PEMIKIRAN MIRZA GHULAM AHMAD TENTANG MANUSIA

Ngutsman Mukromin NIM: (05510030), (2009) PEMIKIRAN MIRZA GHULAM AHMAD TENTANG MANUSIA. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (PEMIKIRAN MIRZA GHULAM AHMAD TENTANG MANUSIA)
BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (938kB) | Preview
[img] Text (PEMIKIRAN MIRZA GHULAM AHMAD TENTANG MANUSIA)
BAB II, III, IV, V.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (612kB)

Abstract

Sebagai manusia, ia sendiri masih menganggap dirinya adalah sebuah misteri. Ia tak benar-benar memahami tentang dirinya yang memiliki jasmani dan sekaligus rohani. Mengenai jasmani (raga / jasad / jisim), ia tak begitu mempermasalahkannya karena sudah cukup jelas, bisa dilihat, diraba, dirasa ataupun diteliti secara ilmiah, namun mengenai rohani (ruh / jiwa / nafs), banyak sarjana yang memperdebatkannya. Salah satunya ialah Mirza Ghulam Ahmad, ia memahami bahwa manusia merupakan makhluk hidup yang 100% jasmani dan rohani. Antara jasmani dan rohani tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya bahkan, keduanya saling berkelit-kelindan dan saling mempengaruhi. Jasmani dan rohani manusia juga memiliki gradasi kondisi yang menandakan tingkat spiritualitasnya. Ghulam membagi gradasi tersebut menjadi 3 (tiga) bagian, yakni: alamiah (tabi’i), akhlakiah dan rohaniah. Kondisi alamiah ialah kondisi manusia yang didasari oleh al-nafs al-amma rah (jiwa yang berbuat kerusakan), sementara kondisi akhlakiah ialah kondisi manusia yang didasari oleh al-nafs al-lawwa mah (jiwa yang masih berbolak-balik), dan kondisi rohaniah ialah kondisi manusia yang didasari oleh al-nafs al-mut`mainnah (jiwa yang tenang). Di samping kondisinya, manusia juga harus mengetahui bahwa tujuan hidupnya ialah untuk beribadah kepada Tuhannya, yakni: menyembah Allah, meraih makrifat-Nya serta fana’ bersama-Nya. Untuk itu Ghulam menunjukkan ada 5 (lima) langkah untuk meraihnya, yaitu: pertama, mengenal kesempurnaan Allah, makrifat Ilahi dan menyadari kemurahan-Nya; kedua, berdo’a; ketiga, muja hadah (berjuang keras); keempat, istiqa mah (konsistensi) dan berkumpul bersama orang-orang saleh; dan kelima, kasyf (tersingkapnya realitas ilahiyah). Berdasarkan pemaparan tersebut, terlihat bahwa penelitian kepustakaan (library research) ini bertujuan untuk menjajagi bagaimana pemikiran Mirza Ghulam Ahmad tentang manusia. Untuk menunjang penelitian tersebut, metode analisis yang penulis gunakan ialah deskripsi, kesinambungan historis, interpretartif dan komparatif. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pemikiran Ghulam yang dimaksud. Meski menjadi pembaharu, Mirza Ghulam Ahmad bukan seorang yang menjadikan akal sebagai satu-satunya tolok ukur kebenaran karena ia pun percaya terhadap kebenaran wahyu. Lebih jelasnya, ia adalah seorang neo-sufisme yang meletakkan esoterisme tetap dalam koridor syari’at. Konsepsi tasawufnya juga tidak hanya dipersembahkan untuk tujuan ilahiah semata melainkan juga untuk memperbaiki keimanan umat Islam yang sudah kacau (waktu itu). Namun peran kasyf yang sangat dominan dapat kita temui pada dirinya, hal inilah yang membuat kita sulit membedakan antara ajarannya tentang teologi dari tasawufn

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing : Drs.H.Muzairi,MA
Uncontrolled Keywords: Pemikiran, Mirza Gulam Ahmad, Manusia
Subjects: Aqidah Filsafat
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta > Aqidah Filsafat
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah Filsafat (S1)
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 12 Sep 2012 21:25
Last Modified: 04 Aug 2016 10:20
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3179

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum