KRITIK TERHADAP LOGIKA ARISTOTELES (STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH DANFRANCIS BACON)

JEMIL FIRDAUS , NIM. 1220510067 (2014) KRITIK TERHADAP LOGIKA ARISTOTELES (STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH DANFRANCIS BACON). Masters thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (KRITIK TERHADAP LOGIKA ARISTOTELES (STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH DANFRANCIS BACON))
1220510067_bab-i_iv-atau-v_daftar-pustaka(1).pdf

Download (1MB) | Preview
[img] Text (KRITIK TERHADAP LOGIKA ARISTOTELES (STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH DANFRANCIS BACON))
1220510067_bab-ii_sampai_sebelum-bab-terakhir(1).pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB)

Abstract

Inti logika Aristoteles terletak pada silogisme, yaitu suatu bentuk inferensi (penarikan kesimpulan) yang terdiri dari tiga proposisi, yaitu mayor, minor dan konklusi. Model yang digunakan “jika... maka”. Contoh, jika A adalah B, B adalah C, maka A adalah C. Metode ini digunakan sebagai pola menemukan ilmu pengetahuan, dikenal dengan metode deduktif, yaitu gerak nalar menyimpulkan dari gejala umum untuk kemudian ditarik kepada suatu kesimpulan yang khusus. Logika Aristoteles memberikan pengaruh dan bertahan cukup lama, baik di dunia Islam maupun Barat, dengan berbagai tanggapan kritik yang berbeda. Dari dunia Islam pengkritik yang terpopuler adalah Ibn Taimiyah melalui karyanya al-Naqd al-Manthiq dan al-Radd ‘ala al-Mantiqiyyīn, sedangkan dari Barat yaitu Francis Bacon melalui maha karya Novum Organum. Persoalan yang hendak diketahui dalam tesis ini adalah mencari latar belakang munculnya kritik Ibn Taimiyah dan Francis Bacon terhadap logika tradisional Aristoteles, ditunjau dari kondisi sosial, budaya dan iklim perpolitikan di saat itu, mencari persamaan dan perbedaaan pemikiran kritik Ibn Taimiyah dan Francis Bacon pada zamannya masing-masing terhadap logika tradisional Aristoteles, serta bagaimana implikasi pemikiran kedua tokoh tersebut. Namun harapan kemudian berujung pada mencari jawaban dari satu pertanyaan, kenapa epistemologi di dunia Islam tidak semaju dunia Barat? Kerangka teori dalam tesisi ini, menggunakan teori paradigma Thomas S. Khun, dengan teori revolusi pengetahuan yang mengaitkan antara sain yang normal (normal science) - anomali – krisis – paradigma baru. Logika Aristoteles di posisikan sebagai sain normal, sedangkan anomali krisis adalah cacat-cacat logika tradisional Aristoteles yang tidak bisa menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi pada masa Ibn Taimiyah dan Francis Bacon. Adapun pemikiranpemikiran kritik Ibn Taimiyah dan Francis Bacon penulis anggap sebagai paradigma barunya. Kritik Ibn Taimiyah dan Francis Bacon terhadap logika tradisionalis Aristoteles merupakan objek material dalam penelitian ini, diuraikan dengan menggunakan pendekatan filsafat ilmu, terutama ditinjau dari segi empistemologinya. Pada masa Ibn Taimiyah dan Francis Bacon, logika Aristoteles mendapatkan anomali dan tidak bisa menyelesaikan krisis persoalan-persoalan yang terjadi. Maka Ibn Taimiyah dan Francis Bacon mengkritik dan memunculkan paradigma baru. Agar pengetahuan berkembang, maka metode logika Aristoteles lambat laun ditinggalkan. Kritik keduanya memunculkan paradigma baru epistemologis, bermuara pada metode yang lebih realis-empiris, dan lembih praktikal dari pada metode deduktif logika Aristoteles yang terkesan hanya kontemplatif, bersandar pada konsistensi berfikir semata. Beberapa hasil temuan dalam penelitian tesis ini adalah bahwa kritik Ibn Taimiyah berlatar belakang agama dan politk, sedangkan Bacon murni pengembangan filsafat alam. Ibn Taimiyah memposisikan logika Aristoteles sebagai sumber kerusakan akidah, sedangkan Francis Bacon menanggapi logika Aristoteles mencapai titik krisis yaitu tidak mampu melahirkan ilmu baru, terutama ketika dibenturkan dengan upaya penguasaan alam. Melalui pola skolastik, Ibn Taimiyah membangun metode-metode ilmu agama dan sekaligus mengkritik logika Aristoteles dengan menggunakan teori al-tajribah al-ḥissiyyah (metode empiris), al-mutawātirāt (kabar dari orang banyak) dan istiqrā’ (penalaran induktif). Sedangkan Bacon mengembangkan metode induktif filsafat alam murni. Ia menawarkan metode induktif modern guna mendapatkan kebenaran ilmiyah yang lebih konkret, praktis, mensistematisasi prosedur ilmiyah secara logis, dan bermanfaat positif terhadap kehidupan manusia. Kritik Ibn Taimiyah terhadap logika Aristoteles lebih komprehensif dan detail dibandingkan Bacon, namun ia lemah dalam menyusun sistem metode realis-empirisnya. Akibatnya, fakta-fakta observasi empirik tidak dikembangkan oleh para pengikut Ibn Taimiyah, yang justru dikembangkan adalah makna penting berpegang kepada al-Quran dan al-Sunnah, dengan menggunakan nalar literalis. Akibatnya epistemologi di dunia Islam menjadi stagnan, dan membentuk peradaban ilmu teknologi yang masih marginal. Berbeda halnya dengan Bacon yang mampu memberikan sistematisasi metode realis-empiris induktifnya. Metode filsafat alam ala Bacon mengakar kuat di Barat, mampu berkarya dengan penemuan baru penguasaan alam, memiliki aplikasi positiv untuk menciptakan kenyamanan kehidupan manusia. Terlebih lagi pengikut Bacon, betu-betul mengembangkan metode induksi, bahkan mengalami evolusi, revisi dan revitalisasi berulang kali. Unntuk saat ini, Barat jauh lebih maju dari dunia Islam dalam penguasaan alam.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Pembimbing : Dr. Alim Roswantoro, MA.
Subjects: Agama Dan Filsafat
Divisions: Pascasarjana > Thesis > Agama dan Filsafat
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 11 Dec 2014 10:18
Last Modified: 15 Apr 2015 15:33
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/15135

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum