MUNAFIK DALAM TAFSIR AL-QUR’AN (STUDI PEMIKIRAN SAYYID QUTB DAN MUHAMMAD HUSAIN AL-TABATABA’I)

FACHRUDIN , NIM. 89130 (2005) MUNAFIK DALAM TAFSIR AL-QUR’AN (STUDI PEMIKIRAN SAYYID QUTB DAN MUHAMMAD HUSAIN AL-TABATABA’I). Doctoral thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (MUNAFIK DALAM TAFSIR AL-QUR’AN (STUDI PEMIKIRAN SAYYID QUTB DAN MUHAMMAD HUSAIN AL-TABATABA’I))
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (3MB) | Preview
[img] Text (MUNAFIK DALAM TAFSIR AL-QUR’AN (STUDI PEMIKIRAN SAYYID QUTB DAN MUHAMMAD HUSAIN AL-TABATABA’I))
BAB II, III, IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (6MB)

Abstract

Kitab tafsir Fi Zilal Al-Qur’an karya sayyid Qutb merupakan tafsir bentuk al-ra’y dengan menggunakan metode al-tahlil. Coraknya adalah al-adabi al-ijtima’i. Sayyid Qutb telah menelorkan pandangan tentang munafik, menjelaskan kausalitas serta problem solusinya. Muhammad Husain al-Tabataba’i juga telah melahirkan definisi tentang munafik. Hal itu tampak dalam karangan tafsirnya berjudul al-mizan fi Tafsir al-Qur’an. Corak tafsir mereka tampak berbeda karena berangkat dari sisi yang berlainan , dimana sayyid Qutb penganut mazhab sunni, tetapi Muhammad Husain al-Tabatab’i i ber mahzab Syi’ah. Dari sisi kepribadian mereka memiliki kesamaan ikhlas, jujur, berakhlak mulia, sabar, dan tak mudah terpengaruh pendapat orang lain. Karangan Sayyid Qutb bernuansa dakwah dan perjuangan. Ia pernah tampil kebarat-baratan terpengaruh oleh intelektual sekuler Abbas Muhammada Husain al-Aqqad, kemudian bergabung dengan gerakan Ikhwan al-Muslimin untuk menegakkan syari’at Islam. Muhammad Husain al-Tabataba’i karangan-karangannya bercorak kesufian. Terdapat persamaan bahwa munafik ialah orang-orang yang berpura-pura mengaku iman, pendusta, suka menghujat dan menghambat perkembangan Islam yang harus diperangi jika bertaubat. Perbedaan pendapat antara keduanya ialah Sayyid Qutb memendang bahwa munafik muncul karena takut menghadapi al-haq sehingga menutup diri. Oleh karena itu harus ditindak keras dan tegas sebab tindakan halus sering merugikan. Berbeda dengan Muhammad Husain al-Tabataba’i bahwa munafik ialah orang yang tidak cinta iman, kadang kala masih ada sifat jujur, sehingga tidak perlu ditindak dengan kekerasan. Kritik yang perlu dikemukakan ialah Sayyid Qutb tidak tegas dalam pendapatnya apa yang dimaksud al-haqq. Hal itu dapat menimbulkan iltibas. Dalam menindak munafiqin ia menggunakan kekerasan dinilai kurang tepat.sebaliknya dengan lemah lembut sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Husain al-tabataba’i juga tidak tepat, walaupun cara ini menurutnya bermaslahat. Kebanyakan para rawi dalam sanad tafsir yang terkait dengan munafik menurut mereka adalah lemah misalnya al-Sudi al-Sagir (w.127 H) dinilai al-kazzab, al-Kalbi (w.146 H) telah memasukkan cerita-cerita Israiyat ke dalam tafsirnya, Abu Salih telah meriwayatkan Hadis-hadis munkar dan Ibnu Abbas (w.68 H) banyak meriwayatkan hadis maudu’. Pengkal perbedaan pendapat antara Sayyid Qutb dan Muhammad Husain al-Tabataba’i tak lepas dari sejarah perpecahan kaum muslimin dalam memahami Hadis Gadir Khum tentang al-walayah (Kepemimpinan). Sayyid Qutb dalam menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan pada hadis-hadis para sahabat Nabi, Muhammad Husain al-Tabataba’i hanya pada Ali r.a. dan para Imam. Dalam memahami munafik Sayyid Qutb menitikberatkan pada gejala-gejala yang tambak, Muhammad Husain al-Tabataba’i pada orang yang menyalahgunakan taqiyyah. Ada perbedaan signifikan antara Sayyid Qutb dan Muhammad Husain al-Tabataba’i dalam memaknai teks ayat-ayat tentang nifaq karena mereka berpijak pada latar belakang historis yang amat berbeda.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 17 Nov 2014 15:19
Last Modified: 08 Apr 2015 09:43
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14564

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum