SAIFULLLAH AL ALI, NIM.98532591 (2004) MUSTAD'AFIN DALAM AL-QUR'AN (Studi Atas Penafsiran Sayyid Qutb Dalam Tafsir fi fi Zilal Al-Qur'an). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.
|
Text
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (2MB) | Preview |
|
Text
BAB II, III, IV.pdf Restricted to Registered users only Download (6MB) |
Abstract
Merebaknya persoalan-persoalan sosial belakangan m1, semakin memperlebar jurang pemisah antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin, antara pemegang modal dan pegawai-pegawai rendahan, antara pemegang kekuasaan dan rakyat jelata. Persoalan-persoalan tersebut kalau tidak segera ditangani dengan bijak akan semakin membuat suasana bertambah panas. Sesungguhnya permasalahan sosial yang menimpa orang-orang miskin, kaum buruh, pekerja-pekerja bangunan serta kaum pinggiran lainnya akan cepat teratasi kalau aturan y .. mg ada ditegakkan dengan sebaik dan seadil mungkin. Karena selama ini orang-orang pinggiran atau yang biasa kita kenai dengan istilah kaum mustaif'affn terus melakukan perlawanan karena merasa bahwa hakhaknya selama ini, dirampas dan ditindas oleh mereka yang punya modal dan kekuasaan. Persoalan kaum mu'Otad,'afin di atas, menjadi menarik untuk dicermati dan diamati secara mendalam. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis mengkaji secara kritis mengenai siapakah yang sebenamya disebut sebagai mustad,'afin? apakah mustad,'affn itu hanya dari kaum bawah dan pinggiran saja? Serta bagaimana aplikasi makna mustad,'affn dalam konteks kekinian? Adapun signifikansi dari penelitian ini adalah untuk melihat secara kritis mengenai terminologi mustaif'afin menurut Sayyid Qut,b dalam karyanya fi ?ila7 al-Qur'an, kemudian aplikasinya dalam konteks kekinian. Dalam penelitian ini penulis mengkaji pendapat Sayyid Qutp dalam karyanya taf<;ir fi ~i/a] al-Qur'an. seperti yang diketahui, disamping seorang ulama, beliau juga seorang tokoh Ikhwan al-Muslimin, yang dalam aktifitasnya seringkali berbenturan dengan kepentingan penguasa, hingga penjara bukanlah menjadi hal yang asing bagi beliau, bahkan karya tafsimya sebagian besar ia selesaikan di dalam penjara. Karena itulah persoalan-persoalan penindasan dan l~etidakadilan adalah permasalahan yang akrab bagi beliau. Dari penelitian ini ditemukan bahwa yang jadi titik fokus perhatian mustad,'afin bagi Sayyid Qutb adalah tentang akidah, jika ia tertekan dalam menjalankan agama maka ialah yang disebut mustad,'afin. Meskipun ia memiliki status sosial yang tinggi dan mempunyai fisik yang kuat tapi kalau ia tidak bisa menjalankan ibadah dengan tenang, karena ada gangguan dari fihak lain, maka ia disebut mustaif'aiJiJ. Kemudian makna mustad,'aiJiJ menurut Sayyid Qutb ini, jika dihubungkan dengan kenyataan yang terjadi saat ini, seperti rakyat Palestina yang tertindas oleh perilaku kaum agresor Israil, atau menyaksikan invasi Amerika terhadap Iraq, maka rakyat Palestina dan rakyat .iraq adalah termasuk kaum mustad,'affn, sebab disamping dilemahkan dalam bidang fisik maupun ekonomi, maka tekanan yang paling berat adalah hilangnya ketenangan mereka unt uk menjalankan perintah agamanya dengan nyaman. Di indonesia, keadaan seperti ini seringkali ditemui, pada masa lalu dimana hubungan antara umat Islam dengan pemerintah mengalami ketegangan, maka pada saat itu banyak sekali umat Islam yang mengalami ketakutan ketika melakukan perbuatan yang menunjukkan ketaatan dalam beragama, rajin ikut pengajian takut di bilang fundamentalis dan dit uduh kelompok DVTII, sampaisampai para pejabat yang ada saat itu tidak berani menunjukkan ke taatannya dalam menjalankan agama secara transparan. Pelarangan menggunakan jilbab ke sekolah dan tidak adanya kesempatan bagi para buruh di pabrik-pabrik untuk sekedar menjalankan sholat, merupakan contoh betapa banyaknya kaum mustad,'afin. Kemudian yang perlu diingat, bahwa penindasan bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak hanya oleh pemegang kekuasaan, misalnya ketika Sayyid Qutb menerangkan tentang Nabi Harun yang diancam hendak dibunuh oleh Bani Israil karena menghalangi mereka menyembah patung Sapi, saat itu Harun disebut sebagai mustal}'atm, sedang yang menindas adalah Bani Israil. Jadi, siapapun punya potensi untuk melakukan penindasan, karena banyak yang bisa disebut sebagai penguasa, entah itupemerintah, orang kaya, pemegang modal, mayoritas kepada minoritas, ataupun mereka yang punya kekuatan. Kebetulan saat itu yang menjadi penguasa dan menindas Sayyid Qutb adalah penguasa yang berwujud pemcrinta
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Additional Information: | Drs. H. Mahfidz Masduqi M.A |
Uncontrolled Keywords: | penafsiran, tafsir hadis |
Subjects: | Tafsir Hadist |
Divisions: | Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Tafsir Hadist (S1) |
Depositing User: | Edi Prasetya [edi_hoki] |
Date Deposited: | 13 Jul 2017 09:12 |
Last Modified: | 13 Jul 2017 09:12 |
URI: | http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/26336 |
Share this knowledge with your friends :
Actions (login required)
View Item |