TAFSIR MITIS DI ERA MODERN-KONTEMPORER (Studi Tafsir al-Jawahir wa al-La’ali’u al-Masnu‘ah fi Tafsir al-Qur’an al-‘Azim bi al-Ahadis al-Sahihah al-Marfu‘ah)

MASDUKI, NIM.13530132 (2017) TAFSIR MITIS DI ERA MODERN-KONTEMPORER (Studi Tafsir al-Jawahir wa al-La’ali’u al-Masnu‘ah fi Tafsir al-Qur’an al-‘Azim bi al-Ahadis al-Sahihah al-Marfu‘ah). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (TAFSIR MITIS DI ERA MODERN-KONTEMPORER (Studi Tafsir al-Jawahir wa al-La’ali’u al-Masnu‘ah fi Tafsir al-Qur’an al-‘Azim bi al-Ahadis al-Sahihah al-Marfu‘ah)) 13530132_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf Download (5MB) | Preview
	Text (TAFSIR MITIS DI ERA MODERN-KONTEMPORER (Studi Tafsir al-Jawahir wa al-La’ali’u al-Masnu‘ah fi Tafsir al-Qur’an al-‘Azim bi al-Ahadis al-Sahihah al-Marfu‘ah)) 13530132_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf Restricted to Registered users only Download (7MB)

Abstract

Tafsir bi al-ma’sur merupakan bentuk awal penafsiran yang disampaikan langsung oleh Nabi Saw dan merupakan lebih baik-baiknya sebuah penafsiran. Dalam perkembangannya bentuk penafsiran tersebut mulai jarang digunakan, khususnya di era modern-kontemporer. Karena menurut para pengkaji al-Qur’an modern-kontemporer penafsiran al-Qur’an harus disesuaikan dengan ruang dan waktu atau menggunakan pendekatan-pendekatan modernitas. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji tafsir ‚al- Jawahir wa al-La’ali’u al-Masnu‘ah fi Tafsir al-Qur’an al-‘Azim bi al-Ahadis al- Sahihah al-Marfu‘ah‛ karya Abdullah al-Talidi yang mana tafsir tersebut kemunculannya di era modern-kontemporer. Namun, masih memegang prinsip penafsiran klasik yang merujuk kepada sumber-sumber tafsir tradisional, yakni menafsirkan al-Qur’an dengan menggunakan tafsir bi al-ma’sur yang memfokuskan terhadap hadis sahih marfuk. Fokus penelitian mengenai pembahasan tafsir ini adalah objek formal (variabel) berupa epistem yang disebut dengan epistem mitis, yakni sebuah penafsiran yang kurang memaksimalkan rasio atau diterima apa adanya dengan menganggap penafsiran tersebut tidak pernah salah dan dipercaya begitu saja dengan tanpa kritik, yang kemudian objek tersebut di analisis menggunakan metode penelitian data (documentary research) yang diuraikan secara diskriptif, dan dikupas memakai pendekatan historis, yakni mengkaji seluruh atau sebagian dari asal-usul pemikiran, pendapat, atau karya dari seorang tokoh. Adapun hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah Pertama, membuktikan bahwa di era modern-kontemporer ini, masih terdapat tafsir yang menggunakan pendekatan-pendekatan tafsir klasik dengan nalar mitis yang mana mufasir lebih memilih dan mengikuti pendapat bahwa setiap ucapan dan perbuatan Nabi Saw adalah sebagai penjelas atau tafsir terhadap al-Qur’an, yang bersumber pada hadis-hadis yang diriwayatkan kitab-kitab tafsir bi al-ma’sur dan induk hadis, semisal hadis tafsir yang diriwayatkan Ibnu Jarir, al-Bukhari, Muslim, Ah}mad bin H{ambal, dan lain sebagainya. Kedua, metode penafsiran yang digunakan adalah menggunakan metode bi al-ma’sur, yakni hanya memilih al-Qur’an ditafsirkan dengan hadis Nabi Saw yang terfokus pada hadis sahih marfuk, yang menurut klaim mufasir keberadaan cukup banyak. Ketiga, standar yang digunakan untuk menilai validitas riwayat tafsir adalah berpedoman pada pendapat-pendapat ulama hadis dan kaidah-kaidah hadis yang telah dirumuskan, yang mana standar menjadi penilaiannya adalah selain menggunakan kaidah-kaidah ilmu hadis juga dibuktikan dari apa yang disampaikan Abullah al-Tilidi, yakni hadis dapat dihukumi marfuk bila didengar dan disaksikan oleh Sahabat, diantarnya seperti asbab al-nuzul dan hadis-hadis yang bukan dari ijtihad sahabat sendiri dan tidak menukil dari lisannya orang Arab. Adapun kualitas hadis adakalanya ada yang sahih, hasan, bahkan ada yang da’if, akan tetapi yang berderajat al-Munjabar.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item