EPISTEMOLOGI KITAB ṢAFWAH AL-TAFĀSĪR KARYA SYEKH MUHAMMAD ‘ALI AL-ṢĀBŪNI

ABD MALIK AL-MUNIR, S.Ud., NIM. 1420510052 (2016) EPISTEMOLOGI KITAB ṢAFWAH AL-TAFĀSĪR KARYA SYEKH MUHAMMAD ‘ALI AL-ṢĀBŪNI. Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (EPISTEMOLOGI KITAB ṢAFWAH AL-TAFĀSĪR KARYA SYEKH MUHAMMAD ‘ALI AL-ṢĀBŪNI)
1420510052_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (2MB) | Preview
[img] Text (EPISTEMOLOGI KITAB ṢAFWAH AL-TAFĀSĪR KARYA SYEKH MUHAMMAD ‘ALI AL-ṢĀBŪNI)
1420510052_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Abstract

Dalam mengarungi kehidupan ini, seseorang membutuhkan peta yang jelas untuk melewatinya. Bagi seoarang muslim al-Qur’an adalah peta kehidupan, yang dengannya seseorang dapat melewati kehidupan ini dengan baik serta berbuah kebahagian, bukan hanya di kehidupan dunia, namun jauh daripada itu di kehidupan akhirat. Karena al-Qur’an sebagai peta (petunjuk) hidup, maka sudah barang tentu, banyak kalangan yang berkompeten untuk memberikan penafsiran terhadap petunjuk-petunjuk hidup didalam al-Qur’an. Salah satu yang melakukan hal tersebut adalah Syekh Muhammad ‘Ali al-Ṣābūni. Penafsiran itu tertuang dalam karya magnum oppus-nya Ṣafwah al-Tafāsīr. Ada beberapa hal yang membuat penulis tertarik mengkaji kitab Ṣafwah al-Tafāsīr ini, yaitu: pertama, Ṣafwah al-Tafāsīr mendapat kritikan dari cendikiawan di negara lahirnya kitab ini yakni Saudi Arabia. Kedua, kitab Ṣafwah al-Tafāsīr merupakan kitab yang cukup populer dikalangan santri di Indonesia dan dipergunakan sebagai rujukan dalam perlombaan Musabaqah Tilawah al-Qur’an cabang syarhil Qur’an baik ditingkat nasional maupun internasional. Ketiga, ‘Ali al-Ṣābūni sebagai penulis Ṣafwah al-Tafāsīr tetap memakai metodologi penafsiran ala klasik ditengah semaraknya penafsiran ala kontemporer semisal Fazlurrahman, Nasr Hamid Abu Zayd dan Muhammad Syahrur. Adapun pertanyaan yang ditimbulkan penulis dari tesis ini adalah; apakah hakikat penafsiran menurut Muhammad ‘Ali al-Ṣābūni? Bagaimana konstruksi epistemologi kitab Ṣafwah al-Tafāsīr? Mulai sumber, model, metodologi serta validitas penafsiran. Pertanyaan lain yang juga dijawab di tesis ini adalah apa implikasi penafsiran? Metode yang digunakan untuk menganalisa data dalam penelitian ini adalah eksplanatoris-analitis, yaitu penelitian yang mendeskripsikan, menganalisis dan mengkritik, yang pelaksanaannya tidak hanya sebatas pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi data. Sedangkan kerangka teorinya adalah tipologi penafsiran kontemporer yang diperkenalkan Sahiron Syamsudin sebagai terori untuk meneroka model penafsiran di kitab Ṣafwah al-Tafāsīr dan teori yang lain adalah epistemologi dalam filsafat ilmu yang mempertanyakan sumber, langkah penafsiran dan validitas tafsir. Hasil penelitian penulis mengungkapkan bahwa hakikat penafsiran menurut al-Ṣābūni adalah dalam rangka membuat al-Qur’an berdaya guna bagi kehidupan atau al-Qur’an berparadigma fungsional dan untuk hal tersebut maka tugas ulama untuk menafsirkan apa yang terkandung didalam al-Qur’an, model penafsiran alx Ṣābūni adalah quasi-objektivis tradisional karena al-Ṣābūni menerapkan kaidah penafsiran klasik dan masih berpegang pada makna literal. Sedangkan sisi epistemologi di kitab Ṣafwah al-Tafāsīr yang terkait pertama sumber penafsiran diantaranya al-Qur’an, hadis, perkataan sahabat, perkataan tabi’īn, kitab-kitab tafsir serta hasil pikiran al-Ṣābūni sendiri yang dikaitkan dengan realita, namun sumber yang paling domiman adalah kumpulan kitab-kitab tafsir yang besar dan berjilid-jilid seperti al-Ṫabari, al-Qurṫubi, Kasyaf, Fi Ẓilali al-Qur’an dan lainnya. kedua, Metodologi yang ditempuh al- Ṣābūni sangatlah ringkas dan sistematis, namun tidak menghilangkan kesan akan keunggulan kitab ini sebagai rujukan untuk memahami pesan Tuhan, diantara sumber keutamaannya adalah menghadirkan aspek munasabah sebagai tinjauan akan keterkaitan antar ayat, antar surat sehingga al-Qur’an seperti satu kesatuan laksana rantai yang tidak diketahui mana pangkal mana ujungnya, aspek lain adalah kebahasaan (lugah, syawāhid al-arabiyah, balagah), asbāb al-nuzūl serta Fawāid, Laṭāif dan tanbīh. Ketiga validitas penafsiran, secara teroritis al-Ṣābūni menerapkan uji keabsahan dengan menggunakan tiga teori validitas: koherensi, korespondensi dan pragmatis. Secara aplikatif di dominasi koherensi dan pragmatis. Koherensi karena selalu konsisten menerapkan teori metodologi yang dibuatnya, dan pragmatis dengan menitikberatkan kepada upaya memahamkan audiance dengan penggunaan bahasa yang lugas dan padat. Penafsiran yang memperhatikan audiance ini juga merupakan implikasi penafsiran dalam wujud sosial karena mempertimbangkan efektivitas umat yang sudah sibuk dengan aktivitas diluar penggalian sumber petunjuk hidup, berangkat dari efetivitas itu jualah tercipta implikasi metodologis, yakni menafsirkan al-Qur’an dengan singkat dan padat namun tetap mengandung pesan petunjuk.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Dr. Ahmad Baidowi, M.Si.,
Uncontrolled Keywords: Epistemologi, Ṣafwah al-Tafāsīr, al-Ṣābūni.
Subjects: Agama Dan Filsafat
Divisions: Pascasarjana > Thesis > Agama dan Filsafat
Depositing User: H. Zaenal Arifin, S.Sos.I., S.IPI.
Date Deposited: 12 May 2016 10:21
Last Modified: 12 May 2016 10:21
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/20632

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum