BULAN SABIT DI GURUN GOBI : SEJARAH DINASTI MONGOL-ISLAM DI ASIA TENGAH

KARIM, M. ABDUL (2014) BULAN SABIT DI GURUN GOBI : SEJARAH DINASTI MONGOL-ISLAM DI ASIA TENGAH. Suka Pres Yogyakarta, Yogyakarta. ISBN 978-979-8547-98-5

[img]
Preview
Image (BULAN SABIT DI GURUN GOBI : SEJARAH DINASTI MONGOL-ISLAM DI ASIA TENGAH)
sampul bk bulan sabit.jpg

Download (11MB) | Preview
[img] Text (BULAN SABIT DI GURUN GOBI : SEJARAH DINASTI MONGOL-ISLAM DI ASIA TENGAH)
bulan sabit gurun gobi_Ok.pdf
Restricted to Registered users only

Download (6MB)

Abstract

Babak sejarah peradaban Islam besar yang lahir di sekitar [antara] Gurun Pasir Gobi dan Danau Baikal yang notabene sebagai daerah asal kemunculan bangsa Mongol [dikenal sebagai bangsa penghancur peradaban dunia pada umumnya dan peradaban Islam secara khusus] sungguh menjadi teka-teki bagi penulis. Obyek studi ini menyimpan “keperawanan” dan mengundang intellectual curiosity sehingga penulis merasa tertarik untuk menyibaknya. Kegelisahan ini hadir dari kenyataan minimnya buku dan karya yang mengkaji tentang kedahsyatan peradaban Islam di wilayah tersebut. Bangsa Mongol yang menempati daerah tersebut pada awalnya hidup nomaden dan bergantung pada alam. Di tengah komunitas tersebut, muncullah sosok Chengis Khan yang di kemudian hari banyak mempengaruhi peradaban umat manusia akibat sepak terjang pribadi dan keturunannya. Masyarakat awam hanya akan menilai bahwa bangsa Mongol adalah bangsa penghancur peradaban, penjajah, dan penebar teror bagi entitas kebudayaan yang lain. Namun, sesungguhnya penilaian tersebut didasarkan pada fakta sejarah yang tidak seimbang sehingga kita hanya mendapatkan informasi sejarah dari satu arah. Oleh karena itu, penelitian yang penulis lakukan ini berupaya menghadirkan ruang sejarah yang proporsional dan seimbang sehingga dapat mengeliminir munculnya subjektifi sme sejarah. Dengan demikian, hasil dari studi ini dapat dipertanggungjawabkan, baik secara ilmiah maupun akdemik. Sebagaimana perkembangan sejarah Islam di belahan dunia lain, Islam yang hadir di tengah-tengah bangsa Asia Tengah dan sekitarnya pun menorehkan sejarah panjang yang patut dikaji. Apa yang pernah terukir dalam sejarah mereka juga melahirkan tragedi dan romantika yang menarik untuk dijadikan teladan bagi generasi berikutnya. Inilah arti penting peranan sejarah sebagai kaca benggala bagi generasi yang akan datang. Sejarah panjang bangsa Mongol, sebagai kekuatan imperium dunia saat itu, tidak lepas dari fi gur sentral pemimpin monarki yang bernama Chengis Khan. Ia menjadi tokoh utama dalam episode panjang perkembangan bangsa Mongol berikutnya. Tidak ada yang menduga bahwa kekejaman mereka terhadap pusat peradaban, pemerintahan Islam di Baghdad, dan sebagainya ternyata menjadi anti klimaks dari idealismenya membangun imperium dunia. Justru dari darah dagingnyalah tercatat dalam tinta emas peradaban Islam yang agung dan monumental. Peradaban Islam Mongol tidak kalah pentingnya dengan peradaban Islam di Asia Barat, Eropa Barat Daya (Andalusia), Afrika Utara, bahkan di Anak Benua India sekalipun. Mereka berhasil menggoreskan hasil peradaban dalam bidang ketatanegaraan, militer, politik, ekonomi, sosial, dan budaya, termasuk seni arsitektur yang bernilai istimewa. Daerah kekuasaan selama kepemimpinan (empat dinasti) Mongol Islam juga melebihi luas kekuasaan dinasti Islam yang pernah ada sebelumnya. Chengis Khan merupakan sosok yang kuat, percaya diri, dan memiliki ambisi yang luar biasa untuk menguasai dunia. Kepemimpinan yang spektakuler ia tunjukkan dengan mulai menguasai daerah-daerah taklukan yang lain. Di internal Mongol, ia membuat undang-undang yang disebut Ulang Yasaq sebagai dasar penentuan hukum. Menjelang akhir hayatnya, daerah kekuasaan Chengis Khan dibagi untuk keempat putranya karena terlalu luasnya daerah tersebut. Keempat anaknya tersebut adalah Jochi, Chaghtai, Oghtai, dan Tuli. Putra-putranya inilah pada saatnya nanti melahirkan dinasti-dinasti Islam di kalangan Mongol, yaitu; Ilkhan, Chagthai, “(Chagthai) Timûriah” dan GH. Dinasti Ilkhan didirikan oleh cucu Chengis Khan yang bernama Hulagu (anak Tuli). Pada masa (generasi berikutnya) Ghazan Khan dinilai sejarah sebagai The Golden Age of Islam Post Baghdad. Penguasa Chaghtai dikenal sangat membenci Islam seperti ayahnya. Namun, dari keturunannya justru terlahir seorang penguasa di kalangan Mongol yang menyatakan diri memeluk Islam. Ia adalah Mubarak Shah. Pada tahap berikutnya, dalam urutan geneologi kekuasaan ini, juga terlahir nama besar yang dikenang dalam sejarah dunia dan umat Islam, yaitu Timûr . Sementara itu, Batu (salah satu dari anak Chengis Khan, Jochi) pun mendirikan dinasti baru yang bernama Kipcak. Dinasti ini lebih dikenal dengan sebutan GH yang didirikan saudaranya, Berke. Ia membangun pusat politik dan aktivitas ilmiah di Sārāi Baru dekat Moskow sebagai Second Baghdad. Keempat dinasti tersebut berhasil membangun peradaban yang luar biasa dengan spirit Islam. Meskipun mereka sebelumnya bukan penganut Islam, di tengah perjalanan sejarahnya mereka menjadi Muslim dan berjuang demi tegaknya risalah Islam. Namun, sebagaimana dinyatakan di atas, hendaknya kita juga harus objektif dalam mengapresiasi mereka karena dalam lintasan sejarahnya mereka juga tidak sedikit meninggalkan luka. Inilah yang penulis sebut sebagai “tragedi,” seperti penghancuran pusat Islam di Sārāi Baru oleh Timûr Lāng (Muslim). Namun, di lain pihak, jasa dan hasil peradabannya juga harus ditempatkan pada porsi dan posisi yang layak serta proporsional karena mereka telah berhasil membangun imperium-imperium Islam yang megah dan mengagumkan di kalangan bangsa ‘ajam (non-Arab). Satu hal yang patut dicatat bahwa infiltrasi masuknya Islam di kalangan Mongol sama sekali berbeda dengan daerah-daerah taklukan Islam yang lain. Biasanya Islam hadir karena adanya pertarungan ideologi, kepentingan ekonomi, dan yang lebih sering karena adanya konsensus (pertarungan dan perebutan pengaruh) politik. Berbeda dengan itu semua, masuknya Islam di kalangan Mongol an sich karena faktor budaya dan kesadaran para pelakunya untuk meyakini Islam sebagai ajaran tauhid yang dianutnya. Dengan demikian, pertempuran di kalangan Mongol yang timbul sebagai implikasi persoalan agama jarang terlihat. Kebanyakan konflik yang terjadi, baik di internal mereka maupun kalangan Mongol dengan dunia luar, karena motivasi pelebaran kekuasaan dan perebutan pengaruh di internal keluarga (misalnya; perebutan jabatan khan agung). Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa kesadaran keberagamaan di kalangan Mongol Islam memang benar-benar atas penjiwaan dan keyakinan yang utuh terhadap ajaran tauhid tersebut, bahkan tidak jarang mereka berani mempertaruhkan nyawanya demi meyakini ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Di lain pihak, dari dinasti-dinasti tersebutlah muncul benih-benih ajaran tauhid. Meskipun pada mulanya pendirian kekuasaan tersebut berdasarkan atas UU Mongol, setelah pemimpin mereka menyatakan masuk Islam, UU tersebut diganti dengan hukum yang didasarkan pada sumber Islam. Pada masa pemerintahan mereka, puncak peradaban Islam mulai terbangun. Daerah kekuasaannya hampir sepertiga dari bumi ini sehingga pengaruhnya begitu luas. Istana-istana mereka dihuni oleh para ulama, intelektual, dan pemikir sebagai penasehat penguasa. Mereka berhasil membanguan kejayaan Islam di berbagai bidang. Karya ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungkan dari semua pihak. Oleh karena itu, patut kiranya penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif, M. A., Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah, dan Prof. Dr. H. Anhar Gonggong, M. A., yang berkenan membagi pengetahuan, bertukar pikiran, dan mendorong penulis agar segera menuntaskan karya ini yang semula merupakan hasil penelitian individual di bawah koordinasi UIN Sunan Kalijaga (LP2M) Yogyakarta. Penuilis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Rektor, Ketua LP2M, Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Ketua Pengelola Diskusi Ilmiah Dosen Tetap UIN Sunan Kalijaga Dr. H. M. Damami, M. Ag. dan kawankawannya, termasuk Drs Zainal Abidin, M. Pd. selaku peserta diskusi dan kemudian mendapat amanah menjadi moderator untuk forum diskusi tersebut sejak tahun 2006-sekarang, tempat penulis banyak mendapat ilmu pengetahuan sekaligus bertukar pikiran sehingga gagasan-gagasan tersebut berbuah menjadi buku ini. Kawan-kawan dosen di Fakultas dan Imlu Budaya, PPs UIN Sunan Kalijaga, SPs UGM (terutama Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U., M. A.), UII Yogyakarta, UMS Solo, dan UNISULA Semarang (termasuk Dr. H. Kurdi Amin), dan para mahasiswa. Demikian pula ucapan terima kasih patut dihaturkan kepada Rektor Pertama IAIN Surakara, Dr. Imam Sukardi, M. A. dan kawan-kawannya, termasuk Dr. Shamsul Bakri, M. Ag. yang penuh perhatian terhadap penulis. Penulis tidak lupa hutang-budi kepada Rektor IAID Ciamis (Ustadz Dr. H. Fadlil Munawwar Manshur, M. S.), yang tidak pernah absen untuk mendoakan dan mendorong penulis agar selalu bergelut dalam aktivitas ilmiah. Kepada Rektor, Direktur PPs, dan Dekan Fakultas Adab IAIN Raden Patah Palembang yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk membagi pengalaman ilmiah secara formal. Tidak lupa menyampaikan ta’zim dan hormat kepada Ketua (Dr. H. Zulkarnaini, M. A.) STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa beserta seluruh jajarannya, termasuk Ketua Jurusan Dakwah (Drs. H. Zakaria Abu Bakar, M. M.) yang mendorong penulis, agar karya ini segera terujud, dan Dr. baru Fahmi, yang sangat antusius memperkenalkan karya-karya penulis agar dibaca secara luas termasuk akademisi di STAIN tersebut. Apalagi sikap persaudaraan yang mereka buktikannya. Sebagian dari karya ini penulis revisi saat berada di STAIN ZCK dan di lingkungan UNIMAL Lhoksmawe, serta perguruan Tinggi lain di Aceh. Tidak kalah penting, dorongan dan dukungan yang diberikan oleh Rektor Universitas Negeri Malikussaleh, melalui Dekan Fakultas Ekonomi, “Doktor” Wahyuddin, Albra S. E., M. Si., AK dan kawankawannya, agar penulis segera merampungkan karya ini dan melanjutkan karya baru (tahun 2014 dengan tema: “Sejarah Ekonomi Islam”), sebab banyak pembaca menanti dan akan membutuhkannya. Perhatian penuh dengan sikap persaudaraan, memompa penulis, seolah-olah dapat inspirasi dan spirit termasuk sebagian bahan untuk karya baru, saat-saat bergelut dengan aktivitas ilmiah sebagai pemateri Seminar Internasional (Juli 2011) dan Seminar Nasional (November 2013) yang diadakan UNIMAL di bawah koordinasi Dekan FE, terutama setiap malam dalam acara (situasi) keramahtamahan, justru berubah menjadi seminar nasional jilid 2, yang diramaikan oleh Wakil Rektor, Dekan FE, dan jajarannya dari UNIMAL. Kepada Dr. Yoyo, M. A., Dr. Windratmo Suwarno, calon Dr. H. Muzzamel Basyuni, Ahmad Shahide, termasuk Ustadz Husaeni dan Daniel yang selalu mendorong, agar penulis tidak hanya membagi ilmu di jajaran UIN, UGM, UII Yogya, UMS dan IAIN Surakarta serta UNISULA, akan tetapi sekali-kali datang lagi dan bertukar pikiran di perguruan tinggi di Aceh, terutama di Langsa dan Lhoksemawe termasuk (juga tidak lupa perhatian Ketua STAIN Malikussaleh, Dr. Iskandar Budiman, MCL yang mendoakan penulis untuk berkarya) STAIN, tempat mereka berdua mengabdi. Selain itu saudara Mursyidi Prihantono (sekeluarga), pakar perbankan Syariah beserta kawan-kawannya yang selalu memotivasi penulis baik dalam kelas formal, maupun di luarnya, dan masih banyak lagi yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.. Tidak ketinggalan pula penulis menyampaikan terima kasih dan bangga kepada almarhum istri tercinta, Dra. Syahrumil Aini Lubis, yang dengan kesabaran dan perhatiannya telah memberi penulis motivasi luar biasa untuk merampungkan penulisan buku-buku yang telah direncanakan semasa hidupnya termasuk buku ini dan selalu mendoakan agar penulis berada di jalan yang benar. Terima kasih juga disampaikan kepada putraputri penulis, yang telah memompa semangat penulis untuk menyelesaikan karya ini, termasuk juga seluruh keluarga, baik di Bangladesh maupun di Indonesia, Hj. Kalsum Nasution (ibu mertua yang masih hidup) dan keluarga di Medan serta almarhum H. Usman Lubis (mertua), yang sebagian besar koleksi bukunya dijadikan penulis sebagai bahan dalam berbagai karyanya. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar di Palembang, termasuk Prof. Dr. H. J. Suyuthi Pulungan, M. A. (mantan Rektor IAIN Palembang), Prof. Dr Siraji, M. A. (mantan Direktur PPs IAIN Raden Fatah), dan Drs. H. Aqib Arsalan Nasution sekeluarga dan yang lain yang selalu memotivasi penulis untuk berkarya, termasuk kawan Drs. Ridwan Arief (sejak 1980-sekarang selalu bertukar pikiran terutama dalam hal pra cetak karya penulis dan lain-lain) Last but not least, penulis juga berterima kasih kepada Dr. Ridwan, M. Hum yang telah mencermati tulisan ini dari aspek teknis. Terakhir, isi dan kekurangan karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Akhirnya penilaian apa pun tentang karya ini menjadi hak pembaca yang budiman. Selamat membaca, temukan oase itu dan ambil hikmahnya untuk masa depan peradaban Islam yang lebih baik. Semoga “antipati” kita tentang sejarah bangsa Mongol akan terobati dengan buku ini.

Item Type: Book
Subjects: Buku
Divisions: Buku
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 06 Mar 2017 10:23
Last Modified: 06 Mar 2017 10:25
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24352

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum