Keilmuan dalam Islam Sejarah dan Masa Depan

Zuhri, . (2009) Keilmuan dalam Islam Sejarah dan Masa Depan. In: Meraih Prestasi di Perguruan Tinggi. Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuludin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, p. 27. ISBN 978-979-18177-6-9

[img]
Preview
Image
Halaman Judul - Keilmuan dalam Islam Sejarah dan masa depan.jpg - Cover Image

Download (174kB) | Preview
[img]
Preview
Text (Keilmuan dalam Islam Sejarah dan Masa Depan)
Zuhri - Keilmuan dalam Islam Sejarah dan masa depan.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview

Abstract

Salah satu faktor munculnya krisis peradaban manusia di dunia Timur dan Barat pada abad kelima masehi adalah mandegnya gerak dinamika dan kreatifitas pengetahuan man usia. 1 Islam lahir di tengah krisis peradaban man usia. Untuk itu Islam lahir untuk mengatasia krisis peradaban umat manusia dengan melakukan gerak cepat dan kreatifitas dalam mengembangkan kemampunan manusia untuk dapat membaca (qira'ah), bernalar (ta'aqqul), menjelaskan (al-bayan), mempelajari (tafaqqaha)2• berefleksi (tafakkur).3 Dengan pengetahuan, Islam mampu memimpin gerak maju peradaban yang rahmatan li al-'aiamin. Namun demikian perlu dipahami bahwa pengetahuan tidak serta merta menjadi agen tunggal pembentuk peradaban, pengetahuan hanya salah satu dimensi utama penopang lahir dan berkembangnya peradaban Islam sampai di tittik puncaknya. Upaya-upaya yang diperankan oleh ilmu pengetahuan dalam mewujudkan puncak perdaban Islam merupakan salah satu ikhtiar umat Islam untuk membangun peradaban Islam ke depan, karena hanya dengan mempelajari sejarahnya manusia dapat membangun masa depannya. Oleh karena itu, peran pengetahuan dalam membangun peradaban Islam perlu ditelisik ulang guna menghindari kesalahan-kesalahan dalam pemahaman. Karena kesalahan-kesalahan yang demikian itu akan memunculkan persepsi tentang gagasangagasan pengetahuan untuk masa depan yang keliru. Meskipun demikian perlu dipahami bahwa peran pengetahuan dalam membangun peradaban Islam harus diposisikan secara proporsional. Artinya, makna atas peran pengetahuan dalam membangun peradaban Islam hanya sebatas sebuah pemahaman yang terwakili di dalamnya tidak lebih. Dengan demikian, usaha-usaha lain yang lebih komprehensif tentu tetap perlu dilakukan. Untuk memahami peran pengetahuan dalam mewujudkan peradaban Islam, langkah awal yang perlu dilakukan adalah membedakan antara sebaran-sebaran pengetahuan yang tumbuh secara alami dalam proses berkembangnya peradaban Islam dan membedakan sebaran-sebaran pemahaman tentang pengetahuan yang tumbuh dari peran dan kekuatan naq[.4 Pengetahuan yang berkembang secara alami di dunia Islam cenderung bersifat induktif, sementara pengetahuan yang berkembang dari. rumusan-rumusan naqliyah cenderung bersifat deduktif. Kedua pola tersebut tidak berjalan secara estafet dan menempati ruangnya masing-masing secara dikotomis. Kedua pola tersebut silih berganti saling mengisi dan membantuk proses dinamika pengetahuan dalam Islam di perjalanan sejarahnya. Dalam hal usaha-usaha rekonstruksi (pengembangan dan pembidangan) keilmuan yang berbasis integratifinterkonektif, sebagaimana yang telah digagas oleh institusi UIN selama beberapa tahun belakangan ini, pemahaman atas jejak dan sebaran dua pola keilmuan di atas perlu diperhatikan. Tanpa pemahaman yang mendalam atas gerak sejarah dinamika keilmuan dalam Islam, usaha-usaha rekonstruksi keilmuan yang sedang dilakukan oleh UIN hanya akan menghasilkan rumusan konstruksi keilmuan yang rapuh karena tidak didasari oleh kekuatan fondasi dan sejarah pemahaman atas struktur pengetahuan itu sendiri. Usaha rekonstruksi keilmuan dengan memahami ranah sejarah keilmuan Islam merupakan salah satu dimensi. Dimensi-dimensi lain yang menyangkut rumusan atau tepatnya paradigma, konsep, dan refleksi-refleksi keilmuan yang diusung dalam proses rekonstruksi keilmuan di UIN hendaknya ditelaah terlebih dahulu dalam perspektif kefilsafatan. Dimensi filosofis ini menjadi bagian penting dari diskursus rekonstruksi keilmuan di UIN karena kajian tentang keilmuan tidak semata persoalan faktual tetapi juga menyangkut persoalan metafisika. Hal-hal faktual secara sederhana dapat dicontohkan dari kasus pembidangan ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmu alam berikut kecenderungan di kalangan masyarakat untuk memilih salah satu bidang tersebut. Sementara persoalan metafisika meliputi konsep ilmu humaniora berikut batasan-batasan, dan implikasinya bagi kemanusiaan secara umum. Pada sisi lain peran dan posisi masyarakat juga perlu dipahami lebih serius lagi. Pola dinamika yang begitu cair dalam menentukan pilihan-pilihan dan kriteria-kriteria tentang keilmuan yang menurut mereka penting dan prospektif menunjukkan adanya berbagai faktor yang melatari munculnya pola-pola pilihan dan lahimya kriteriakriteria tersebut. Artinya persepsi masyarakat yang dinamis perlu dijadikan sebagai bagian dari pertimbangan bagi paradigma keilmuan yang diusung oleh UIN. Di sisi lain, bagi UIN sendiri, faktor-faktor yang melatari pola-pola pilihan masyarakat juga hendaknya diketahui secara lebih dini sehingga paradigma-paradigma keilmuan yang diusung oleh UIN telah melalui pertimbangan yang rna tang. Yang jelas dalam proses rekonstruksi keilmuan di UIN, dimensi historis, dimensi filosofis, dan dimensi sosial memiliki nuansa yang sama dominannya. Untuk itu, ketiga ranah di atas hendaknya menjadi spirit, mainstream, basis atau dasar pijak bagi proses rekonstruksi keilmuan di UIN.

Item Type: Book Section
Uncontrolled Keywords: Keilmuan dalam Islam, Sejarah Islam, Masa Depan Islam
Subjects: Studi Islam
Ilmu Agama Islam
Divisions: Buku
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 09 Feb 2018 09:32
Last Modified: 09 Feb 2018 09:32
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29297

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum