NOVAL MALIKI, NIM. 98532662 (2004) DEMOKRASI DAN SYURADALAM AL-QUR'AN MENURUT MUHAMMAD ABID AL-JABIRI. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.
|
Text
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (4MB) | Preview |
|
Text
BAB II, III, IV.pdf Restricted to Registered users only Download (7MB) |
Abstract
Syiiri merupakan tradisi yang telah lama ada, syiira telah tegak dan dilestarikan sebelum kedatangan Islam di Arab. Islam kemudian menjustifikasi dan melegalisasinya dalam al-Qur'an dan merintahkan umat Islam untuk melaksakan musyawarah (syiiri). Dalam al-Qur'an Allah memerintahakan umatnya untuk melaksakan syura bergandengan dengan perintah untuk melaksanakan shal~ zakat dan menjauhi larangannya. Pada masa awal Islam syura juga dilaksanakan oleh Nabi mulai dengan membahas berbagai m.acam persoalan baik yang dibadapi oleh Nabi sendiri maupun persoalan yang menyangkut umat seCara keseluruhan yang tidak terdapat atau belum diturunkan baik berupa wahyu maupun ilham dari Allah sebagai jawaban atau solusi persoalan tersebut. Belakangan konsep syiiri selalu dihubungkan, baik disamakan maupun dipertentangkan oleh sebagian kalangan, dengan konsep demokrasi yang lahir dari rahim peradaban Barat. Hal ini dikarenakan terjadinya arus globalisasi dan interaksi antara peradaban Barat dengan Islam yang dimulai dengan adanya gelombang kolonialisasi. Dikalangan Islam-pun respons terhadap konsep-konsep yang berasal dari Barat, terutama demokrasi, sangat beragam, ada pihak yang menganggap bahwa demokrasi identik dan tidak terdapat sama se.kali pertentangan dengan Islam, ada yang menganggap bahwa demokrasi bisa diterima dalam Islam meskipun memiliki perbedaan, dan terakhir ada yang menganggap bahwa demokrasi tidak dapat diterima dalam Islam bahkan terdapat yang menghukuminya bid'ah. Dari ketiga pandangan di atas, kehadiran al-Jibiii merupakan fenomena yang cukup menarik. Tawaran metodologisnya dalam memahami demokrasi dalam Islam, dan konsepsinya tentang syiiiil memberikan wama tersendiri karena ide-idenya yang baru dan segar. Baginya, syiiri dan demokrasi tidak bisa secara apologis dikatakan sama, juga tidak dapat dikatakan bahwa syiiiiJ berbeda sama sekali dengan demokrasi. AI-Jibir1 dalam melakukan analisanya lebih menekankan pada aspek bahasa dari syiiri dalam al-Qur'an. Ia mengkritik orang yang mengidentikkan syiiiil dengan demokrasi karena menurutnya hal itu ahistoris, dan hanya merupakan sikap eslrapis terhadap problem yang sesungguhnya terjadi. Dalam membaca demokmsi, al-Jibirl mengenalkan empat kerangka berpikir yang menurutnya mampu mengatasi kecanggungan dalam menatap demokrasi, yang pertama adalah apa yang disebut dengan al-mufaklrar fib (apa yang dipikirkan), qihilli at-taJJiir Db (apa yang terbuka untuk dipikirlcan), alli mufaklrar fib (apa yang tak terpikirkan) dan ghair qibil li at-tafliir 6b (apa yang tidak terbuka mtuk dipikirkan). demokrasi baginya merupakan sesuatu yang terbuka untuk dipikirlcan, sehingga tidak akan terjadi pertentangan antara konsep demokrasi dan Islam selama hal itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Additional Information: | Dr. Muhammad, M.Ag |
Uncontrolled Keywords: | negara demokrasi, syura, abid al-jabiri |
Subjects: | Tafsir Hadist |
Divisions: | Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Tafsir Hadist (S1) |
Depositing User: | Edi Prasetya [edi_hoki] |
Date Deposited: | 12 Jul 2017 12:09 |
Last Modified: | 12 Jul 2017 12:23 |
URI: | http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/26277 |
Share this knowledge with your friends :
Actions (login required)
View Item |