ISLAM BUTON (INTERAKSI ISLAM DENGAN BUDAYA LOKAL) MUHAMMAD ALIFUDDIN

MUHAMMAD ALIFUDDIN, NIM. 993150 (2006) ISLAM BUTON (INTERAKSI ISLAM DENGAN BUDAYA LOKAL) MUHAMMAD ALIFUDDIN. Doctoral thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (ISLAM BUTON (INTERAKSI ISLAM DENGAN BUDAYA LOKAL) MUHAMMAD ALIFUDDIN)
BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (6MB) | Preview
[img] Text (ISLAM BUTON (INTERAKSI ISLAM DENGAN BUDAYA LOKAL) MUHAMMAD ALIFUDDIN)
BAB II, III, IV, V.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (23MB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan menjelaskan hubungan dinamis antara Islam dengan budaya Lokal yang terdapat pada masyarakat Buton. Dengan menggunakan metode deskriptif analisis serta pendekatan sejarah dan antropologi, studi ini memusatkan telaahnya untuk menjelaskan latar belakang pembentukan tradisi Islam pada masyarakat Buton, bentuk-bentuk interaksi yang tejadi antara kedua elemen, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta karakteristik Islam Buton. Dalam perspektif sejarah, keberadaan Islam di wilayah ini diawali oleh konversi kekuasaan lokal ke dalam Islam. Bahwa dalam proses panjang sejarah yang dijalani dan dialami masyarakat Buton, hingga akhirnya memilih Islam sebagai “ideologi” resmi bagi etnik ini, ternyata tidak dengan sendirinya menghilangkan seluruh unsur lokal yang berkembang sebelumnya. Dengan demikian, Islam dan unsur lokal harus bersanding guna merumuskan hubungan yang memadai untuk kebutuhan orang Buton, keniscayaan ini juga tetap berlangsung ketika unsur-unsur modernitas merambah wilayah ini. Hubungan Islam dengan nilai dan tatanan lama, menunjukkan pada pertemuan yang tak mudah dan sederhana. Aneka gelombang Islamisasi di wilayah ini dengan berbagai modusnya harus menghadapi warisan lama pra Islam. Oleh karena itu, Islam sebagai nilai yang datang pada ruang yang telah memiliki nilai, dituntut untuk lebih toleran guna mendefinisikan kehadirannya dalam konteks lokal. Sebaliknya nilai-nilai lokal secara bertahap mendefinisikan dirinya ke dalam Islam. Dengan kata lain konversi masyarakat Buton ke dalam Islam, lebih menunjukkan pada suatu proses panjang menuju “kompromi” yang lebih besar terhadap “eksklusivisme” Islam. Kompromitas antara Islam dengan budaya lokal merupakan keniscayaan juga merupakan jalan terbaik dalam rangka menghindari konflik. Kompromitas tersebut menjadikan Islam terakomodasi dalam kultur orang Buton atau terasimilasi dan pada gilirannya terintegrasi dalam kultur lokal. Dengan demikian, interaksi antara Islam dengan budaya lokal tidak terjadi dalam satu bentuk, tetapi memiliki beragam bentuk yang terbentang di antara kecenderungan menghindari konflik ( kompromitas: adaptasi, akomodasi dan asimilasi) hingga integrasi. Selain akomodasi dan asimilasi, proses interaksi tersebut juga menunjukkan terjadinya integrasi, yang ditandai oleh dominasi nilai-nilai Islam atas budaya lokal. Proses interaksi yang menghasilkan akomodasi, misalnya ritual posuo (pingitan) dan upacata tujuh bulanan. Sedangkan proses interaksi yang menghasilkan asimilasi terjadi pada ritual, perkawinan, aqiqah, dan khitanan. Dapat ditegaskan bahwa dalam banyak hal dan kasus, asimilasi atau perpaduan antara Islam dengan budaya lokal setelah melalui tahapan masa, lebih mengarah pada dominasi warna Islam. Dalam proses tersebut secara umum yang terjadi Islam berdiri di atas segala hal yang bersifat kedaerahan atau budaya lokal, tetapi tidak sampai mereduksi secara keseluruhan potensi kebutonan. Potensi kebutonan yang terjelma lewat aspek muamalah duniawiyah tetap lestari dan terjaga yang ditambah dengan asesoris nilai-nilai Islam. Sedangkan integrasi yang ditandai oleh dominasi nilai-niali Islam pada budaya lokal depat dilihat pada basis keimanan dan ritual pokok kehidupan. Misalnya kepercayaan kepada Tuhan, nabi, malaikat, hari kemudian, dan taqdir baik dan buruk. Demikian pula dengan pemahaman tentang kewajiban salat lima waktu, puasa, zakat, dan haji. Panduan antara kedua elemen tidaklah bersifat statis tetapi bersifat dinamis, kedinamisan yang terjadi sangat dipengaruhi oleh perkembangan sejarah, budaya dan peradaban yang menghampiri keduanya. Oleh karena itu, wujud Islam Buton pada masa awal pembentukannya hingga paruh awal abad ke-20, lebih menunjukkan pada karakter Islam yang bertumpu pada dominasi “elit” lokal berubah menjadi Islam yang populis atau Islam kultural.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Additional Information: Promotor : Prof. Dr. H. Burhanuddin Daja
Uncontrolled Keywords: Islam Buton, Budaya Lokal
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: H. Zaenal Arifin, S.Sos.I., S.IPI.
Date Deposited: 09 Dec 2014 10:30
Last Modified: 09 Apr 2015 09:20
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15076

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum