LUAZIZAH, NIM. 01360878 (2005) MELIHAT AURAT WANITA DALAM PEMINANGAN (STUDI KOMPARASI IMAM MALIK DAN IBN HAZM). Skripsi thesis, UIN SUNAN KAIJAGA.
|
Text (MELIHAT AURAT WANITA DALAM PEMINANGAN (STUDI KOMPARASI IMAM MALIK DAN IBN HAZM))
BAB I, V, DP.pdf - Published Version Download (7MB) | Preview |
|
Text (MELIHAT AURAT WANITA DALAM PEMINANGAN (STUDI KOMPARASI IMAM MALIK DAN IBN HAZM))
BAB II, III, IV.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (8MB) |
Abstract
Dalam pemikahan perlu adanya suatu proses saling mengenal sebel teljadinya akad nikah. Adapun langkah pendahuluan untuk melangsungkan su pernikahan biasanya disebut dengan khitbah atau pinangan. Langkah merupakan upaya untuk sahng mengenal pribadi dan identitas antara si pemina dengan wanita yang dipinangnya sesuai dengan ketentuan syara'. Mela pinangan ini, masing-masing pihak dapat mengetahui kondisi pasangann sehingga dalam kehidupan rumah tangga mereka dapat tercipta kehidupan y harmonis sesuai dengan apa yang diinginkan. Oleh karena itu jumhur ula sepakat menyatakan bahwa diperbolehkan bagi si peminang melihat wanita ya dipinangnya itu. Hal ini berkaitan dengan parus· dari Mughirah bin Syu'b walaupun parus· tersebut menerangkan tentang dibolehkannya laki-laki meli wanita yang dipinangnya, persoalan timbul mengenai batasan melihat pada vva yang dipinang. Sampai manakah batasan laki-laki melihat aurat wanita tersebut Dari sini kita bisa mengetahui adanya perbedaan pendapat dari kalan ulama dalam menyikapi masalah ini. Menurut Ibn I):azm boleh melihat wan yang dipinang tanpa batasan tertentu. Pendapat ini hanya didasarkan pada a na dari :tJ_arus· yang menganjurkan melihat tanpa menentukan batasan aurat y boleh untuk dilihat. Pendapat tersebut bertentangan dengan ulama lain y memberikan batasan terhadap apa saja yang boleh dilihat pada diri seor wanita, menurut Imam Malik yang boleh dihhat hanyalah wajah dan ke telapak tangan saja. Karena menurutnya wanita yang dipinang adalah orang l dan bukan muhrimnya, jadi tetap bagi si peminang tidak diperbolehkan meli bagian aurat lain dari wanita tersebut. Selain itu Imam Malik lebih melihat p kemaslahatan yang ditimbulkan dari masalah tersebut, jangan sampai memba kemudaratan terutama bagi wanita yang dipinang. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah pendekatan ul :fi yaitu cara mendekati masalah yang diteliti dengan didasarkan pada pemaham terhadap al-Qur'an dan padis' dengan memperhatikan kaidah-kaidah kebahasa dan tujuan pensyariatan hukum sesuai dengan apa yang digariskan dalam u :fiqh. Berdasarkan analisis dengan mengetahui segi istidlal kedua tokoh di at maka penyusun dapat menyimpulkan bahwa dahl yang digunakan oleh Im Malik adalah selain pada padis' juga menggunakan dalil al-Qur'an ayat 31 d surat an-Nur, sedangkan Ibn I):azm hanya berdasar pada ?ahir na yakni dari :tJ_ yang membolehkan untuk melihat wanita dalam peminangan. Apabila masalah dikaitkan dengan maslah jender maka pendapat Imam Malik-Iah yang lebih pan untuk dijadikan dasar karena Iebih mengutamakan kemaslahatan dari pada ha mengambil dalil secara ?ahir na , karena tidak semua hukum dapat diketa dengan hanya mengetahui teks dari suatu na saja.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Additional Information: | 1. DR. AINURRAFIQ DAWAM, MA 2. HJ. FATMA AMILIA, S. AG, M. SI |
Uncontrolled Keywords: | Aurat wanita, peminangan |
Subjects: | Perbandingan Madzhab |
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Madzab (S1) |
Depositing User: | Drs. Bambang Heru Nurwoto |
Date Deposited: | 20 Sep 2018 14:31 |
Last Modified: | 20 Sep 2018 14:31 |
URI: | http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/30899 |
Share this knowledge with your friends :
Actions (login required)
View Item |