Rizki Farida, NIM.: 01120598 (2008) UPACARA NGABUNGBANG DI DESA BATULAWANG, KECAMATAN PATARUMAN, KOTA BANJAR. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.
|
Text (UPACARA NGABUNGBANG DI DESA BATULAWANG, KECAMATAN PATARUMAN, KOTA BANJAR)
BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (406kB) | Preview |
|
Text (UPACARA NGABUNGBANG DI DESA BATULAWANG, KECAMATAN PATARUMAN, KOTA BANJAR)
BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (156kB) | Request a copy |
Abstract
Setiap bangsa atau suku bangsa memiliki kebudayaan sendiri-sendiri yang berbeda dengan kebudayaan bangsa atau suku bangsa yang lain. Demikian juga dengan Suku Sunda khususnya pada daerah Jawa Barat, yaitu Desa Batulawang, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar yang memiliki kebudayaan khas di mana di dalam sistem atau metode budayanya digunakan simbol-simbol sebagai sarana atau media untuk menitipkan pesan-pesan atau nasehat-nasehat bagi masyarakatnya. Kebudayaan merupakan suatu hal yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, adat-istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari pola-pola yang nyata maupun tersembunyi mengarahkan perilaku yang dirumuskan dan dicatat oleh manusia melalui simbol. Simbol-simbol tersebut menjadi pengarah yang tegas bagi kelompok-kelompok manusia. Kebudayaan itu sendiri merupakan kesatuan dari gagasan, simbol-simbol dan nilai yang mendasari hasil karya dan perilaku manusia. Kebudayaan yang berkembang pada suatu masyarakat yang dilakukan oleh manusia secara terus-menerus pada akhirnya akan menjadi sebuah tradisi. Berdasarkan kepercayaan yang dianut masyarakat Batulawang terhadap roh-roh, dewa-dewa atau makhluk halus masih tampak kental, maka mereka melakukan berbagai upacara-upacara tradisi salah satunya adalah upacara Ngabungbang. Tradisi Upacara Ngabungbang di Desa Batulawang, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar dilaksanakan pada tanggal 15 Rabiul–Awwal malam bulan purnama dengan cara (nyaring sapeupeuting terjaga semalaman pada malam bulan purnama di tempat yang dianggap suci). Tujuan diadakannya upacara ini adalah untuk membersihkan diri masing-masing warga dengan cara melakukan bersih bumi atau syukur bumi, dengan harapan akan mampu mencapai jati diri yang suci. Pelaksanaan upacara Ngabungbang meliputi persiapan dan pelaksanaan. Persiapan meliputi damel obor atau damar sewu, damel beleketebe, damel sajen. Pelaksanaan ritual meliputi seja unjukan, terdiri dua macam doa yaitu: tawasul dan pamitan kemudian ijab qabul, menyalakan damar sewu, menyambut geugeuden, ritual seremonial, ritual doa dan ritual tarian Buhun Ronggeng Gunung. Pelaksanaan upacara Ngabungbang pada masyarakat desa Batulawang tersebut memadukan antara unsur religius yaitu Islam dan unsur budaya lokal. Adapun macam-macam sesajen yang harus dipersiapkan terdiri dari sajen rempahrempah yaitu unsur-unsur yang merupakan hasil bumi dari garapan para penduduk, serta sajen-sajen lainnya yang menjadi simbol dalam Upacara Ngabungbang seperti: rujak, bubur, kembang tujuh rupa, rokok daun jagung, ketupat segi lima, dan tumpeng.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Additional Information: | Pembimbing: Drs. H. Mundzirin Yusuf, M.Si |
Uncontrolled Keywords: | Kebudayaan, Tradisi, Upacara Ngabungbang |
Subjects: | 300 Ilmu Sosial > 300 Ilmu-Ilmu Sosial > 306.09598 Budaya Lokal |
Divisions: | Fakultas Adab dan Ilmu Budaya > Sejarah Kebudayaan Islam (S1) |
Depositing User: | Muh Khabib, SIP. |
Date Deposited: | 25 Nov 2024 14:25 |
Last Modified: | 25 Nov 2024 14:28 |
URI: | http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2286 |
Share this knowledge with your friends :
Actions (login required)
View Item |