MUSIKALITAS AYAT-AYAT MAKKIYAH DALAM PERSPEKTIF ILMU ‘ARUD

AKHMAD PATAH , NIM. 04.3.429/S3 (2014) MUSIKALITAS AYAT-AYAT MAKKIYAH DALAM PERSPEKTIF ILMU ‘ARUD. ["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined] thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA.

Full text not available from this repository.

Abstract

Fokus penelitian dalam disertasi ini adalah menganalisis unsur-unsur musik dalam al-Qur’an dari perspektif Ilmu ‘Arud (prosodi). Permasalahan pokoknya disusun untuk menjawab pertanyaan seberapa banyak al-Qur'an mengadopsi pola-pola musikalitas puisi Arab Jahiliyyah ke dalam ayat-ayatnya, terutama ayat-ayat Makkiyah. Tujuannya adalah menguji teori 'arud terhadap al-Qur’an untuk mengetahui adanya pola-pola musikalitas puisi Arab Jahiliyyah dalam al-Qur’an, selanjutnya ditemukan sisi keindahan musikalitasnya dari aspek lahir, yaitu dalam sistem bunyi ketika al-Qur'an itu dibaca, yang berarti menampilkan sisi lain kemukjizatan al-Qur'an. Analisis terhadap musikalitas al-Qur’an menggunakan teori ‘Arud yang rumusan awalnya disusun secara mendetil oleh Imam Khalil bin Ahmad (w. 174 H). ‘Arud adalah ilmu musikalitas puisi yang mengkaji konsistensi puisi Arab dalam menggunakan matra, yang disusun berdasarkan pengaturan satuan-satuan bunyi vokal dan bunyi konsonan sehingga menghasilkan efek musik berupa rima, ritme, dan metrum yang serasi, serta membahas sistem percepatan nada (zihaf) dan perubahan standar ritme (‘illah). Dari pengkajian pola dasar ritme dan metrum dalam puisi Arab, Khalil dan penerusnya merumuskan pola musikalitas puisi ke dalam 16 macam matra, yaitu tawil, madid, basit, wafir, kamil, hazaj, rajaz, ramal, sari’, munsarih, khafif, mudari’, muqtadab, mujtas, mutaqarib, dan mutadarak. Secara faktual matra-matra ini selalu diikuti oleh para penyair Arab dan menjadikan kekhasan puisi mereka sehingga enak dibaca, didendangkan, dan didengar, sesuai dengan tradisi oral mereka selama berabad-abad Al-Qur’an merupakan perwujudan riil dari apa yang disebut sebagai bahasa, yang merupakan sistem penanda dalam sistem budaya. Sebagai sebuah teks, al-Qur’an juga mengacu pada kebudayaan dengan segala yang melingkupinya. Sisi lain, teks juga mampu mengolah kaidah-kaidah pembentukan makna untuk memberikan efek pemaknaan yang baru yang berarti juga menghasilkan efek perubahan pada kebudayaan. Di dalam teks al-Qur’an terdapat ciri-ciri yang menunjukkan adanya kemiripan dan perbedaan dengan teks-teks yang sudah ada, seperti teks-teks puisi Jahiliyyah. Bagi masyarakat Arab pada masa awal diturunkannya, al-Qur’an sangat mengagumkan karena keindahan bahasanya. Al-Qur’an merupakan satu-satunya jenis tulisan yang belum pernah mereka lihat, sekalipun ia memiliki kesamaan dengan jenis-jenis tulisan yang sudah ada. Ia bukan prosa tetapi seperti prosa. Ia bukan puisi tetapi seperti puisi. Ia merupakan bentuk dekonstruksi terhadap kebiasaan tulisan, baik yang berupa prosa, puisi, pidato, maupun surat. Al-Qur’an yang diturunkan di tengah masyarakat Arab yang sangat mencintai puisi ini banyak mengadopsi pola-pola puisi yang menjadi kegemaran mereka. Ayat-ayat Makkiyah (86 surat yang diturunkan ketika Nabi saw. masih berada di Makkah) memuat 512 ayat yang mengikuti pola matra puisi Arab. Hal ini kiranya yang menyebabkan orang Arab tercengang sampai menganggap Nabi Muhammad saw. sebagai ‚penyair gila‛. Dekonstruksi al-Qur’an terhadap puisi Arab terlihat dari bagaimana ia menampilkan surat sebagai pengganti qasidah dan ayat sebagai pengganti bait. Surat tidak sama sekali berbeda dengan qasidah, ayat juga tidak sama sekali berbeda dengan bait. Ayat tidak hadir dalam dua baris perpasang-pasangan, tetapi satu baris yang bebas tidak terikat panjang dan pendeknya. Dalam satu surat tidak terikat satu matra, bisa beberapa matra, sehingga tidak monoton. Matra yang paling banyak dijumpai dalam puisi Arab seperti tawil, basit, kamil, rajaz, dan khafif, tidak sebanyak itu dijumpai dalam al-Qur’an. Sebaliknya matra mujtas, mutaqarib, dan mutadarak yang tidak seberapa banyak digunakan para penyair justru banyak terdapat dalam al-Qur’an. Hal yang juga membedakan keduanya adalah tidak terikatnya ayat oleh matra, seperti hadirnya ayat yang bermatra hanya separo bait tam atau separo bait majzu’ lebih banyak daripada yang utuh satu bait (dua baris yang berpasangan), dan pola matra yang terdapat dalam al-Qur’an terkadang satu ayat, kurang dari satu ayat, atau satu ayat lebih. Surat-surat Makkiyah yang lebih awal turunnya cenderung lebih banyak menggunakan pola matra, dan semakin akhir turunnya semakin sedikit ayat yang bermatra.

Item Type: Thesis (["eprint_fieldopt_thesis_type_phd" not defined])
Additional Information: Promotor: Prof. Dr. H. Machasin, M.A. Dr. H. Sukamta, M.A.
Uncontrolled Keywords: Kata kunci: musikalitas, ayat Makkiyah, ilmu ‘Arud .
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 27 Nov 2014 10:42
Last Modified: 27 Nov 2014 10:42
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14703

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum