PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN JAWA DAN SERAT PAMORING KAWULA-GUSTI; Perkembangan Kebudayaan Jawa

Drs. SIMUH, (2008) PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN JAWA DAN SERAT PAMORING KAWULA-GUSTI; Perkembangan Kebudayaan Jawa. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
01. SIMUH - PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN JAWA DAN SERAT PAMORING KAWULA - GUSTI.pdf - Accepted Version

Download (4MB) | Preview
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_lightbox)
lightbox.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_preview)
preview.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_medium)
medium.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_small)
small.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_lightbox)
lightbox.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_preview)
preview.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_medium)
medium.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_small)
small.jpg

Download (0B)

Abstract

DESKRIPSI Suku bangsa jawa sebelum datangnya pengaruh agama Hindu mungkin belum mengenal tulisan. Namun demikian menurut penelitian ahli-ahli sejarah, kebudayaan Jawa dalam masa pra-sejarah ini telah mengalami perkembangan. Dalam ceritera Aji Saka datang ke Jawa, yang melambangkan masuknya pengaruh unsur-unsur kebudayaan Hindu (kebudayaan suku bangsa Scyth = Saka), dinyatakan bahwa pulau Jawa telah diperintah oleh raja yang kekuasaannya membentang sampai ke laut Selatan. walaupun peradaban negeri ini masih jauh lebih rendah peradaban suku bangsa Scyth (Hindu), dimana rajanya digambarkan masih suka makan daging manusia, namun ceritera itu menunjukkan bahwa suku bangsa Jawa dalam bidang politik/kenegaraan telah mengenal sistem kerajaann yang teratur dan luas daerah kekuasaannya. Dan demikian pula suku bangsa Jawa telah mengenal cara menenun pakaian, membuat rumah, bercocok tanam, dan sebagainya. Dalam bidang keagamaan, kepercayaan animisme-dinamisme telah berkembang menjadi sistem pemujaan terhadap ruh nenek-moyang dan pemujaan terhadap tempat dan benda-benda yang dianggap berkeramat (sakti). Disamping pemujaan terhadap ruh nenek-moyang yang memang telah mengakar dan mendasari tingkah laku keagamaan suku bangsa Jawa, diduga mereka telah mengenal pemujaan terhadap dewa-dewa. Dalam hal ini Prof. Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka menyatakan : Agaknya dapat dikira-kirakan, bahwa, tatkala memuncaknya perkembangan Jawa-Hindu, Tuhan orang Jawa tulen terdesak oleh Tuhan Orang Jindu..... Ketika kemudian pengaruh Indu makin berkurang, maka tuhan orang Jawa tulen muncul lagi dan ditempatkan di atas bathara Guru. Adanya kepercayaan pada dewa-dewa: sang hyang Tunggal, sang hyang Wenang, sang hyang Taya (Sunda teu ya = tidak ada) menurut R.M. Ng. Poerbatjaraka menunjukkan dewa-dewa jawa tulen, karena kata-kata itu asli Jawa.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: #CONTRIBUTOR#
Uncontrolled Keywords: Perkembangan, Kebudayaan, Jawa, Serat, Pamoring, Kawula-gusti
Subjects: Al Jamiah Jurnal
Divisions: E-Journal
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 08 Apr 2013 18:12
Last Modified: 08 Apr 2013 18:12
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1557

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum