BENTUK PENAFSIRAN TABI'IN DALAM KITAB JAMI' AL-BAYAN FI TA'WIL AL-QUR'AN (STUDI PENAFSIRAN TABI'IN TERHADAP QS. AL-BAQARAH: 221-237)

UMMU SA'ADAH, NIM.98532754 (2004) BENTUK PENAFSIRAN TABI'IN DALAM KITAB JAMI' AL-BAYAN FI TA'WIL AL-QUR'AN (STUDI PENAFSIRAN TABI'IN TERHADAP QS. AL-BAQARAH: 221-237). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (BENTUK PENAFSIRAN TABI'IN DALAM KITAB JAMI' AL-BAYAN FI TA'WIL AL-QUR'AN (STUDI PENAFSIRAN TABI'IN TERHADAP QS. AL-BAQARAH: 221-237))
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (BENTUK PENAFSIRAN TABI'IN DALAM KITAB JAMI' AL-BAYAN FI TA'WIL AL-QUR'AN (STUDI PENAFSIRAN TABI'IN TERHADAP QS. AL-BAQARAH: 221-237))
BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (12MB)

Abstract

Generasi Tabi' in merupakan generasi yang hidup sesudah kewafatan Nabi dan sesudah berakhirnya masa generasi sahabat. Realitas menyebutkan bahwa pada masa itu periwayatan hadis mulai melenceng dari kode etik ilmu-ilmu hadis (tidak menyertakan rentetan sanad secara lengkap), kisah-kisah Israiliyat mulai masuk dalam khazanah tafsir dan hadis serta mulai muncul kontroversi penafsiran atas ayatayat yang berkenaan dengan akidah. Realitas tersebut menjadikan munculnya perbedaan pendapat di kalangan ulama pasca generasi tabi'in mengenai kedudukan qaul tabi'in yang secara tidak langsung menyangkal akan posisi penafsiran tabi'in sebagai penafsiran yang menggunakan bentuk bi al-ma’sur, walaupun pada dasarnya tabi'in menggunakan Kitabullah, sunah Nabi dan penafsiran sahabat sebagai sumber dalam penafsirannya. Oleh karena itu, perlu ditetapkan bentuk penafsiran tabi'in secara lebih tegas dengan melalui suatu penelitian ilmiah akademis. Kenyataan bahwa tabi'in hidup di berbagai wilayah dan mendapatkan riwayat tafsir dari tokoh sahabat yang berbeda-beda memunculkan teori bahwa terdapat perbedaan yang khas antara tabi'in dalam satu wilayah dengan tabi'in di wilayah yang lain. Adapun kebenaran dari teori tersebut patut kiranya diadakan penelitian lebih lanjut. Penelitian yang berjudul " Generasi Tabi' in merupakan generasi yang hidup sesudah kewafatan Nabi dan sesudah berakhirnya masa generasi sahabat. Realitas menyebutkan bahwa pada masa itu periwayatan hadis mulai melenceng dari kode etik ilmu-ilmu hadis (tidak menyertakan rentetan sanad secara lengkap), kisah-kisah /srailiyylit mulai masuk dalam khazanah tafsir dan hadis serta mulai muncul kontroversi penafsiran atas ayatayat yang berkenaan dengan akidah. Realitas tersebut menjadikan munculnya perbedaan pendapat di kalangan ulama pasca generasi tabi'in mengenai kedudukan qaul tabi'in yang secara tidak langsung menyangkal akan posisi penafsiran tabi'in sebagai penafsiran yang menggunakan bentuk bi al-ma ";;•ur, walaupun pada dasarnya tabi'in menggunakan Kitabullah, sunah Nabi dan penafsiran sahabat sebagai sumber dalam penafsirannya. Oleh karena itu, perlu ditetapkan bentuk penafsiran tabi'in secara lebih tegas dengan melalui suatu penelitian ilmiah akademis. Kenyataan bahwa tabi'in hidup di berbagai wilayah dan mendapatkan riwayat tafsir dari tokoh sahabat yang berbeda-beda memunculkan teori bahwa terdapat perbedaan yang khas antara tabi'in dalam satu wilayah dengan tabi'in di wilayah yang lain. Adapun kebenaran dari teori tersebut patut kiranya diadakan penelitian lebih lanjut. Penelitian yang berjudul "Bentuk Penafsiran Tabi 'in dalam Ki tab Jami' al-Bayan fi Ta 'wll al-Qur 'iin (Studi Penafsiran Tabi 'in terhadap QS. al-Baqarah: 221- 237)" mempunyai tujuan untuk mengetahui bentuk penafsiran tabi'in serta verifikasi atas teori yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara penafsiran yang dilakukan oleh Mufasir Tabi'in Hijaz dengan Mufasir Tabi'in Irak. QS. al-Baqarah: 221-237 yang terdapat dalam Kitab Jami' al-Bayan fi Ta 'wil al-Qur 'an dijadikan sebagai obyek penelitian. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya pokok-pokok hukum syari'ah yang ada didalamnya dan tidak menafikan pula adanya ijtihad tabi'in pada saat menafsirkan ayat-ayat tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis dan komparatif. Metode historis digunakan untuk melacak konteks penafsiran tabi'in - berupa keadaan sosio kultural di masa tabi'in, perkembangan tafsir pada masa itu dan jati diri masing-masing tabi'in (Sa'id bin Jubair, Mujahid, 'Ikrimah, Sa'ld bin Musayyab, Qatadah, Rabi' bin Anas dan hasan al-Basri) - serta melacak sejarah dan perkembangan term "bentuk penafsiran" yang digagas oleh ulama 'ulum al-Qur 'an. Sementara itu, metode komparatif digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan penafsiran antara tabi'in yang satu dengan yang lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk penafsiran tabi'in adalah bi al-ma’sur. Kesimpulan ini didasarkan atas penafsiran mereka yang masih berpijak pada Kitabullah, hadis Nabi dan asar sahabat secara dominan dibanding penggunaan ijtihad mereka sendiri. Selain itu tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara penafsiran Tabi'in Hijaz dengan Tabi'in Irak, walaupun dilihat secara geografis, sejarah, budaya, tekanan politik dan biografi masing-masing tabi'in terdapat perbedaan. Hal ini terjadi dikarenakan sating berinteraksinya tabi'in di satu daerah dengan daerah lain dalam hal periwayatan.)" mempunyai tujuan untuk mengetahui bentuk penafsiran tabi'in serta verifikasi atas teori yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara penafsiran yang dilakukan oleh Mufasir Tabi'in Hijaz dengan Mufasir Tabi'in Irak. QS. al-Baqarah: 221-237 yang terdapat dalam Kitab Jami' al-Bayan fi Ta 'wil al-Qur 'an dijadikan sebagai obyek penelitian. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya pokok-pokok hukum syari'ah yang ada didalamnya dan tidak menafikan pula adanya ijtihad tabi'in pada saat menafsirkan ayat-ayat tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis dan komparatif. Metode historis digunakan untuk melacak konteks penafsiran tabi'in - berupa keadaan sosio kultural di masa tabi'in, perkembangan tafsir pada masa itu dan jati diri masing-masing tabi'in (Sa'id bin Jubair, Mujahid, 'Ikrimah, Sa'ld bin Musayyab, Qatadah, Rabi' bin Anas dan hasan al-Basri) - serta melacak sejarah dan perkembangan term "bentuk penafsiran" yang digagas oleh ulama 'ulum al-Qur 'an. Sementara itu, metode komparatif digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan penafsiran antara tabi'in yang satu dengan yang lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk penafsiran tabi'in adalah bi al-ma’sur. Kesimpulan ini didasarkan atas penafsiran mereka yang masih berpijak pada Kitabullah, hadis Nabi dan asar sahabat secara dominan dibanding penggunaan ijtihad mereka sendiri. Selain itu tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara penafsiran Tabi'in Hijaz dengan Tabi'in Irak, walaupun dilihat secara geografis, sejarah, budaya, tekanan politik dan biografi masing-masing tabi'in terdapat perbedaan. Hal ini terjadi dikarenakan sating berinteraksinya tabi'in di satu daerah dengan daerah lain dalam hal periwayatan.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Drs. H. Moh. Fahmi, M.Hum NIP.150088748
Subjects: Tafsir Hadist
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Tafsir Hadist (S1)
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 13 Jul 2017 09:23
Last Modified: 13 Jul 2017 09:23
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/26339

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum