HUKUM PUASA ENAM HARI DI BULAN SYAWWAL OALAM PANDANGAN MAZHAB MALIKI DAN MAZHAB SYAFI'l

SYARIFUDDIN, NIM03360161 (2007) HUKUM PUASA ENAM HARI DI BULAN SYAWWAL OALAM PANDANGAN MAZHAB MALIKI DAN MAZHAB SYAFI'l. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (HUKUM PUASA ENAM IIARI DI BULAN SY A WW AL OALAM PANDANGAN MAZHAB MALIKI DAN MAZHAB SY AFI'l)
BAB I, V DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (15MB) | Preview
[img] Text (HUKUM PUASA ENAM IIARI DI BULAN SY A WW AL OALAM PANDANGAN MAZHAB MALIKI DAN MAZHAB SY AFI'l)
BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (26MB)

Abstract

Pcrsoalan puasa enarn hari di bulan Syawwal atau singkatnya puasa Syawwal adalah persoalan klasik yang mungkin menurut sebagian orang tidak terlalu menarik untuk dikaji ulang, oleh karena itu perdebatan dan kajian tcntang masalah ini sudah jarang sckali dibuka kembali. Namun ternyata banyak hal yang selama ini tidak kita ketahui dari sesuatu yang dianggap tidak terlalu menarik tadi dan hal ini perlu untuk diungkapkan agar tidak hanya menjadi misteri dalam sebuah kubangan ilmu pengetahuan. Dasar adanya puasa enam ini adalah hadis riwayat sahabat Abii Ayyiib al-An~arT yang menerangkan bahwa "barangsiapa yang melakukan puasa Ramadan dan melanjutkannya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka sesungguhnya ia bcrpuasa satu tahun penuh". Pemahaman tcrhadap hadis ini memunculkan dua hukum. Ada yang mcnghukuminya makruh dan inilah pandangan mazhab Maliki, akan tetapi sebagian yang lain menghukuminya sunnah. Pandangan ini dilontarkan oleh hampir semua ulama fiqh, termasuk mazhab Syafi'i. Adanya perbedaan pemahaman ini, seolah memberi ruang dan kesempatan tersendiri untuk mengkaji ulang masalah ini agar nantinya diketahui bagaimana dasar-dasar istinbal hukum mazhab ini dalam menetapkan hukum melakukan puasa enam hari di bulan Syawwal ini. Kajian yang dilakukan penyusun dalam hal ini adalah menjelaskan pandangan scrta alasan mazhab Maliki dan mazhab Syafi'I dalam menetapkan hukum melaksanakan puasa ini. Dikarenakan kajian ini menggunakan pendekatan norrnatif, maka yang penyusun \akukan adalah mengemukakan pandangan serta alasan kedua mazhab tersebut dalam menetapkan hukum melaksanakan puasa ini yang diambil dari bahan pustaka yang ada kaitannya dengan topik kajian ini. Kemudian penyusun menganalisis kedua pandangan tersebut dengan analisis deduktif, yang pada akhimya akan didapatkan apa yang menjadi pokok kajian dari masalah ini. Berdasarkan penelusuran dan pengamatan yang cukup mendalam, akhimya ditemukanlah alasan dan dasar istinbal hukum kedua mazhab ini dalam menetapkan hukum mclaksanakan puasa enam hari di Syawwal. Mazhab Maliki tidak mengakui hadis tersebut dan menilainya sebagai hadis qa 'ifkarena tidak mendapat landasan ai-Qur'an dan atau tidak didukung oleh amalan penduduk Madinah. Selain itu karena mazhab ini tidak ingin agar puasa yang hukumnya tidak wajib dianggap scbagai puasa wajib disebabkan pelaksanaannya yang berturutan setelah pelaksanaan puasa Ramadan. Hal ini demi untuk menjaga kemaslahatan agama (hifz ad-din) agar tidak tcrjadinya pencampuran hal-hal yang hukumnya wajib dengan yang tidak wajib. Oleh karena itu, untuk menutup sekaligus mcnghindari kemungkinan agar tidak munculnya anggapan scperti itu, maka puasa ini dihukumi makruh (sad az-zari'ah), sehingga diharapkan puasa ini tidak mendapat perhatian khusus dari umat islam sebagaimana puasa-puasa yang Jainnya scpcrti puasa Ramadan. Sedangkan mazhab Syafi'I dalam menetapkan hukum puasa ini berlandaskan pada hadis Abu AyyGb sebagaimana telah dikemukakan diatas. Mcnurut mcrcka hadis ini adalah hadis sahih, dan menurut kalangan mazhab ini, hadis sahih wajib untuk diamalkan dan dijadikan hujjah dalam penetapan hukum serta tidak boleh ada alasan lain yang hanya berlandaskan pada logika yang dapat menafikannya. Ksahihan hadis ini dipandang berdasarkan penilaian dan riwayat lmam Muslim yang merupakan salah satu periwayat hadis-hadis sahih, karena menurut kebanyakan ulama, semua hadis yang diriwayatkan olch Imam Muslim yang diletakkan rada kitab .yabfbnya, bisa dikategorikan sebagai hadis sahih yang wajib untuk diamalkan. Statement inilah yang kemudian menjadi pcgangan kalangan mazhab Syafi'i

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: H. WAWAN GUNAWAN, S.AG, M.AG
Subjects: Perbandingan Madzhab
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Madzab (S1)
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 17 Nov 2015 09:00
Last Modified: 17 Nov 2015 09:00
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/18302

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum