PEMIKIRAN IMAM KHOMEINI TENTANG AYAT-AYAT WILAYAT AL-FAQIH

Khoirul Imam NIM. 0253 0884, (2009) PEMIKIRAN IMAM KHOMEINI TENTANG AYAT-AYAT WILAYAT AL-FAQIH. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (PEMIKIRAN IMAM KHOMEINI TENTANG AYAT-AYAT WILAYAT AL-FAQIH )
BAB I,V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview
[img] Text (PEMIKIRAN IMAM KHOMEINI TENTANG AYAT-AYAT WILAYAT AL-FAQIH )
BAB II,III,IV.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (594kB)

Abstract

Semangat meneladani Nabi telah melahirkan sejumlah pemikir, baik dari kalangan Sunni maupun Syi'ah, untuk merumuskan bentuk pemerintahan Islam dalam sebuah negara, seperti al-Mawardi, Al-Maududi, Syaikh Mahmoud Syaltut, Rasyid Ridla, Ayatullah Khomeini. Usaha mereka membangun konsep pemerintahan Islam merupakan pondasi bagi kebangkitan Islam selanjutnya. Dari sekian banyak ide para pemikir di atas, penulis melihat bahwa ide Wilayat al-Faqih dirasa mampu bertahan hingga kini dibandingkan dengan ide-ide yang lainnya. Selain itu, kekhasan yang muncul dari sosok Imam Khomeini adalah ambisinya akan pemerintahan yang dipimpin oleh ulama dan kewajibannya untuk menjalankan divine souvernity atau pemerintahan ilahiah. Sementara itu, kajian terhadap Wilayat al-Faqih Imam Khomeini jarang disentuh dari sisi peta kronologi penafsirannya terhadap ayat-ayat al-Qur'an yang dijadikan landasan konsep tersebut. Sehingga penulis tertarik untuk mengkajinya dengan cara membatasi kajian penafsiran dalam ranah ayat-ayat pemerintahan Ilahiah sampai kriteria- kriteria ideal Ulu al-Amri. Penulis berhasil memetakkan ayat-ayat Wilayat al-Faqih dari perintah untuk mendirikan pemerintah Ilahi; Q.S. Al-a'raf [7]:54, Q.S. Yusuf [12]: 40, Q.S Al-Maidah [5]:67, Q.S. Ali 'Imran [3]:154, hingga proses pendelegasian dari Imam Zaman ke faqih, dengan prasyarat yang harus dipenuhi seorang faqih, yaitu kafa'ah dan 'adalah; Q.S. An- Nisa' [4]: 59, Q.S. Al-Hadid [57]:25. Dalam pembahasan penafsiran ayat-ayat politik Imam Khomeini, di sini akan dikaji dengan melihat kerangka normatif dan historis-sosiologis. Kemudian dianalisa dengan pendekatan estetika resepsi. Yaitu, resepsi dengan melihat makna sebagai hasil interaksi teks dan pembaca, tergantung bagaimana faktor-faktor posisi, kehadiran dan penerimaan sebuah teks oleh pembaca. Pada akhirnya, penelitian ini berkesimpulan bahwa penafsiran Imam Khomeini dalam konteks ini menggunakan metode tafsir ijmali, sedangkan sumber keberangkatannya berasal dari intuisi-'irfani. Artinya, penafsiran Wilayat al-Faqih yang digagas telah melampaui perenungan tahapan-tahapan 'irfan yang begitu pelik. Sehingga perjalanan memuncak itu kembali lagi menyerahkan hukumat kepada Allah, yang berarti menundukkan diri sepenuhnya kepada syari'at, atau menjadi insan syar'iy. Selain itu, beberapa poin Wilayat al-Faqih yang bisa diusung dalam konteks keindonesiaan, yaitu Pertama, reformasi kepemimpinan, menerapkan Faqahah, yaitu dengan meletakkan pemimpin yang berintelensia tinggi, cerdas, mengetahui keadaan masyarakat dan visioner. 'Adalah, yaitu pemimpin yang benar-benar qualified, memiliki catatan sejarah yang bersih, jujur, adil, dan terpercaya di mata masyarakat, serta sanggup untuk hidup sederhana. Kedua, penegakan Negara Tuhan atau legislasi syari'ah tidak harus dipaksakan dalam simbol-simbol dan ideologi islami, tetapi mengadopsi ruh Islam ke dalam tatanan nilai-nilai, dan undang-undang hukum Indonesia. Atau dengan memahamkan masyarakat akan urgensitas tatanan syari'ah Islam yang humanis.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing : Dr. H. Agung Danarto, M.Ag
Uncontrolled Keywords: Pemikiran, Imam Khomeini, Ayat, Wilayat Al-Faqih
Subjects: Tafsir Hadist
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Tafsir Hadist (S1)
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 15 Aug 2012 16:08
Last Modified: 25 May 2015 15:55
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2516

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum