TAMSIL DALAM AL-QUR’AN DAN AL-SUNNAH (STUDI PEMAHAMAN AL-GHAZALI DALAM KITAB MAJMU’AH RASAIL TENTANG KALAM DAN TASAWUF)

HUSEIN AZIZ , NIM. 993147/S3 (2006) TAMSIL DALAM AL-QUR’AN DAN AL-SUNNAH (STUDI PEMAHAMAN AL-GHAZALI DALAM KITAB MAJMU’AH RASAIL TENTANG KALAM DAN TASAWUF). Doctoral thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (TAMSIL DALAM AL-QUR’AN DAN AL-SUNNAH (STUDI PEMAHAMAN AL-GHAZALI DALAM KITAB MAJMU’AH RASAIL TENTANG KALAM DAN TASAWUF))
BAB I, VII, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (4MB) | Preview
[img] Text (TAMSIL DALAM AL-QUR’AN DAN AL-SUNNAH (STUDI PEMAHAMAN AL-GHAZALI DALAM KITAB MAJMU’AH RASAIL TENTANG KALAM DAN TASAWUF))
BAB II, III, IV, V, VI.pdf
Restricted to Registered users only

Download (11MB)

Abstract

Al-Qur’an dan al-Sunnah sumber ilmu pengetahuan bagi umat Islam. Oleh karena itu usaha memahami keduanya secara umum dan ayat-ayat dan hadis tamsil secara khusus menjadi perhatian sejak zaman sahabat. Dalam memahami ayat-ayat dan hadis tamsil yang berkaitan dengan teologis metafisik ini terjadi perbedaan penafsira, utamanya di kalangan ulama kalam yang pada perkembanganya menimbulkan banyaknya aliran keagamaan (madzhab) yang fanatic dalam Islam dan tidak jarang mengakibatkan adanya polemic dan bahkan konflik fisik. Perbedaan pemahaman ini bersumber dari perbedaan metode dari masing-masing tokoh dan golongan. Melihat kenyataan ini, Al-Ghazali dengan kapasitas keilmuannya menawarkan penyelesaian yang bebas dari taklid dan finatisme. Perbedaan pemahaman ini menarik untuk dikaji baik dari aspek teologi maupun sejarahnya. Disertasi ini menelaah penafsiran Al-Ghazali dengan pertimbangan ia berasal dari kalangan madzhab sunni, madzhab yang dianut oleh mayoritas umat Islam di samping otoritas kitab-kitabnya telah diakui dan diterima secara luas di dunia Islam termasuk Indonesia di dalamnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dengan mengemukakan masalah-masalah pokok tentang pemahaman baru dari penafsiran Al-Ghazali terhadap ayat dan hadis tamsil, dan faktor faktor yang membelakangi penafsirannya serta penyebaran ide dan gagasannya pada tokoh-tokoh di masa sesudahnya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelajahi pemahaman baru dalam penafsiran Al-Ghazali yang menjadi perkembangan dalam sejarah penafsiran al-Qur’an dan al-Sunnah dan pemikiran Islam mengenai ayat-ayat dan hadis tamsil secara khusus dan ayat al-Qur’an dan al-Sunnah secara umum. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa pemahaman baru pada penafsiran Al-Ghazali itu memiliki perbedaan sentral dan peripheral dibandingkan dengan pemahaman yang ada sebelumnya. Pemahaman pertama (sentral) berupa pemahaman baru yang gagasan pokoknya berlainan dengan pemahaman yang dihasilkan sebelumnya, yang berarti ada perbedaan subtansial. Pemahaman baru itu adalah menggunakan makna yang tersurat (makna lahir) dan makna yang tersirat (makna batin). Kedua makna itu tidak bertentangan dan justru makna yang bersirat melengkapi dan menyempurnakan makna yang tersurat ibarat isi dan wadahnya atau seperti pandangan dari jarak dekat dan pandangan dari jarak jauh. Demikian itu karena Al-Ghazali memahami ayat dan hadis tamsil dengan penafsiran ganda, takwil dan tasybih. Takwil, yaitu menggeser makna primer ke makna sekunder-dalam kaitannya dengan ilmu kalam-sebagai sarana menyucikan Allah swt. dari sifat-sifat makhluk. Tasybih-dalam kaitanya