AL NAHR WA AL UDHIYAH WA AL QURBAN MIN AL QUR'AN AL 'ADHIM (DIRASAH FI AL TARADIF)

FAISOL MUSLICH - NIM. 02110920 , (2009) AL NAHR WA AL UDHIYAH WA AL QURBAN MIN AL QUR'AN AL 'ADHIM (DIRASAH FI AL TARADIF). Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Full text not available from this repository.

Abstract

ABSTRAK Berangkat pada satu titik kegelisahan penulis mencoba menghadirkan suatu wacana aktual terhadap disiplin seluk beluk kajian ilmu linguistik. yang kiranya layak untuk di jadikan sebuah kerangka pemikiran kompetitif. Kegelisahan ini terinspirasi dari berbagai penafsiran pro dan kontra terhadap meaning atau makna dari frasa an-Nahr, al-Udhiyah serta Qurban di dalam al-Qur’an. Disebutkan dalam al-Qur’an Surat al-Kaustar ayat ke dua bahwa kata inhar dari derivasi kata nahar memiliki arti berqurban, dapat juga diartikan dengan “penyembelihanâ€Âal-dzabaha, al-shadara ‘dada’, contoh dalam kalimat dhoraba 'Ali al-syarthi wa ashoba 'la nahrah artinya Ali telah memukul seorang polisi dan mengenai sebelah atas dadanya, ada juga yang lebih extrim mengartikan dengan bunuh diri, atau yaum al-nahr. kemudian kata al adhhabah berarti kurban, dari derifasi kata dhoha dapat juga diartikan dengan waktu duha “waktu matahari terbitâ€Â, bisa berarti yang berwarna kelabu contoh dalam kalimat “ quot;al-adhhaa min al fars aw al-asyhab atau dalam arti hari raya qurban 'id al-adhha dll. Dari penuturan serta penjelasan diatas dapatlah kiranya penulis meraba-raba serta melacak hakikat keobyektifan dan keotentikan sebuah unsur makna dalam bahasa terutama al-Qur’an, sehingga menemukan jawabannya. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (library reasearch) sumber data primer adalah al-Qur’an al ‘adhim, interpretasi data menggunakan deskriptis analisis. Sedangkan teori yang di gunakan dalam hal ini adalah pendekatan sinonim. Data-data yang di peroleh kemudian dideskripsikan dan dianalisis dengan menggunakan kajian semantik. Dari sisi pembahasan masalah tarodluf yang berkembang dalam pemikiran bahasa klasik dan modern. Sibawaih yang termasuk yang setuju adanya sinonim. Ia membagi hubungan dan katanya menjadi (i) berbeda lafal dan berbeda makna, (ii) beda lafal, makna sama, dan (iii) satu lafal beda makna. Sementara Stepehn Ullmann misalnya mengibaratkan sinonim sebagai barang yang mewah yang dengan susah payah di berikan oleh bahasa. Dengan pengandaian ini, dimungkinkan klasifikasi sinonim menjadi: (i) sinonim lengkap dan total, (ii) sinonim tidak lengkap tetapi total, (iii) sinonim lengkap tetapi tidak total dan (iv) sinonim tidak lengkap dan tidak total. Dari penelitian dapat dikatakan bahwa tarodluf dalam al-Qur’an tidak ada karena pada prisipnya ayat-ayat Qur’an jika menunjukkan arti yang sama tidak dapat di gantikan dengan kata yang lain. Kesimpulan tersebut mempunyai arti yang sama secara emotif dan kognitif sebagai sinonim lengkap tapi tidak total karena tidak dapat ditukar dalam semua konteks.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: PEMBIMBING: DRS. H. MOCH HABIB, M.AG
Uncontrolled Keywords: ilmu linguistik, frasa an-Nahr, bahasa klasik dan modern
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Last Modified: 04 May 2012 23:42
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2339

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum