HANNA KURNIATI FEBRIAN NUR, NIM. 99363614 (2004) PERNIKAHAN KETIKA IHRAM (STUDI KOMPARASI ANTARA PENDAPAT. Skripsi thesis, UIN SUNAN KAIJAGA.
|
Text (PERNIKAHAN KETIKA IHRAM (STUDI KOMPARASI ANTARA PENDAPAT)
BAB I, V DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version Download (6MB) | Preview |
|
Text (PERNIKAHAN KETIKA IHRAM (STUDI KOMPARASI ANTARA PENDAPAT)
BAB II, III, IV.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (10MB) |
Abstract
Sunnah Nabi SAW merupakan pedoman hidup sekaligus petunjuk kedua setelah al-Qur'an bagi umat Islam. Maka sepantasnya, sunnah kemudian dijadikan sebagai tuntunan hidup dalam bersikap dan berperilaku baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, bagian dari kosmos, maupun sebagai hamba Allah SWT secara terus menerus. Hubungan vertikal manusia sebagai hamba Allah dengan Khaliq-Nya diimplikasikan dengan melaksanakan apa yang telah diperintanhkan Allah SWT melalui ajaran yang dibawa Rasul-Nya, dan salah satunya adalah melaksanakan pernikahan sesuai teladan yang telah dicontohkan Nabi. Pernikahan merupakan fitrah manusia untuk kesinambungan populasi manusia, karena melal ui pernikahan yang barakah dan sesuai syari 'at itulah nantinya akan tercipta insan-insan yang bertaqwa sebagai penerus pembawa ajaran Rasulullah SWT. Namun, pada prakteknya, banyak hal yang menjadi problematika dalam pelaksanaan pernikahan, semisal, permasalahan hukum pernikahan ketika ihram, yang menjadi fokus dari penelitian skripsi ini. Respon pro dan kontra mengemuka dari para ulama dalam menanggapi persoalan yang rentan perdebatan ini. Imam Abu Hanifah dan pengikutnya para ulama mazhab Hanafi mernbolehkan pernikahan tersebut, dengan asumsi bahwa, ihram tidak menjadi penghalang bagi seseorang untuk rnelaksanakan pernikahan, yang rnenjadi penghalang adalah konsekuensi pernikahan tersebut, yakni pernberian nafkah batin. Sebaliknya, Imam asy-Syafi 'i rnenganggap pemikahan ketika ihram batal derni hukum karena tidak terpenuhinya salah satu syarat bagi rnernpelai yang akan menikah, yaitu tidak ada halangan syar'i berupa keadaan ihram. Dalam ritual keagamaan sendiri, ihrarn merupakan upaya seorang harnba rnenuju pada Allah SWT, yang sangat diperlukan kesucian lahir dan batin, derni memperoleh ridho-Nya. Meskipun pada dasarnya pernikahan rnerupakan suatu kebaikan yang sangat dianjurkan Nabi SAW, namun, dalam kondisi ini tidak diperbolehkan. Hal itu didasarkan pada sifat ikhtiyat beliau dalam rnelaksanakan hukum. Pernaparan argumen keduanya hendak dijelaskan dengan rnelacak validitas hadis yang dipakai sebagai hujjah dalam penentuan hukurnnya. Solusi yang tepat dalam menyelesaikan pertentangan ini adalah rnenggunakan rnetode taijih, yang dari penerapan kaedah-kaedah trujih, kaedah u iil dan fiqhiyyah serta dikuatkan dengan penjelasan para ahli hukum dapat diketahui bahwa, antara dua dalil yang bertentangan tersebut, rnaka yang paling rajih adalah dalil yang digunakan oleh Imam Asy-Syafi'i.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Additional Information: | DRS. SUPRIA TNA, M.Si |
Uncontrolled Keywords: | Pernikahan ketika ihram |
Subjects: | Perbandingan Madzhab |
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Madzab (S1) |
Depositing User: | Drs. Bambang Heru Nurwoto |
Date Deposited: | 13 Sep 2018 09:05 |
Last Modified: | 13 Sep 2018 09:05 |
URI: | http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/30830 |
Share this knowledge with your friends :
Actions (login required)
View Item |