TINJAUAN GENDER TERHADAP KONSTRUKSI ‘IDDAH DAN IHDAD DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI)

NUZULIA FEBRI HIDAYATI, NIM: 1620310087 (2018) TINJAUAN GENDER TERHADAP KONSTRUKSI ‘IDDAH DAN IHDAD DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI). Masters thesis, UIN Sunan Kalijaga.

[img]
Preview
Text (TINJAUAN GENDER TERHADAP KONSTRUKSI ‘IDDAH DAN IHDAD DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI))
1620310087_BAB I, BAB V, DAFTAR PUSTAKA,LAMPIRAN.pdf - Published Version

Download (7MB) | Preview
[img] Text (TINJAUAN GENDER TERHADAP KONSTRUKSI ‘IDDAH DAN IHDAD DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI))
1620310087_BAB II, BAB III, BAB IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (5MB)

Abstract

Membincang persoalan „iddah, ada korelasinya dengan masa berkabung yang disebut dengan istilah ihdad, dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) nampaknya masih membidik perempuan dengan aturanaturan yang sifatnya membatasi ruang gerak mereka, bahkan oleh sebagian kelompok pemerhati gender dapat dikatakan membatasi hak asasi manusia. Pertanyaan yang kemudian muncul ialah;bagaimana konsktruksi ‘iddah dan ihdad dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dipandang dari perspektif gender, mengapa konstruksi ‘iddah dan ihdad dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) mendiskriminasikan perempuan, dan bagaimana konstruksi ideal tentang „iddah dan ihdad dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) perspektif gender. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (Library research), bersifat deskriptif analitik, dengan pendekatangender. Kesimpulan penelitianyang penulis kaji: pertama, ‘iddah dalam Pasal 153-155 menjadi masalah serius ketika proses perceraian tersebut adalah gugat cerai yang sumber masalahnya dari pihak suami, maka betapa mudahnya suami meninggalkan pernikahan tanpa penghormatan tehadap nilai-nilai sakral dalam hubungan suami isteri. Kemudian pada kasus talak raj’i konsep ‘iddah jauh lebih rawan, karena dalam keadaan isteri yang ber-‟iddah sedangkan suaminya tidak, justu memicu tejadinya poligami terselubung. Kedua,ihdad dalam KHI Pasal 170 terkesan stereotip terhadap perempuan. Bahwa perempuan adalah sumber masalah yang dengan memandangnya saja bisa menimbulkan ketertarikan atau syahwat, sehingga ia mesti disembunyikan dalam rumah. Ketiga, Formula syariat hukum ‘iddah dan ihdad dalam bingkai KHI, oleh kaum pendukung perempuan dianggap tidak cukup pro-aktif dalam merespon perubahan sosial. Seiring dengan perkembangan peran perempuan yang bisa berubah dari pada umumnya, dalam masalah ‘iddah dan ihdad ini seseorang dapat mengkompromikan kandungan hukum yang ada dalam ketentuan syara‟, seperti misalnya adanya kepentingan urgen (kewajiban perempuan menafkahi keluarganya pasca suami meninggal). Keempat, Untuk konteks masa kini, maka ‘iddah tetap relevan diberlakukan bagi perempuan dan juga bagi laki-laki, demi menjaga status perkawinan yang merupakan akad yang agung, dan dengan keduanya menerapkan hukum ‘iddah yang sama maka akan meminimalisir tindakan yang tidak diinginkan, seperti poligami terselubung yang mengakibatkan kekerasan tehadap perempuan. Sedangkan konsep ihdad menjadi ketentuan yang sifatnya baik dan harus dilakukan apabila dalam kondisi perempuan dan atau laki-laki tidak ada tuntutan (misalnya bekerja sebagai tuntutan menafkahi keluarga atau kesibukan lain yang sifatnya merugian bayak orang jika ditinggalkan). Kata Kunci: Konstruksi, ‘Iddah, Ihdad, Gender.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Dr. Mochamad Sodik, S.Sos, M.Si
Uncontrolled Keywords: Konstruksi, ‘Iddah, Ihdad, Gender.
Subjects: Hukum Keluarga
Divisions: Pascasarjana > Thesis > Hukum Islam > Hukum Keluarga
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 28 Dec 2018 08:44
Last Modified: 28 Dec 2018 08:44
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/32022

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum