HADIS NABI TENTANG LARANGAN MEMPERBANYAK TERTA WA (KAJIAN MA'ANI AL-HADIS)

MUBARAK, NIM. 9953 2858 (2004) HADIS NABI TENTANG LARANGAN MEMPERBANYAK TERTA WA (KAJIAN MA'ANI AL-HADIS). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (HADIS NABI TENTANG LARANGAN MEMPERBANYAK TERTA WA (KAJIAN MA'ANI AL-HADIS))
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (HADIS NABI TENTANG LARANGAN MEMPERBANYAK TERTA WA (KAJIAN MA'ANI AL-HADIS))
BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (6MB)

Abstract

Tertawa adalah salah satu naluri dan tabiat asli manusia yang membedakannya -diantaranya- dengan binatang. Karena tertawa terjadi setelah seseorang memahami dan mengerti perkataan yang didengarnya atau setelah dia melihat sesuatu, dia tertawa. Tertawa adalah media sosial yang sangat signifikan karena mimik muka tertawa dapat mencegah agresivitas sesama jenis. Dengan tertawa kadar hormon stres berkurang,jantung dan peredaran darah menjadi lebih sehat dan membentuk pola pemapasan khusus yang baik bagi kesehatan dan organ-organ pemapasan. Di kebanyakan umat muslim, hadis sebagai tradisi seringkali hadir sebagai subyek yang menguasai umat muslim dan bukan sebagai obyek yang dipelajari umat muslim. Sehingga dalam mempelajari hadis, umat muslim menjadi tidak kritis. Mereka tepatnya hanya mengingat-ingat sebuah hadis dan tidak memahami secara Jebih proporsional dengan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan Titik tekan penelitian ini adalah bagaimana mencermati maksud hadis tentang larangan memperbanyak tertawa secara obyektif dan proporsional untuk kemudian dapat diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan saat ini melalui kajian ma’anil hadis -meminjam istilah Syuhudi Isma'il- atau sebuah metode hermeneutika hadis -dalam bahasa Musahadi HAM- yang menggunakan kriktik historis, eiditis dan praksis. I Para ulama hadis baik klasik maupun kontemporer, sebenamya telah membahas dan menafsirkan hadis ini dengan pendekatan kebahasaan (linguistik) namun belum ada yang mengkajinya dengan pendekatan historis, generalisasi dan kritik praksis (kontekstualisasi ide-ide sentral hadis ke dalam realitas praksis). Maka itu, disini penulis mencoba melengkapi pemahaman yang telah dibangun tersebut dengan melihat tidak hanya pada "struktur permukaan" teks saja tapi justru lebih kepada "struktur dalam"-nya sehingga pemahaman terhadap hadis ini menjadi lebih obyektif dan proporsional. Pada akhimya penulis berkesimpulan bahwa hadis tersebut tidak hanya dapat dipahami secara tekstual ( haqiqi),yaitu larangan Nabi kepada umatnya untuk banyak tertawa karena akan menjadi sangat relatif, namun akan lebih tepat lagi jika dipahami secara kontekstual (majazi atau ta'wili), yaitu menertawakan atau mengejek orang lainlah yang dilarang karena akan menghilangkan kepekaan terhadap lingkungan sosialnya. Disamping itu banyak sekali yang dapat digali dari hadis tersebut bila dikontekstualisasikan dengan kondisi kekinian dan ke dalam berbagai bidang keilmuan.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Drs. H.A. Chaliq Muchtar, M.Si
Uncontrolled Keywords: Larangan Memperbanyak Tertawa, Kajian Ma'ani Al-Hadis
Subjects: Tafsir Hadist
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Tafsir Hadist (S1)
Depositing User: H. Zaenal Arifin, S.Sos.I., S.IPI.
Date Deposited: 01 Aug 2017 12:43
Last Modified: 01 Aug 2017 12:43
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/27148

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum