EPISTEMOLOGI TAFSIR MAQASIDI:STUDI TERHADAP PEMIKIRAN JASSER AUDA

RAHMAT FAUZI, NIM. 1420511018 (2017) EPISTEMOLOGI TAFSIR MAQASIDI:STUDI TERHADAP PEMIKIRAN JASSER AUDA. Masters thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (EPISTEMOLOGI TAFSIR MAQASIDI: STUDI TERHADAP PEMIKIRAN JASSER AUDA)
1420511018_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (EPISTEMOLOGI TAFSIR MAQASIDI: STUDI TERHADAP PEMIKIRAN JASSER AUDA)
1420511018_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (6MB)

Abstract

Penelitian ini membahas tentang epistemologi tafsir maqasidi Jasser Auda. Kebaharuan nilai epistemik yang ditawarkan Auda ke dalam diskursus al-Qur’an yang menjadikan maqasid al-syari’ah sebagai pangkal tolok ukur berpikirnya menarik untuk ditelit lebih dalam. Sebab, paradigma literalisme atau bahkan dekonstruksionisme mendominasi diskursus al-Quran hingga menyebabkan prinsip-prinsip dasar, nilai-nilai universal, dan maqasid al-syari’ah menjadi terabaikan. Auda menjadikan maqasid al-syari’ah sebagai pangkal tolak berpikir dan menggunakan teori sistem sebagai pisau analisisnya. Sebagai makhluk yang menyejarah, upaya-upaya yang dilakukan Auda tersebut tidak bias dilepaskan dari perkembangan dan perubahan epistemologi keilmuan, orientasi kepentingan dan cara menjalani kehidupan masyarakat pada umumnya. Tesis ini mengkaji tentang struktur-struktur dasar epistemologi tafsir maqasidi Jasser Auda yang meliputi: pertama, hakikat tafsir maqasidi. Kedua, metode tafsir yang digunakan dan, ketiga, menelaah tolok ukur kebenaran penafsirannya. Berdasarkan penelusuran historis, sejarah kelahiran dan pertumbuhan kajian maqasid dapat dikategorisasikan ke dalam dua gelombang besar yaitu pertama, ‘masa kelahiran dan pertumbuhan’ dan kedua, ‘masa perkembangan’. Pada awal kemunculannya, kajian maqasid tidak begitu familiar karena diskursus wacana keilmuan islam lebih didominasi oleh paradigma literalisme. Meski demikian, ide-ide mengenai maqasid di balik tujuan pendasaran suatu syari’at telah tertanam dalam logika sebagian pemikir dan dituangkan ke dalam berbagai literatur. Kajian maqasid pada era pertumbuhan mendapat porsi diskusi yang cukup banyak di kalangan akademisi islam. Pada masa ini lahir teori-teori tentang maqasid yang dimulai oleh tokoh bernama al-Juwayni dan dikembangkan oleh muridnya al-Ghazali. Dominannya pembacaan tekstual, sekali lagi, menyebabkan perjalanan kajian maqasid menjadi kurang nyaman. Beberapa tokoh masih berkeberatan untuk menjadikan maqasid sebagai metodologi atau sebagai basis filosofi pembacaan teks. Al-Syatibi menjadi tokoh pertama yang menekankan maqasid al-Syari’ah sebagai basis pembacaan dan kaidah dasar dalam penafsiran. Berkat upaya al-Syatibi, kajian maqasid pada masa perkembangan yaitu era kontemporer mendapat posisi yang fundamental di dalam diskursus keilmuan islam. Meski demikian, konsepsi-konsepsi maqasid klasik mengikut seluruh logika yang digunakannya, direkonstruksi oleh pemikir kontemporer dengan mempertimbangkan perubahan cara hidup dan orientasi kepentingan masyarakat kontemporer. Pergeseran-pergeseran ide dan konsep maqasid menandai bahwa ia merupakan hasil konstruksi pemahaman atau kognisi manusia atas teks. Konsep-konsep yang dihasilkan pemikir selalu melalui proses peleburan atau dialog antara horizon dirinya dan horizon teks. Oleh sebab itu Auda menilai bahwa hakikat tafsir tidak lain merupakan representasi kognisi manusia atas wahyu. Penafsiran, tegasnya, adalah hasil ijtihad manusia terhadap teks sebagai upaya menyingkap makna tersembunyi maupun implikasi praktisnya. Gagasan tersebut juga mengantarkan Auda pada kesimpulan bahwa sejatinya tafsir bersifat terbuka, ia dapat diperbaharui dan diperbaiki dengan wawasan-wawasan kontemporer. Telah banyak upaya-upaya yang dilakukan para tokoh untuk mereformasi ajaran islam, kendati demikian Auda menilai pendekatanpendekatan yang ditawarkan tersebut cenderung masih bersifat reduksionis dari pada holistis, lebih menekankan makna literal dari pada moral, lebih terarah pada satu dimensi dari pada multidimensi, nilai-nilai yang dijunjung lebih bersifat binary dari pada multi-nilai, dekonstruksionis dari pada rekonstruksionis, kausalitas dari pada teleologis (bertujuan). Untuk memperbaiki sisi-sisi kelemahan tersebut Auda menawarkan pendekatan sistem. Pendekatan sistem digunakan dengan alasan bahwa teori ini dapat meningkatkan sifat keterbukaan dan kebermaksudan dalam penafsiran al- Qur’an. Model berpikir sistematis mengandaikan adanya beberapa unit-unit berpikir, di mana keseluruhannya terintegrasi, terinterkoneksi, saling terhubung menuju suatu tujuan tertentu. Dalam konteks kajian al-Qur’an tujuan yang dimaksud ialah maqasid al-syari’ah. Unit-unit berpikir tersebut ialah kemenyeluruhan, keterbukaan, multidimensional dan kebermaksudan. Agar penafsiran tidak parsial, atomistik dan mencirikan pemikiran yang sistematis, Auda menawarkan metode tematik. Aliran tafsir tematik mengambil langkah ke depan menuju penafsiran yang lebih berorientasi pada faktor maqasid. Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) yang menjadikan karya-karya Jasser Auda dan karya-karya yang berhubungan dengan tema kajian sebagai sumber penelitiannya. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan historis-filosofis.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Dr. Abdul Mustaqim
Uncontrolled Keywords: Tafsir Maqasidi, Pemikiran Jasser Auda
Subjects: Agama Dan Filsafat
Divisions: Pascasarjana > Thesis > Agama dan Filsafat
Depositing User: H. Zaenal Arifin, S.Sos.I., S.IPI.
Date Deposited: 05 Feb 2018 09:45
Last Modified: 05 Feb 2018 09:45
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29262

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum