ORTOGRAFI ARAB DAN PROBLEMATIKANYA

Ni’mah, Umi Nurun (2012) ORTOGRAFI ARAB DAN PROBLEMATIKANYA. ADABIYYAT, Vol.11 (No.1). pp. 144-166. ISSN 1412-3509

[img]
Preview
Text (ORTOGRAFI ARAB DAN PROBLEMATIKANYA)
Umi Nurun Ni’mah - ORTOGRAFI ARAB DAN PROBLEMATIKANYA.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview

Abstract

The old Arabic orthography contains some flaws. Besides having no different symbols to differentiate short and long vowels, it had no diacritics to differentiate the letters, which caused significant reading problems. Those problems became more complicated when it became the means in the process of writing the Qur’an since it caused errors in its recitation. In the post-Mohammedan period, when Islam was spread outside the Arabic lands, some non-Arabic Moslems had difficulties to read the Qur’an. Those problems concerned many scholars and urged them to find solution. Some efforts were done by inventing the reader-friendly orthographic system as it is well known today. This paper aims to discuss that topic. However, some new flaws emerged. The orthographic modifications which have been sufficient for writing needs to be developed and adapted to present demands. Some scholars have proposed some new ideas. Generally, these ideas can be grouped into two opposing views: firstly, those which preserve the existing orthographic tradition, pioneered by Emīl Badī’ Ya’qūb; secondly, those which go beyond it, suggesting almost total transformation, pioneered by Anīs Farīh}a. This paper also discusses their ideas as its second purpose. Based on different epistemological bases, the application of each idea will affect differently in learning/teaching as well as in Arabic religiosity and nationalism. Sejak awal sejarah pertumbuhan dan perkembangannya, tulisan Arab telah mengandung beberapa kelemahan. Selain tidak memiliki tanda pembeda vokal panjang dan pendek baik dan, tulisan Arab pada mulanya juga tidak memiliki tanda diakritik (pembeda huruf). Ini tentu saja menyulitkan. Apalagi setelah tulisan Arab digunakan sebagai sarana penulisan wahyu. Kesalahan pembacaan alQur’an sering terjadi. Terlebih lagi, setelah Islam tersebar makin luas ke luar wilayah Arab, kesulitan makin terasa ketika orang non-Arab yang membaca. Kondisi ini mendapat perhatian besar dari para ilmuwan yang melakukan perbaikan-perbaikan hingga menghasilkan sistem ortografis Arab sebagaimana yang dikenal saat ini. Inilah topik pertama yang akan didiskusikan pada makalah ini. Seiring dengan perkembangan zaman, mulailah tampak kelemahan-kelemahan dalam sistem ortografi ini. Perbaikan-perbaikan ortografis yang pada masa lalu sudah memenuhi kebutuhan tulis menulis, sekarang terasa kembali kurang. Maka, kembalilah muncul ide-ide segar mengenai perbaikan-perbaikannya. Pada umumnya, ideide itu tergolong menjadi dua. Yang pertama, ide yang pada intinya tetap mempertahankan tradisi dan yang kedua melangkah lebih jauh hingga perombakan sistem lambang. Salah satu yang termasuk golongan pertama adalah Emīl Badī’ Ya’qūb. Sedangkan yang termasuk golongan kedua adalah Anīs Farīh}a. Mewakili pendapat-pendapat para pemikir lain, sebagai topik kedua pada makalah ini, akan diuraikan pendapat kedua tokoh ini. Akan tampak bahwa kedua tokoh ini memijakkan pendapat mereka pada dasar epistemologis yang berbeda. Dengan dasar yang berbeda, keduanya memiliki implikasi yang berbeda ketika diterapkan pada pengajaran. Selain itu, implikasi juga berbeda pada tataran keagamaan dan nasionalisme Arab. Kata kunci: ortografi; simbol diakritik; h}arf madd; h}arakāt.

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: ortografi,simbol, arakāt.
Subjects: Kesusastraan Arab
Divisions: Jurnal > 5. Adabiyat
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 31 Jan 2017 11:06
Last Modified: 31 Jan 2017 11:06
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23761

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum