DIAMNYA GADIS SEBAGAI INDIKASI PERSETUJUAN (TELAAH MA’ANIL HADIS\)

MUNAWAR KHALIL, NIM. 09532033 (2016) DIAMNYA GADIS SEBAGAI INDIKASI PERSETUJUAN (TELAAH MA’ANIL HADIS\). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (DIAMNYA GADIS SEBAGAI INDIKASI PERSETUJUAN (TELAAH MA’ANIL HADIS\))
09532033_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

Download (2MB) | Preview
[img] Text (DIAMNYA GADIS SEBAGAI INDIKASI PERSETUJUAN (TELAAH MA’ANIL HADIS\))
09532033_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf
Restricted to Registered users only

Download (6MB)

Abstract

Berbicara tentang perempuan dalam konteks teks keagamaan, umumnya akan mengarah pada persoalan bias, diskriminasi, dan semacamnya. Apalagi bagi kalangan feminis. Bagi mereka, interpretasi teks keagamaan dipandang diskriminatif dalam memosisikan perempuan. Hal itu dikarenakan paradigma maskulinitas-patrialkhal yang masih begitu kuat. Salah satunya adalah mengenai hadis Nabi yang berbicara tentang hak perempuan dalam memilih pasangan dan persoalan diam sebagai indikasi persetujuan untuk konteks seorang gadis. Maka penelitian ini hendak mengungkap dan mendeskripsikan pemaknaan dan interpretasi hadis tersebut, serta relevansinya dalam konteks kekinian. Penelitian ini merupakan studi pustaka (library research) dengan pendekatan dan metode studi ma’an al-hadis\. Adapun dalam mengumpulkan datanya digunakan metode takhrij al-hadis. Sementara dalam menganalisis dan menginterpretasikannya digunakan tinjauan linguistik, historis dan tematikkomprehensif. Sedangkan dalam membuat simpulan-hipotetifnya digunakan metode berpikir induktif. Setelah dilakukan penelitian, hadis tentang diamnya gadis sebagai indikasi persetujuan memiliki kualitas sahih secara sanad, sekalipun ada beberapa rawi yang dinilai da’if. Adapun tentang kandungan matannya, ditemukan beberapa poin. Pertama, secara tekstual-linguistik hadis tentang diamnya gadis sebagai persetujuan memuat dua tema utama: (1) persoalan hak perempuan dalam memilih pasangan baik untuk konteks janda maupun gadis, dan (2) persoalan diam sebagai indikasi persetujuan untuk konteks gadis. Selain itu, gaya kemasan narasinya sebagian bersifat deklaratif dan sebagian lainnya bersifat kasuistik, yang tentunya berpengaruh pada interpretasi. Jika menggunakan gaya narasi deklaratif, maka kesan yang muncul adalah persoalan diam sebagai indikasi persetujuan seolah suatu anjuran preskriptif dari Nabi. Implikasinya, setiap diamnya si gadis berarti persetujuannya. Sementara jika menggunakan gaya narasi kasuistik sebagaimana riwayat yang melalui jalur ‘Aisyah r.a., maka yang dimaksud dengan diam sebagai persetujuan adalah diam lantaran malu. Kedua, secara historis hadishadis tersebut punya latar belakang konteks pembicaraan masing-masing: persoalan hak janda dilatarbelakangi oleh kasus yang menimpa Khansa’ binti Khidam, sedangkan persoalan hak gadis dilatarbelakangi oleh kasus yang menimpa si fatat. Bahkan persoalan diamnya gadis sebagai indikasi persetujuan dikarenakan para gadis Arab saat itu umumnya malu untuk mengungkapkan "iya" ataupun "tidak" ketika dimintai persetujuan. Ketiga, secara tematik-komprehensif persoalan diam sangat erat kaitannya dengan persoalan sosio-psikologis. Sekalipun diam merupakan gejala fisik. Karena bisa jadi diamnya gadis itu karena memang malu, atau karena takut. Berbeda dengan konteks saat ini dimana gadis cenderung lebih berani dan terbuka untuk berpendapat. Maka pesan moral yang terkandung di dalam hadis tersebut bukan pada persoalan diam sebagai indikasi persetujuan, melainkan lebih pada adanya komunikasi dan musyawarah antara anak dengan orang tuanya.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Dr. Alfatih Suryadilaga, M.Ag
Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur’an dan Tafsir (S1)
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 26 Aug 2016 08:15
Last Modified: 26 Aug 2016 08:15
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/21798

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum