PERUBAHAN APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP KESENIAN TRADISIONAL (STUDI KASUS KESENIAN KOBROSISWO DI DUSUN SUROWANGSAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN 1972-2008)

SIGIT MASYHURIL - NIM. 01120713 , (2009) PERUBAHAN APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP KESENIAN TRADISIONAL (STUDI KASUS KESENIAN KOBROSISWO DI DUSUN SUROWANGSAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN 1972-2008). Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (PERUBAHAN APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP KESENIAN TRADISIONAL (STUDI KASUS KESENIAN KOBROSISWO DI DUSUN SUROWANGSAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN 1972-2008))
BAB I, BAB V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (939kB) | Preview
[img] Text (PERUBAHAN APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP KESENIAN TRADISIONAL (STUDI KASUS KESENIAN KOBROSISWO DI DUSUN SUROWANGSAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN 1972-2008))
BAB II, BAB III, BAB IV.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (374kB)

Abstract

Seni tari Kobrosiswo pada mulanya muncul di Dusun Cabean, Mendut, Magelang. Namun kemudian berkembang sampai ke daerah Tempel, Sleman. Kesenian ini semula berfungsi sebagai media syiar Islam kemudian beralih sebagai seni pertunjukan. Dalam penyajiannya, seni tari ini didukung oleh dua kelompok tari yaitu, Rodat dan Strart. Gerak tari ini dilakukan secara kelompok berpasangan, selain itu jumlah penari kesenian Kobrosiswo tidak terbatas tergantung pada kebutuhannya. Adapun shalawatan digunakan sebagai lagu pengiring. Misi utama yang dibawa adalah dakwah. Pada tahun 1970-an, kesenian ini mulai berkembang ke Yogyakarta, terutama di daerah Sleman. Pada dasawarsa ini pula banyak dusun yang berada di daerah Tempel, Sleman mulai membentuk grup kesenian Kobrosiswo. Di antara dusun-dusun yang mendirikan grup kesenian tersebut, salah satunya adalah Dusun Surowangsan, Margorejo, Tempel, Sleman. Seni tari Kobrosiswo mulai dikenal warga Surowangsan pada tahun 1972, bermula dari salah seorang warga Surowangsan, Bapak Noto (pada saat itu menjabat sebagai ketua RW) mempunyai keinginan untuk membentuk sebuah grup kesenian, sebagai kegiatan alternatif bagi pemuda-pemuda Surowangsan. Pada saat ini kesenian Kobrosiswo mulai memudar keberadaannya di Dusun Surowangsan. Dalam dunia hiburan saat ini, kesenian tradisional sulit untuk bersaing dengan kesenian modern. Selain bertema umum, kesenian modern mudah dicerna, karena menyesuaikan dengan selera pasar. Berbeda dengan kesenian tradisional, bersifat sederhana dan monoton (tradisi rakyat) atau apabila kesenian itu lahir dari budaya kraton (klasik), terkesan rumit dan sangat sulit dipahami pemirsa. Dengan adanya persaingan ini, selain publikasi media, tuntutan yang utama bagi para kompetitor adalah kreativitas. Dua hal inilah yang menjadi kendala kesenian tradisional untuk mampu menunjukkan eksistensinya. Tetapi benarkah permasalahan tersebut bisa dijadikan sebagai alasan utama? Dewasa ini kesenian seringkali dikaitkan dengan permasalahan ekonomi. Grup musik dangdut misalnya, untuk melihat sebuah grup dangdut tampil biasanya kita harus mengeluarkan sejumlah uang sebagai ongkos. Uang ini diperlukan oleh orangorang di dalam grup tersebut yang menjadikan dangdut sebagai mata pencahariannya. Jelas bahwa pada era modern ini, kesenian tidak lepas dari permasalahan-permasalahan ekonomi, tetapi tidak berlaku bagi grup kesenian Kobrosiswo di Surowangsan. Uang yang dihasilkan dari pentas lebih diperuntukan mengisi kas grup, karena seni Kobrosiswo tidak dijadikan sebagai sumber pendapatan/mata pencaharian. Kasus di atas mungkin hanya salah satu penyebab, dari sekian banyak permasalahan yang berakibat pada vakumnya kesenian Kobrosiswo di Dusun Surowangsan. Masalah-masalah yang muncul dan berakibat pada pudarnya eksistensi kesenian Kobrosiswo di Surowangsan, mengindikasikan bahwa permasalahan tersebut bukan hanya disebabkan faktor dari luar saja, tetapi juga faktor dari dalam. Karena fokus penelitian ini bukan pada seni tari Kobrosiswo, tetapi pada perubahan apresiasi pada masyarakat yang memilki kesenian ini, maka peneltian ini menggunakan masyarakat Dusun Surowangsan sebagai subjeknya. Karena masyarakat dusun ini telah mengembangkan seni tari Kobrosiswo sejak awal tahun 1970-an dan mulai mengalami kevakuman pada akhir tahun 1980-an hingga saat ini (2008). Hal inilah yang menjadi daya tarik penulis untuk mengungkap faktor-faktor pendukung yang mengubah apresiasi masyarakat Dusun Surowangsan.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: PEMBIMBING: RISWINARNO, SS
Uncontrolled Keywords: Kesenian tradisional, perubahan apresiasi, masyarakat
Subjects: Sejarah Peradaban / Kebudayaan Islam
Divisions: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya > Sejarah Kebudayaan Islam (S1)
Depositing User: Miftakhul Yazid Fuadi [staff it]
Date Deposited: 17 Jul 2012 16:39
Last Modified: 21 Dec 2016 09:57
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1718

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum