PANDANGAN AL-TABARI, IBNU KATSIR, SAYYID QUTB, DAN M. QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT TENTANG MANUSIA DIUBAH MENJADI KERA DALAM AL-QUR’AN

ALVYSONI MADYAN, NIM. 12531140 (2016) PANDANGAN AL-TABARI, IBNU KATSIR, SAYYID QUTB, DAN M. QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT TENTANG MANUSIA DIUBAH MENJADI KERA DALAM AL-QUR’AN. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (PANDANGAN AL-TABARI, IBNU KATSIR, SAYYID QUTB, DAN M. QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT TENTANG MANUSIA DIUBAH MENJADI KERA DALAM AL-QUR’AN)
12531140_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

Download (2MB) | Preview
[img] Text (PANDANGAN AL-TABARI, IBNU KATSIR, SAYYID QUTB, DAN M. QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT TENTANG MANUSIA DIUBAH MENJADI KERA DALAM AL-QUR’AN)
12531140_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Kesempurnaan penciptaan manusia didasarkan pada potensi yang tidak dimiliki oleh makhluk lain di alam semesta ini, yakni berupa kemampuan berpikir (potensi ‘aqliyyah) di samping potensi-potensi lain yang saling bersinergi satu sama lain. Akan tetapi, terdapat dua keadaan manusia dalam menyikapi potensi ini, yakni mereka yang mempergunakan potensi tersebut sebagaimana mestinya sehingga memperoleh kemuliaan dan mereka yang menyia-nyiakannya sehingga ditimpakan kehinaan. Keadaan yang hina demikian ini, dalam beberapa ayat al-Qur’an, manusia diibaratkan dengan hewan. Hanya saja, dalam beberapa ayat al-Qur’an terdapat perbedaan redaksi ketika mengaitkan antara karakter manusia dengan hewan ini. Ayat-ayat yang dimaksud ialah yang bercerita tentang pembangkangan Bani Isra’il sehingga mereka dikutuk oleh Allah menjadi kera. Pada redaksi ayat-ayat tersebut, Allah tidak mempergunakan lafaz permisalan (‘adawatu al-tasybih) sebagaimana ditemui pada ayat-ayat lain yang berisi keterkaitan antara karakter manusia dengan hewan, melainkan redaksi yang digunakan adalah kata perintah ‚kun‛ dan lafaz ‚ja’ala‛. Perbedaan redaksi ini menimbulkan perbedaan penafsiran di kalangan para mufassir. Ada yang menafsirkan ayat-ayat tersebut secara haqiqi dan ada pula yang secara majazi . Berangkat dari ketertarikan penulis untuk menelisik lebih lanjut fenomena perbedaan penafsiran di atas, dalam penelitian ini penulis berusaha menjawab dua rumusan masalah, yaitu: pertama, bagaimana argumen para mufassir ketika menafsirkan ayat-ayat tentang manusia yang diubah menjadi kera dalam al-Qur’an?, kedua, bagaimana perbandingan pendapat mufassir yang menafsirkan secara haqiqi dan majazi ? Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, penulis menggunakan teori tentang haqiqi dan majazi dengan pendekatan Ulum al-Qur’an. Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif-komparatif, yakni dengan menjabarkan terlebih dahulu pendapat masing-masing mufassir kemudian melakukan perbandingan argumen. Adapun argumen penafsiran yang diperbandingkan dalam penelitian ini adalah penafsiran mufassir yang representatif mewakili tafsir bil ma’tsur dan bil ra’yi baik pada masa klasik dan kontemporer, yakni al-Tabari, Ibnu Katsir, Sayyid Qutb dan M. Quraish Shihab. Hasil dari penelitian ini antara lain: al-Tabari, Sayyid Qutb dan M. Quraish Shihab menafsirkan ayat-ayat tentang manusia diubah menjadi kera dalam al-Qur’an secara majazi , sementara itu Ibnu Katsir menafsirkan secara haqiqi. Kelompok yang menafsirkan secara majazi menggunakan argumen periwayatan dan nalar logika, sedangkan kelompok kedua menjadikan periwayatan sebagai argumen utama. Penulis melihat penafsiran secara majazi memiliki argumen yang lebih kuat dan ini menjadikan penulis lebih cenderung kepada penafsiran secara majazi . Selain memiliki argumen periwayatan yang cukup kuat, terdapat juga indikator-indikator yang mengarah pada ‘ibrah diturunkannya ayat-ayat tersebut. Indikator yang dimaksud dapat dilihat dari rangkaian ayat-ayat yang bercerita tentang kisah tersebut. ‘Ibrah disampaikannya kisah tersebut dalam al-Qur’an adalah agar umatumat yang datang setelah kaum tersebut dapat menjadikan kisah mereka sebagai peringatan sekaligus pelajaran supaya tidak membangkang terhadap perintah Allah, yang akibatnya jatuh dalam jurang kemurkaan dan kehinaan.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag
Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur’an dan Tafsir (S1)
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 21 Apr 2016 18:21
Last Modified: 21 Apr 2016 18:21
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20353

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum