Siti Maryam, NIM. 12510010 (2016) Representasi Simbol Dalam Upacara Ritual Labuhan di Parangkusumo, Bantul, Yogyakarta. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA.
|
Text (Representasi Simbol Dalam Upacara Ritual Labuhan di Parangkusumo, Bantul, Yogyakarta)
12510010_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (4MB) | Preview |
|
Text (Representasi Simbol Dalam Upacara Ritual Labuhan di Parangkusumo, Bantul, Yogyakarta)
12510010_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (1MB) |
Abstract
Islam Sinkretisme menjadi hal yang menarik untuk dijadikan sebagai objek penelitian, karena bagi penulis saat budaya dengan agama menjadi satu, disana banyak makna-makna yang belum bisa diungkap secara lugas. Seperti upacara ritual labuhan di Parangkusumo Bantul, yang merupakan tanda kenaikan Kesultanan Yogyakarta dengan berbagai simbol yang digunakan memiliki nilainilai teologi yang belum terungkap secara lugas kepada khalayak umum. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan simbol-simbol yang digunakan dalam upacara ritual labuhan Kraton Yogyakarta, menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam simbol-simbol upacara ritual labuhan Kraton Yogyakarta sebagai tradisi yang ditinggalkan oleh leluhur pada masa Mataram Islam dan untuk menjelaskan nilai-nilai religius yang terkandung dalam upacara ritual labuhan Kraton Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Teknik penarikan informan menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Semua data dilihat validitas datanya dan dianalisis melalui teknik triangulasi yaitu membandingkan hasil wawancara dengan pengamatan dan membandingkan data hasil wawancara dengan dokumen yang ada. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa labuhan merupakan upacara ritual tradisi yang sudah turun-temurun dilaksanakan oleh Kraton Yogyakarta dan telah berlangsung selama bertahun-tahun. Labuhan yang dilaksanakan oleh Kraton Yogyakarta adalah sebagai bentuk penghormatan perjuangan para pendahulu Kraton Yogyakarta dan sebagai bentuk pembelajaran bahwa manusia tidak boleh melupakan sejarah di masa lampau dalam hal ini adalah penghormatan kepada Panembahan Senopati sebagai raja pertama di Kerajaan Mataram Islam Yogyakarta. Simbol yang terdapat dalam upacara ritual labuhan alit di Parangksusmo, yaitu: Uborampe (barang-barang yang dilarung saat prosesi labuhan) memiliki fungsi ekspresi yaitu sebagai wujud cinta kasih dan penghormatan Sri Sultan beserta jajaran Kraton Yogyakarta terhadap bantuan Kanjeng Ratu Kidul yang konon membantu berdirinya Kerajaan Mataram Islam. Sajian untuk upacara ritual labuhan; Sanggan, Kinang, Abon-abon, Jajan Pasar dan Pala Gumantung, Pala Kependhem dan Pala Kesimpar Fungsi ekspresi yang ditunjukan adalah sebagai wujud kesejahteraan rakyat dan Kraton Yogyakarta dan juga sebagai pengingat kepada masyarakat bahwa apa yang dibutuhkan dan digunakan oleh manusia sejatinya berasal dari alam. Sajian-sajian yang diletakan di tempat-tempat staregis di dalam maupun luar Kraton Yogyakarta Fungsi ekspresi yang dimunculkan adalah sebagai wujud penghormatan terhadap alam. Makna religius yang tersirat dalam upacara ritual labuhan yaitu: Mangasah Mingishing Bud yaitu mempertajam atau mengasah hati, Memasuh Malaning Bumi artinya bersuci dan Hamemayu Hayuning Bhawana artinya mari memperindah bumi dari kerusakan-kerusakan yang dilakukan oleh manusia.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Additional Information: | Dr. H. Robby Habiba Abror, S.Ag., M.Hum. |
Uncontrolled Keywords: | Simbol, Ritual Labuhan, Parangkusumo |
Subjects: | Masyarakat Islam |
Divisions: | Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Filsafat Agama (S1) |
Depositing User: | Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id) |
Date Deposited: | 28 Feb 2017 08:18 |
Last Modified: | 28 Feb 2017 08:18 |
URI: | http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24247 |
Share this knowledge with your friends :
Actions (login required)
View Item |