KASMAN SINGODIMEJO DAN AKTIVITASNYA (1930 – 1982)

WASIRAH NIM: 04121901, (2009) KASMAN SINGODIMEJO DAN AKTIVITASNYA (1930 – 1982). Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (KASMAN SINGODIMEJO DAN AKTIVITASNYA (1930 – 1982))
BAB I, V.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (KASMAN SINGODIMEJO DAN AKTIVITASNYA (1930 – 1982))
BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (284kB)

Abstract

Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaian perjuangan yang panjang yang melibatkan berbagai komponen bangsa. Salah satu komponen yang memiliki kontribusi terhadap keberhasilan perjuangan tersebut adalah Jong Islamieten Bond (JIB). Di antara tokoh yang ikut membesarkan organisasi ini adalah Kasman Singodimejo. Kasman lahir pada tanggal 25 Februari 1908 di Purworejo, Jawa Tengah. Ayahnya adalah H. Singodimejo, yang pernah menjabat sebagai modin (penghulu), carik (sekretaris desa) dan Polisi Pamongpraja di Lampung Tengah. Pendidikan Kasman yang pertama di sekolah desa di Purworejo, kemudian ia melanjutkan ke Hollanda Indische School (HIS) di Kwitang Jakarta. Ia pindah ke HIS Kutoarjo, yang kemudian dilanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Magelang. Selain menuntut ilmu, Kasman juga belajar pengetahuan agama kepada K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Abdul Aziz. Setelah menyelesaikan pendidikannya di MULO, Kemudian dilanjutkan ke School Tot Opleiding Voor Indische Artsen (STOVIA) di Jakarta. Aktivitasnya dalam organisasi dimulai ketika masih belajar di STOVIA dengan masuk dalam organisasi Jong Java. Dalam organisasi ini ia berjuang untuk menjadikan Islam sebagai landasan perjuangan dengan alasan sebagian besar anggotanya beragama Islam. Namun usul tersebut ditolak oleh pimpinan Jong Java, kemudian dengan Syamsuridjal, Ki Musa al-Mahfudz dan Suhodo, Kasman mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB) dengan ketua pertamanya Syamsuridjal (1925-1926). Di tahun 1926-1930 Wiwoho Probohadidjoyo dan pada tahun 1930-1935 Kasman menjabat sebagai Ketua Umum JIB. Pada tahun 1937 Majlis Islam Ala Indonesia (MIAI) berdiri sebagai wadah baru bagi perjuangan umat Islam. Pada tahun 1941, Kasman diangkat sebagai agronom pada dinas penerangan pertanian sampai tahun 1943, ketika muncul fase baru yakni pendudukan militer Jepang. Jepang memberikan angin segar kepada MIAI untuk mengembangkan kegiatan umat Islam. Sementara itu Jepang ingin memanfaatkan MIAI untuk kepentingannya. Melihat maksud Jepang tersebut, MIAI dibubarkan, selanjutnya dibentuklah wadah baru bagi umat Islam Indonesia yakni Majlis Syuro Muslimin (Masyumi). Jepang bermaksud menggunakan Masyumi untuk mengerahkan Romusha (sistem kerja paksa) untuk membantu Jepang, kemudian umat Islam mendesak Jepang untuk mendirikan pasukan bersenjata yakni Tentara Pembela Tanah Air (PETA) dan Kasman menjadi salah satu Daidanchonya (komandan batalyon). Ketika memasuki perjuangan menjelang proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Kasman sebagai Daidancho Jakarta bersama Daidancho se-Jawa Madura dipanggil ke Bandung oleh pimpinan Jepang. Saat di Bandung, Kasman mendengar bahwa Jepang menyerah dan ia langsung mengadakan pertemuan dengan para Daidancho di Hotel kota Bandung. Rapat tersebut tercium oleh pimpinan Militer Jepang dan Kasman diperiksa pada malam itu juga untuk dimintai pertanggungjawabannya. Melihat sikap Kasman yang terus terang itu, ia dibebaskan. Pada pagi harinya tanggal 17 Agustus 1945 proklamasi kemerdekaan diumumkan dan Kasman yang sedang ada di Bandung memperoleh berita ini dan menyampaikannya kepada para Daidancho untuk segera pulang ke Jakarta. Setibanya di Jakarta, Kasman sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) diminta untuk segera hadir pada sidang panitia di Pejambon. Sidang ini membahas tentang kontroversi tujuh kata dalam Piagam Jakarta yang berbunyi; “ ... dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya . Kontroversi tujuh kata ini menimbulkan ketidakpuasan bagi pihak non muslim (Kristen) yang merasa dianaktirikan. Mereka mengancam untuk memisahkan diri dari Republik Indonesia dan mendirikan negara Indonesia Timur. Tetapi, Kasman dengan segala kemampuan diplomasinya mampu mengatasi polemik yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kasman merupakan orang pertama yang bersedia menghapus tujuh kata dalam Piagam Jakarta tersebut. Sikapnya itu kemudian diikuti yang lain, sehingga diputuskan bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 berisi teks yang kita kenal hingga sekarang. Permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apa peran Kasman dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Penelitian ini akan dirumuskan melalui pertanyaan; Bagaimana kondisi Indonesia pada masa Kasman Singodimejo? Siapakah Kasman Singodimejo dan bagaimana latarbelakang kehidupannya? Bagaimana aktivitas Kasman Singodimejo? Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah kualitatif dengan menggunakan Library Research dalam pengumpulan datanya. Sedangkan teori yang penulis gunakan adalah teori peran maksudnya individu sebagai subjek sejarah, selanjutnya didukung oleh pendekatan behavioral. Pendekatan behavioral adalah pendekatan yang berusaha memberikan pengertian tentang objek dan berusaha menjelaskan dengan teliti kenyataan-kenyataan dari objek, pengaruh yang diterima, sifat dan watak yang dimiliki.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: PEMBIMBING: SYAMSUL ARIFIN, S.AG, M.AG
Uncontrolled Keywords: Jong Islamieten Bond (JIB), Kasman Singodimejo, Majlis Syuro Muslimin (Masyumi)
Subjects: Sejarah Peradaban / Kebudayaan Islam
Divisions: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya > Sejarah Kebudayaan Islam (S1)
Depositing User: Miftakhul Yazid Fuadi [staff it]
Date Deposited: 04 Sep 2012 01:37
Last Modified: 21 Dec 2016 10:38
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/2833

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum