FILSAF AT DALAM PEI\FIKIRAN ISLAM RASIONAL HARUN NASUTION (SCBUAH SUMBANGAN BAGI PENGEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM DI INDONESIA)

NURISMAN, NIM : 973086 (2009) FILSAF AT DALAM PEI\FIKIRAN ISLAM RASIONAL HARUN NASUTION (SCBUAH SUMBANGAN BAGI PENGEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM DI INDONESIA). Doctoral thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (FILSAF AT DALAM PEI\FIKIRAN ISLAM RASIONAL HARUN NASUTION (SCBUAH SUMBANGAN BAGI PENGEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM DI INDONESIA))
NURISMAN - NIM 973086 FILSAF AT DALAM.pdf

Download (9MB) | Preview

Abstract

Disertasi ini memfok:uskan pembahasannya pada filsafat ,dalam pemikiran Harun Nasution, dengan meletakkan obyek formalnya pada gagasan Islam Rasional. Sejak tahun 70-an, Harun Nasution mencoba mengintrodusir pemikiran Islam rasional yang inspirasi utamanya diambil dari pemikiran teologi Mu' tazilah, pemikiran para filosof Muslim dan pemikiran para pembaru Islam seperti Muhammad Abduh ke dalam kancah pemikiran Islam secara sistematis melalui lembaga pendidikan tinggi terutama IAIN dengan mempublikasikan karya-karya yang bercorak teologi maupun filsafat yang k:urang diapresisasi selama ini. Pemikiran Islam rasional dikonstruksi dengan metode filsafat atas logika hukum alam atau logika keadilan Tuhan dan pandangan kebebasan manusia. Logika hukum alam berpandangan bahwa di alam semesta Tuhan telah menciptakan hukum-hukum-Nya (hukum kausalitas) secara tetap dan tidak pernah mengalami perubahan. Keberhasilan manusia tergantung kepada kemampuannya memahami dan memanfaatkan hukum-hukum alam itu. Peran Tuhan dalam konsep ini menjadi berk:urang sementara kebebasan manusia semakin bcsar. Manusia adalah agen yang otonom dalam eksistensi dan historisitas hidupnya Ia bertanggung jawab atas kehidupannya yang kongkret terhadap tindakan yang dilepaskannya. Peran manusia tidak hanya pada kebebasan berbuat tetapi juga pada akal pikirannya yang mampu mencapai kebenaran seperti halnya kebenaran dari informasi wahyu, sama halnya pandangan para filosof Muslim al-Farabi, lbn Sina maupun lbn Rusyd. Kebebasan merupakan hal yang mendasar dalam wacana Harun Nasution. Dengan akalnya, manusia bisa bertransendensi dan mengambil distansi dengan entitas lain misalnya mengambil jarak terhadap tafsiran wahyu yang dipahami oleh cendekiawan masa lampau. Hal ini sudah dilakukan oleh para pembaru sebelwnnya, seperti Muhammad Abduh. Harun juga mengingatkan kepada umat Islam agar mampu membedakan mana wilayah universal qath 'f yang tidak terikat pada ruang dan waktu dan mana wilayah lokal partikular zhannf yang dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Pembedaan ini betpengaruh pada eksplorasi epistemologi dan pada penemuan relasi ilmu, baik relasi koherensi, korespondensi maupun pragmatik. Meskipun Harun sendiri baru bergerak secara sistematis pada wilayah koherensi, sedangkan korenspondensi maupun pragm~tik masih merupakan rekomendasi yang bisa dilanjutkan oleh para pelanjutllya. Ini bertolak belakang dengan pandangan teologi yang sudah berakar kuat dan menjadi imajinatif kolektif umat Islam di tanah air yaitu teologi Asy'ariah atau teologi Ahl Sunnah wa alJama'ah yang berdiri atas logika kehendak mutlak Tuhan (teosentris). Dalam teologi ini peran Tuhan sangat besar dan manusia menjadi sangat lemah dan tidak mempunyai kebebasan. Allah dikonsepsikan sebagai personal God yang berada di singgasana-Nya, Ia Maha Berdaulat dan Otoriter. Teologi ini bersifat tradisional dan non filosofis. Unsur penyerahan manusia kepada Tuhan sangat tinggi sehingga spekulasi manusia cenderung tidak berkembang. Informasi wahyu mempunyai posisi yang otoritati.f, bahkan tafsiran mutakallimuun (teolog) masa lalu yang historis diangkat menjadi normatif sehingga mempunyai •otoritas yang kuat. Orang akan dikungkung oleh model berpikir bayanf dan sulit untuk bisa meajangkau model berpikir metateks karena kekhawatiran akan murka Allah. Harun merasa resah dengan peta pemikiran Islam di tanab air, khususnya dalam teologi. Menurut Harun Nasution, teologi Islam yang diajarkan di Indonesia pada umumnya adalah teologi Asy' ariah yang bersifat tradisiooal, sehingga timbul kesan di