dengan tasawuf-sebagai sarana menyerupakan Allah swt. Secara batiniah dengan makhluk-Nya, sehingga manusia dapat mendekati sifat-sifat-Nya yang berarti berakhl;ak mulia, layak menjadi khalifah-Nya, dan mencintai-Nya, di samping juga menjadikan ayat hadis tamsil sebagai (a) permisalan yang menjelaskan Allah swt. Dan apa yang ada dihadirat-Nya dengan apa yang di hadapan manusia (b) permisalan yang menjelaskan Allah yang dapat dilihat manusia di dunia dengan mata kalbu dan di akhirat dengan mata kepala. (c) pemisahan bahwa Allah memimpin alam dengan segala isinya seperti manusia memimpin dirinya. Adapun pada pemahaman ulama sebelumnya terdapat pengabaian salah satu dari dua makna: makna tersirat atau makna tersurat pada satupihak, dan pada pihak yang lain kebutuhan akal dan naqal tidak seimbang. Mu’tazilah dan para filusuf hanya mentakwil dengan mengedepankan akal atas naqal, Asy’ariyah mentakwil dengan mengedepankan naqal atas akal. Sementara golongan Hasywiyah hanya memahami makna lahir dan mengabaikanya makna batin, sedangkan golongan Bathiniyah hanya memahami makna batin. Pemahaman kedua (peripheral) berupa pemahaman dengan menyampaikan gagasan pokok yang sama dengan penafsiran dan pemikiran sebelumnya dan hanya berbeda dalam rincian penjelasan yang tidak berarti. Perbedaan peripheral ini ditemukan di antaranya pada persoalan kalam Allah. Pemahaman Al-Ghazali yang mengandung perbedaan sentral ini, utamanya penafsiran gandanya mempunyai signifikansi intelektual yang cukup berarti dalam hubungannya dengan aliran-aliran keagamaan dalam Islam, karena semua unsure metodologi mereka secara tidak langsung telah digunakan dan difungsikan oleh Al-Ghazali sesuai dengan proporsinya setelah diurai dan didata ulang. Pada pihak lain, penafsiran gandanya itu dapat mensintesakan ilmu kalam tasawuf. Adapun faktor yang melatarbelakangi penafsiran Al-Ghazali memiliki pemahaman baru sehingga menimbulkan perkembangan signifikan dalam dunia pemikiran Islam adalah semangat zaman yang mengitarinya. Semangat zaman itu berupa keberagaman aliran pemikiran keagamaan yang diakibatkan oleh perbedaan metode penafsiran atau jelasnya perkembangan pemikiran pada satu pihak dan perkembangan pengetahuan kebahasaan pada pihak yang lain. Selanjutnya mengenai persamaan ide penafsiran Al-Ghazali dengan tokoh-tokoh lainnya dalam hubungannya dengan waktu sebelum dan sesudahnya, diketahui bahwa model penafsiran Al-Ghazali itu didapatkan pada model penafsiran Muhy al-Din Ibn Arabi dalam mentakwil dan mentasybih, Najm al-Din al-Dayah dalam menggabungkan makna lahir dan makna batin dan Sayyid Qutub dalam pandanganya bahwa makna lahir sebagai sarana menjelaskan dan memperindah bahasa penyampaian, sedangkan makna batin sebagai sarana taqdis. Kemudian tentang persamaan model penafsiran Al-Ghazali dalam hubungannya dengan ilmuwan-ilmuwan sebelumnya, diketahui bahwa konsep Al-Ghazali mempunyai persamaan dengan Al-Muhasibi tentang skeptisisme, dengan Al-Asy’ari tentang kalam Allah, dengan Plato, seorang filusuf Yunani mengenai ajaran tentang idea, dan dengan Aristoteles mengenai logika syllogism.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Additional Information: Kata Kunci: Kalam, Tasawuf
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 17 Nov 2014 15:21
Last Modified: 09 Apr 2015 09:09
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14565

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum