Faisol Muslich, NIM.: 02110920 (2008) AL NAHR WA AL UDHIYAH WA AL QURBAN MIN AL QUR'AN AL 'ADHIM (DIRASAH FI AL TARADIF). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.
|
Text (AL NAHR WA AL UDHIYAH WA AL QURBAN MIN AL QUR'AN AL 'ADHIM (DIRASAH FI AL TARADIF))
BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (643kB) | Preview |
|
![]() |
Text (AL NAHR WA AL UDHIYAH WA AL QURBAN MIN AL QUR'AN AL 'ADHIM (DIRASAH FI AL TARADIF))
BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (370kB) | Request a copy |
Abstract
Berangkat dari satu titik kegelisahan, penulis mencoba menghadirkan suatu wacana aktual dalam disiplin ilmu linguistik yang kiranya layak dijadikan sebagai kerangka pemikiran yang kompetitif. Kegelisahan ini terinspirasi dari berbagai penafsiran pro dan kontra terhadap meaning atau makna dari frasa an-Nahr, al-Udhiyah, serta Qurban dalam Al-Qur'an. Dalam Al-Qur'an, Surat Al-Kautsar ayat kedua, disebutkan bahwa kata inhar yang berasal dari derivasi kata nahar memiliki arti berkurban. Kata tersebut juga dapat diartikan sebagai "penyembelihan" (al-dzabaha), atau al-shadara (dada). Contohnya terdapat dalam kalimat "dhoraba 'Ali al-syarthi wa ashoba 'ala nahrah" yang berarti Ali telah memukul seorang polisi dan mengenai bagian atas dadanya. Ada juga tafsir ekstrem yang mengartikan nahar sebagai bunuh diri, atau merujuk pada istilah yaum al-nahr. Kemudian, kata al-Udhiyah berarti kurban. Kata ini berasal dari derivasi kata dhoha, yang juga dapat diartikan sebagai waktu duha (waktu matahari terbit). Selain itu, kata ini bisa berarti sesuatu yang berwarna kelabu, seperti dalam kalimat "al-adhha min al-fars aw al-asyhab," atau merujuk pada hari raya kurban ('Id al-Adhha), dan sebagainya. Dari penuturan serta penjelasan di atas, penulis mencoba menelusuri hakikat objektivitas dan keotentikan unsur makna dalam bahasa, khususnya dalam Al-Qur'an, sehingga dapat menemukan jawabannya. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (library research). Sumber data primernya adalah Al-Qur'an al-'Adhim, sementara data dianalisis menggunakan metode deskriptif analisis. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sinonim, dengan kajian semantik untuk memahami hubungan makna. Dari sisi pembahasan masalah taraduf (sinonimitas) dalam pemikiran bahasa klasik dan modern, Sibawaih termasuk di antara mereka yang setuju dengan adanya sinonim. Ia membagi hubungan antar kata menjadi tiga: 1. Beda lafal dan beda makna, 2. Beda lafal tetapi makna sama, 3. Satu lafal tetapi makna berbeda. Sementara itu, Stephen Ullmann mengibaratkan sinonim sebagai barang mewah yang dengan susah payah diberikan oleh bahasa. Berdasarkan pengandaian ini, Ullmann mengklasifikasikan sinonim menjadi: 1. Sinonim lengkap dan total, 2. Sinonim tidak lengkap tetapi total, 3. Sinonim lengkap tetapi tidak total, 4. Sinonim tidak lengkap dan tidak total. Hasil penelitian menunjukkan bahwa taraduf dalam Al-Qur'an tidak ada, karena pada prinsipnya ayat-ayat Al-Qur'an yang memiliki arti yang sama tidak dapat digantikan dengan kata lain. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa kata-kata dalam Al-Qur'an memiliki makna yang sama secara emotif dan kognitif, tetapi termasuk sinonim lengkap yang tidak total karena tidak dapat ditukar dalam semua konteks.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Additional Information / Supervisor: | Pembimbing: Drs. H. Moch Habib, M.Ag |
Uncontrolled Keywords: | Ilmu Linguistik, Frasa An-Nahr, Bahasa Klasik Dan Modern |
Subjects: | 400 Bahasa > 490 Bahasa-Bahasa Lain > 492.7 Arabic/Bahasa Arab |
Divisions: | Fakultas Adab dan Ilmu Budaya > Bahasa dan Sastra Arab (S1) |
Depositing User: | Muh Khabib, SIP. |
Date Deposited: | 25 Nov 2024 11:02 |
Last Modified: | 25 Nov 2024 11:05 |
URI: | http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2339 |
Share this knowledge with your friends :
Actions (login required)
![]() |
View Item |