kalangan umat Islam bahwa inilah satu-satunya sistem teologi yang ada dalam Islam. Pandangan ini akan mudah teibawa kepada sikap truth claim, mudah mengatakan orang lain sesat, kafir dan sebagainya. Cara berpikir mode of thought semacam ini pada gilirannya akan memunculkan mode of knowing dan ini akan berimplikasi yang luas. Padahal, ada sistem teologi lain yang lebih liberal, rasional dan filosofis, yaitu teologi Mu'tazilah. Teologi rasional semacam inilah, menurut Harun yang akan membawa kemajuan, sedangkan teologi Asy'ariah menyebabkan umat menjadi fatalis, mudah menyerah pada nasib. Tentu saja rekomendasi Hamn ini bersifat historis bukan romantisme semata, karena pada masa kejayaan Islam dalam pandangan Harun, andil Mu'tazilah demikian signifikan. Para pemikir Islam modern, seperti Muhammad Abduh, Ahmad Khan, Iqbal dan lain-lain juga melihat perlunya sistem teologi Mu' tazilah diaktualkan kembali. Bahkan, dalam perkembangan dan kemajuan Barat, terutama pada masa renaisans unsur rasionalitas ini ikut memberikan kontribusi melalui pemikiran rasional Ibn Rusyd, yang rasionaJitasnya paralel dengan Mu' tazilah, terutama dalam elaborasinya tentang kausalitas. Dari pengalaman ini temyata rasionalitas model Mu'tazilah mampu menggempur model tradisionalisme yang berkembang di Baral Otoritas wahyu dalam spekulasi Mu' tazilah menjadi kecil. Dalam hal ini, Hamn mempunyai pemahaman pemi.kiran sirkular terhadap dialektika sejarah. ' Pemikiran Islam Rasional Hamn Nasution ini mendapatkan antusiasme yang menggembirakan dari kalangan muda . dan kalangan birokrasi pemerintahan. Buku Harun menjadi rujukan di Perguruan Tinggi Agama Islam di seluruh Indonesia. Di kalangan mahasiswa dan kaum muda, Hamn berhasil menyuntikkan etos intelektualisme di mana orang merasa bebas untuk mengeksperikan pikirannnya tanpa takut salah dan juga yang lebih penting tanpa takut dilabeli dengan stigma tertentu, seperti sesat, murtad dan lain seb~gainya. Harun memberikan pencerahan • intelektual dan membuka panorama pemikiran yang cukup signifikan untuk iklim intelektual Islam di tanah air. Pengalaman menuntut ilmu di McGill University pada Program Magister dan Doktor menyebabkan Harun memahami dan memiliki sikap ilmiah dan intclekual secara baik yang masih kurang berkcmbang di tanah air. Di kalangan pemerintah Orde Baru model pemi.kiran ini sedang ditunggu kedatangannya karena pemerintah sedang memobilisasi masyarakat untuk pembangunan, sedang dibutuhkan piranti untuk. mendukungnya. Untuk itu sikap rasional memang dibutuhkan, karena sudah ada political will pemerintah untuk ini. Secara aksilogis teologi rasional Hamn begitu fungsional, di sini terjadi simbiosis mutualisma. Sejak awal kritik terhadap gagasan Islam Rasional Harun ini sudah muncul. Term Mu' tazilah sendiri di kalangan pesanlren tidak disenangi. Ketidaksenangan masyarakat tradisional terhadap Mu' tazilah didasari oleh pengalaman historis dimana ulama-ulama salaf seperti Imam Hambal diperlakukan secara kasar oleh pemerintah yang mendukung model teologi Mu' tazilah. Harun Nasution dianggap terlalu melangit menyederhanakan persoalan, karena persoalan kemunduran umat Islam tidak bisa hanya dicari.kan pada sifat fatalismc Asy' ariah, akan tetapi ada variabel lain, seperti tekanan penguasa yang ikut menyebabkan penderitaan masyarakat. Kritikan lainnya seperti memaham.i reason sebagai being tidak selalu tepal Harun dikritik karena tidak banyak menggunakan teori kritis dalam tulisannya sehingga dianggap tidak peka terhadap rakyat tertindas. Namun, pada sisi lain, Harun Nasution telah memberikan cara baru membaca ajaran Islam yang dalam konteks pemikiran Islam di Indonesia relatif masih jarang sehingga ia mempunyai efek pencerahan. Ke depan diperlukan melihat lebih cermat pemikiran Harun Nasution. Diperlukan pendekatan fenomenologis-eksistensial untuk melihat ajaran Islam, tidak didominasi rasional skolastik. Inilah di antara kontribusi tulisan ini.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Ringkasan Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 10 Aug 2015 14:13
Last Modified: 10 Aug 2015 14:13
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16741

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum