PEMIKIRAN TAFSIR ILMI FATHULLAH GULEN DALAM KITAB AḌWĀ’ QUR’ĀNIYYAH FĪ SAMĀ’ AL-WIJDĀN

AHMAD KHAMID, S TH I, NIM. 1320510046 (2016) PEMIKIRAN TAFSIR ILMI FATHULLAH GULEN DALAM KITAB AḌWĀ’ QUR’ĀNIYYAH FĪ SAMĀ’ AL-WIJDĀN. Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (PEMIKIRAN TAFSIR ILMI FATHULLAH GULEN DALAM KITAB AḌWĀ’ QUR’ĀNIYYAH FĪ SAMĀ’ AL-WIJDĀN)
1320510046_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (PEMIKIRAN TAFSIR ILMI FATHULLAH GULEN DALAM KITAB AḌWĀ’ QUR’ĀNIYYAH FĪ SAMĀ’ AL-WIJDĀN)
1320510046_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Abstract

Penelitian ini mengkaji pemikiran tafsir ilmi menurut Fathullah Gulen dalam kitabnya Aḍwā Qur’āniyyah fi Samā al-Wijdān. Tema ini menarik dibahas karena penelitian ini akan menjawab pro kontra para mufassir tentang keberadaan tafsir ilmi. Dipilihnya Fathullah Gulen dalam penelitian ini karena Fathullah Gulen merupakan seorang ulama, akademisi, pemikir dan pendidik ulung dari Gulen Movement yang mampu menampilkan ijtihad dalam metode dan prinsip-prinsip dalam tafsir ilmi. Dari kegelisahan di atas penulis merumuskan dua pokok persoalan yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu: (1) Bagaimana pandangan Fathullah Gulen tentang tafsir ilmi. (2) Bagaimana aplikasi tafir ilmi Fathullah Gulen dalam kitab Aḍwā Qur’āniyyah fi Samā al-Wijdān. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan epistemologis. Pendekatan epistemologis digunakan untuk mengetahui sumber, metode dan tolak ukur kebenaran tafsir ilmi. Untuk mengkritik pemikiran tafsir ilmi Fathullah Gulen penulis menggunakan teori pembagian tafsir ilmi oleh Muhammad ʻAlī al-Ridāī al-Asfahānī. Hasil penelitian ini berupa: pertama, tafsir ilmi menurut Fathullah Gulen adalah dengan cara memanfaatkkan ilmu untuk menjelaskan al-Qur’an. Metode ini dibangun atas beberapa tolak ukur kebenaran tafsir ilmi, yaitu: (1) Memposisikan al-Qur’an sebagai sesuatu yang pokok dan permanen sebagai hakikat kebenaran, dan ilmu pengetahuan sebagai unsur pengikut masih membutuhkan pembuktian teori ilmiah. (2) Mempergunakan ilmu pengetahuan sebagai media untuk melenyapkan keraguan yang menghinggapi benak sebagian orang yang tertipu, sebagaimana kalangan materialis berusaha mempergunakan ilmu pengetahuan sebagai media kekafiran dan pengingkaran. (3) Mempergunakan ilmu pengetahuan sebagai media untuk membuktikan kebenaran agama, bukan sebagai media untuk pengrusakan dan kehancuran dunia. (4) Al- Qur’an pasti benar tanpa keraguan sedikit pun, sementara ilmu pengetahuan dinilai benar jika sejalan dengan al-Qur’an. Bahkan, bagian yang benar dari ilmu pengetahuan pun tidak dianggap sebagai kaidah atau sandaran rujukan bagi sejumlah hakikat keimanan. Ia hanya berperan menambah pemikiran dan perenungan terhadap sejumlah persoalan iman. Adapun yang meletakkan cahaya iman dalam hati manusia adalah Allah. (5) Pengggunaan metode penafsiran al- Qur’an dengan ilmu pengetahuan hanya sebagai sarana dan media untuk menghapuskan debu bertumpuk yang menutupi sejumlah hakikat kebenaran. Kedua, dengan melihat contoh aplikasi penafsiran ilmi Fathullah Gulen dalam kitab Aḍwā Qur’āniyyah fi Samā al-Wijdān penulis melihat Fathullah Gulen sudah konsisten dengan metode dan prinsip yang dia rumuskan. Meskipun faktanya dalam beberapa hal (seperti dalam surat al-Baqarah dan al-Waqi’ah) Fathullah Gulen dalam penafsirannya menghasilkan ilmu dari al-Qur’an, yang jenis ini di dasarkan pada argumen yang tidak kuat. Seharusnya Fathullah Gulen berani membangun argumennya bahwa dalam tafsir ilmi tidak dibenarkan menghasilkan atau mengeluarkan ilmu dari al-Qur’an. Ketiga, di antara sumbangan pokok dari pemikiran tafsir ilmi Fathullah Gulen dalam diskursus studi al-Qur’an yaitu: (1) Menegaskan pentingnya manfaat Pendekatan Qur’ani terhadap ayat-ayat sains. Menurut Fathullah Gulen setiap penafsir diperlukan kehati-hatian dalam pendekatan Qur’ani ketika membaca makna ilmiah dalam ayat al-Qur’an. Fathullah Gulen berusaha menekankan sikap ilmuan Muslim tradisional, yaitu bahwa dalam menafsirkan setiap ayat, harus selalu dipertimbangkan ragam makna leksikalnya bahwa satu ayat tak akan habis maknanya dengan hanya satu penafsiran, dan bahwa al- Qur’an memiliki dua makna, literal dan batin, sebagaimana telah populer dikalangan penafsir al-Qur’an. (2) Mengembangkan metode tafsir ilmi yang sudah ada sebelumnya dengan sebuah tolak ukur kebenaran tafsir ilmi yang harus dimiliki oleh seorang mufassir. Tolak ukur yang harus dimiliki oleh mufassir dalam tafsir ilmi menurut Fathullah Gulen adalah mempergunakan ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk membuktikan kebenaran agama dan membuktikan bahwa ilmu pengetahuan tidak bertentangan dan tidak berbenturan dengan agama.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Dr.Ahmad Baidhowi, M. Ag
Uncontrolled Keywords: Fathullah Gulen, Tafsir i lmi, Aḍwā Qur’āniyyah fi Samā al-Wijdān
Subjects: Agama Dan Filsafat
Divisions: Pascasarjana > Thesis > Agama dan Filsafat
Depositing User: H. Zaenal Arifin, S.Sos.I., S.IPI.
Date Deposited: 16 Dec 2016 13:56
Last Modified: 16 Dec 2016 13:56
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/22948

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum