PENGANTAR ILMU DAKWAH: SEJARAH, PERSPEKTIF, DAN RUANG LINGKUP

UNSPECIFIED (2017) PENGANTAR ILMU DAKWAH: SEJARAH, PERSPEKTIF, DAN RUANG LINGKUP. In: UNSPECIFIED, (ed.) PENGANTAR ILMU DAKWAH: SEJARAH, PERSPEKTIF, DAN RUANG LINGKUP. Samudra Biru, pp. 1-130. ISBN 978-602-9276-37-4

[img]
Preview
Text (PENGANTAR ILMU DAKWAH: SEJARAH, PERSPEKTIF, DAN RUANG LINGKUP)
M. Rosyid Ridla, Afif Rifai, Suisyanto - Pengantar Ilmu Dakwah Sejarah, Perspektif, dan Ruang Lingkup.pdf - Published Version

Download (698kB) | Preview

Abstract

Bumi berputar, tahun berganti, dan kehidupan manusia terus bergerak dengan mengatasnamakan kemajuan zaman. Berbagai cara dan upaya terus dilakukan untuk menggiring kehidupan agar lebih efektif dan efisien dalam menghadapi perubahan sosial. Di satu sini, manusia di berbagai penjuru belahan bumi dapat menikmati bermacam-macam hasil kemajuan peradaban ditandai dengan melimpahnya sumber daya yang menunjang kehidupan. Tetapi ironisnya di sisi lain kemajuan juga berdampak pada suatu kemunduran. Faktanya adalah berjuta manusia terdegradasi dari kehidupan normal dan layak. Berbagai masalah muncul mulai dari konflik sosial yang berkepanjangan, perang antar etnis dan bangsa, perilaku politik koruptif, monopoli sumber ekonomi, dan patologi kehidupan lainnya yang pada akhirnya bermuara pada kemiskinan, ketimpangan, dan keterbelakangan. Di tengah kompleksitas masalah tersebut, banyak individu atau organisasi baik yang bersifat publik, swasta, ataupun komunitas berusaha mencari solusi melalui suatu aksi. Berbagai pendekatan dicoba dari sisi sosial, sains, hingga melibatkan agama. Salah satu pendekatan yang menarik untuk dicermati adalah menyelesaikan permasalahan kehidupan melalui jalur dakwah. Dalam hal ini ada usaha untuk menghadirkan nilainilai Islam yang lebih aplikatif, kontributif, dan kontekstual. Keluar dari ‘kebiasaan’ atau ‘pola pikir’ lama yang menganggap dakwah sebagai doktrin semata, berkoar-koar di mimbar mas-jid melalui pengeras suara, serta mengajak umat untuk berbuat baik tanpa memahami konteks permasalahan yang tengah dihadapi. Tujuan akhirnya selalu diarahkan untuk sejahtera baik di dunia dan mendapatkan kebaikan di akhirat, namun tidak disertai dengan cara strategis untuk mencapainya. Pada-hal dakwah yang modern semestinya harus bridging diversity dan enriching humanity, mampu menjembatani keragaman dan memperkaya nilai-nilai kemanusiaan. Bukan hanya sebatas kajian yang bersifat doktrinal, tapi juga mengajak umat bertransformasi secara sosial. Bagi pemeluknya, Islam diyakini sebagai ajaran yang sempurna untuk alam semesta (rahmatan lil ‘alamin), yang bersumber dari Allah SWT melalui al-Qur’an dan Hadist Rasulullah SAW. Di dalamnya berisi petunjuk lengkap untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan. Namun perlu ditekankan bahwa petunjuk tersebut hanya menjadi kertas biasa apabila umat Islam tidak mampu menerjemahkan isi kandungannya menjadi panduan operasional dan fungsional. Untuk itu dakwah harus diarahkan sebagai piranti yang menjembatani antara teks dengan konteks, antara firman Tuhan dengan permasalahan sosial. Kata dakwah dalam al-Qur’an memiliki banyak pemaknaan, yakni sebagai penamaan (QS. al-Isrâ: 110), ibadah (QS. Maryam: 48), penisbatan (QS. Maryam: 91), permintaaan bantuan dan pertolongan (QS. al-Baqarah: 23), dan panggilan atau seruan (QS. al-Muk’min: 41). Walau demikian, tampaknya makna ‘mengajak, memanggil, atau menyeru’ adalah yang paling banyak ditemukan dalam buku-buku bertema dakwah. Disebabkan oleh definisi yang tidak eksplisit, dakwah kemudian dimaknai secara beragam oleh praktisi dan akademisi. Dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwa dakwah secara istilah merujuk pada pemaknaan aktifitas keagamaan dan sebagai aktifitas sosial. Bagi umat muslim, dakwah menjadi sarana untuk peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan bagi manusia secara keseluruhan, dakwah menjadi sarana menyelesaikan permasalahan menuju kesejahteraan sosial. Menarik kemudian untuk mengajukan pertanyaan apakah dakwah Islam telah menjawab ‘cita-cita’ sebagaimana yang dimaknai di atas Mungkin lebih realistis lagi ketika bertanya sejauh mana kontribusi dakwah bagi kehidupan umat? Pertanyaan ini menuntut jawaban yang komprehensif. Idealnya, sebuah jawaban yang komprehensif tersusun atas mozaik atau puzzle-puzzle teks dan konteks itu sendiri. Buku yang tengah berada dalam genggaman pembaca ini merupakan teks yang berusaha menjawab pertanyaan di atas dari perspektif keilmuan. Ternyata, walau telah berumur setengah abad – diketahui jurusan dakwah pertama kali dibuka oleh IAIN Ar-Raniry Banda Aceh pada tahun 1968 - fokus dan lokus keilmuan dakwah masih tampak ‘kabur’. Hal ini disebabkan oleh gugatan eksistensi dakwah sebagai sebuah disiplin keilmuan dari kalangan akademisi sosial. Ilmu dakwah dianggap tidak mampu berdiri sendiri sehingga selalu membutuhkan ilmu lain sebagai payung misalnya psikologi, komunikasi, sosiologi, dan manajemen. Buku ini berada pada posisi yang jelas, yakni menegaskan dakwah sebagai sebuah disiplin ilmu. Untuk mendukung argumen utama tersebut sekaligus yang menjadi isi dalam buku ini penulis menyajikan tujuh bab yang bersisi muatan sejarah, perspektif, dan ruang lingkup ilmu dakwah. Dalam runtutan sejarah, buku ini berusaha menelusuri sejarah dakwah dari sisi praktis dan akademis. Dari sisi praktis menyajikan dakwah di masa Rasulullah SAW, para sahabat, masa-masa kejayaan, masa kemunduruan, hingga Islam bangkit kembali (modernisasi Islam). Sedangkan secara akademis, penulis berhasil merunut perkembangan ilmu dakwah mulai dari dakwah sebagai jurusan tunggal yang berada di bawah Fakultas Ushuluddin, pengembangan kurikulum, hingga penjurusan dakwah meliputi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI), Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Manajemen Dakwah (MD), dan juga Ilmu Kesejahteraan Sosial (IKS) yang berbasis pada nilai Islam. Kemudian, penulis juga berusaha menjawab keraguan berbagai pihak dengan melihat dakwah sebagai disiplin ilmu dari perspektif filsafat. Untuk itu pengkajian epistimologi, ontologi, dan aksiologi terhadap ilmu dakwah pun dilakukan. Hasil dari penelusuran ini akan menjadi pintu masuk untuk menemukan identitas ilmu dakwah. Dakwah layak disebut sebagai sebuah disiplin ilmu apabila memiliki obyek dan kajian yang jelas, ada prosedur dan metode ilmiah, struktur konsep atau sistematika konsep, memiliki kecenderungan untuk berkembang, dan memiliki nilai manfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Untuk mencapai syarat dakwah sebagai disiplin keilmuan, penulis dengan cermat mengangkat topik metodologi ilmu dakwah. Hal ini perlu untuk menguji validitas keilmuan dan menemukan fondasi ilmiah tentang konstruksi ilmu dakwah.

Item Type: Book Section
Uncontrolled Keywords: Ilmu Dakwah
Subjects: Dakwah
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 15 Aug 2018 09:54
Last Modified: 15 Aug 2018 09:54
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/29320

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum