah untuk mencari Ridha-Nya. Posisi yang demikian itu, membuat manusia menjadi ‘representatif-resposif’ dari relasi paradigma ‘mekanistik-theistik’. Tingkah laku manusia merupakan proses repreaesentatif aktualisasi potemnsi bati dalam merespon stimulus lingkungannya. Paradigma itu disebut dengan paradigma ‘fitrah’. Suatu istilah yang terambil dari istilah dalam Al-Qur’an Surah Ar-Ruum /30 :30. Faqama wajhaka liad din hanifan fatratullah al latiy fatrannasi ‘alayha. Artinya : “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu…..” Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa fitrah manusia berasal dari ‘fitrah’ Allah. Dengan demikian, fitrah manusia senantisasa menampilkan dua sisi sekaligus, yaitu sisiasalnya (esensial) dan sisi keberadaanya (eksistensial). Fitrah dari sisi asalnya menampilkan sisi spiritual-transendental, sementara dari sisi keberadaannya menampilkan sisi spiritual-transendental, sementara sisi keberadaanya menampilkan sisi empiris-historis manusia. ‘Fitrah Allah adalah Esa dalam segala hal. Berdasarkan itu maka esensi dan hakekat paradigma fitrah adala pengakuan terhadap kebenaran tunggal, satu, atau monistik, dalam wilayah spiritual-transendental, namun pada saat yang bersamaan, dalam wilayah empiris-historis, tampilannya dapat prural, bervariasi dan beragam. Dengan kata lain, paradigma ‘fitrah’ mengakui kebenaran monistik-multidimensial. Pengakuan kebenaran seperti itu memiliki konsekuensi ontologis, epistemologis, dan aksiologis, sebagai berikut : 1. Secara antologis, paradigma ‘fitrah’ mengakui bahwa dalam wilayah spiritual-transendental kebenaran itu tunggal, namun dalam wilayah empiris-historis, tampilannya dapat beragam. Sama halnya dengan kebenaran angka, hakkat angka adalah sama namun tampilannya berbeda pada setiap bangsa dan budaya, ada angka Arab, angka Romawi, angka Cina, angka Batak, angka Jawa dan lain-lain. Jelasnya dalam wilyah empiris-historis tampilannya dapat bermacam-macam. Tampilannya itu bersifat aspektif, terkadang ada tampil dengan nuansa responsif dan kali lain ada yang tampil dengan nuansa representatif aktualisasi potensi batin. 2. Berdasarkan itu, maka konsekuensi epistemologisnya adalah berdasarkan karakteristik tampilannya. Jika tampilannya dengan karakteristik responsif yang bersifat empiris-historis, maka digunakan metodologi yang bersifat empiris-historis, misalnya dengan metode observasi atau eksperimen. Sementara itu jika tampilannya dengan karakteristik representatif aktualisasi potensi batin, maka dapat digunakan metode interpretasi logis, etik, rasionalistik, phenomenologik, dan lain-lain. Demikian seterusnya, berdasarkan karakteristik tampilan obyek telaahannya. 3. Konsekuensi aksiologisnya adalah bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki sifat dasar dan potensi batin yang baik. Perbuatan jahat adalah perilaku menyimpang dan mendatang pada diri manusia. Kepada manusia senantiasa tebuka pintu yang lebar untuk kembali kepada sifat dasarnya.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Kata kunci : Psikologi Islam
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 17 Nov 2014 15:10
Last Modified: 05 May 2015 16:02
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14561

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum