REKONSTRUKSI KONSEP AL-ṬABARĪ TERHADAP QIRĀ’ĀT DALAM JĀMI’ AL-BAYĀN FĪ TA’WĪL ĀY AL-QUR’ĀN

HELMI NAILUFAR, NIM. 1420510096 (2018) REKONSTRUKSI KONSEP AL-ṬABARĪ TERHADAP QIRĀ’ĀT DALAM JĀMI’ AL-BAYĀN FĪ TA’WĪL ĀY AL-QUR’ĀN. Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (REKONSTRUKSI KONSEP AL-ṬABARĪ TERHADAP QIRĀ’ĀT DALAM JĀMI’ AL-BAYĀN FĪ TA’WĪL ĀY AL-QUR’ĀN)
1420510096_BAB-I_BAB-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (7MB) | Preview
[img] Text (REKONSTRUKSI KONSEP AL-ṬABARĪ TERHADAP QIRĀ’ĀT DALAM JĀMI’ AL-BAYĀN FĪ TA’WĪL ĀY AL-QUR’ĀN)
1420510096_BAB-II_SAMPAI_BAB-IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (16MB)

Abstract

Kajian qira’at, secara konsep dan konteks, tidak dapat hadir begitu saja tanpa ada perkembangan, problematika, dan perbedaan yang menyertainya. Oleh sebab itu perlu adanya penelususran aspek sejarah tentang kemutawatirannya. Dengan melihat historisitasnya, setidaknya akan menyempurnakan pemahaman yang utuh dan komperhensif. Secara historis, istilah mutawatirah menjadi familiar dengan digagasnya konsep-konsep qira’at oleh Ibn Mujahid sebagai perwujudan qira’at shahihah yang menurutnya adalah qira’at sab’ah yang umum dikenal oleh masyarakat Islam sewaktu itu. Sebelum Ibn Mujahid tampil dengan masterpiecenya, yakni al-Sab’ah fi al-Qira’ah. Sebetulnya sudah ada beberapa ‘ulama yang konsen terhadap bidang qira’at, beberapa diantaranya al-Tabari yang juga memiliki kitab tentang qira’at yang berjudul al-Jami’. Kapasitas al-Tabari dalam bidang qira’at juga terlihat dalam tafsirnya, Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil ay al- Qur’an yang menolak pemakaian qira’at yang telah dinyatakan sebagai mutawatirah oleh Ibn Mujahid. Faktanya memang qira’at yang dinukilkan al- Tabari dalam tafsirnya bukan qira’at yang disepakati oleh imam qurra’ melainkan qira’at yang masih diperselisihkan. Berawal dari masalah tersebut, dalam penelitian tesis ini, peneliti mengangkat tema tentang pemakaian qira’at al-Tabari dalam tafsir Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil ay al-Qur’an. Penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut: pertama, Bagaimana tolok ukur qira’at menurut al-Tabari?, kedua, Mengapa al- Tabari menolak qira’at mutawatirah versi ‘ulama qurra’ dalam Jami’ al-Bayan dan bagaimana implikasinya dalam ranah penafsiran. Untuk menjawab masalah tersebut, pendekatan yang digunakan adalah historis-filosofis untuk menulusuri kesejarahan dan perkembangan qira’at dan melacak tolak ukur kevalidan suatu qira’at menurut al-Tabari. Metode deskritif-analisis untuk menggambarkan dan menganalisis data terkait dengan qira’at yang dipakai oleh al-Tabari. Hasil dari penelitian ini antara lain, al-Tabari memandang bahwa qira’at harus komperhensif dari aspek bahwa qira’at merupakan suatu sunnah Rasulullah S.A.W. serta dari aspek bahwa qira’at adalah satu cabang linguistik ‘Arab yang tetap patuh dan tunduk kepada kaedah-kaedah linguistik. Terkait dengan penolakan al-Tabari tersebut merupakan sikap kritisnya terhadap qira’at yang selama ini beredar dengan memunculkan konsep Tafawut al-Qira’at yang lebih dimaksudkan untuk mentarjih variasi penafsiran karena setiap qira’at memiliki tafsirannya sendiri-sendiri. Hal tersebut merupakan wujud ijtihad al-Tabari untuk mengukuhkan suatu penafsiran yang dianggap sebagai perwujudan maksud Tuhan yang bersumber dari qira’at yang dipilihnya dan tetap menerima qira’atyang lain sebagai varian linguistiknya.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Dr. H. Ahmad Baidhowi, M.Si,
Uncontrolled Keywords: Qiro'at, historis, problematika
Subjects: Agama Dan Filsafat
Divisions: Pascasarjana > Thesis > Agama dan Filsafat > Studi al Qur'an dan Hadits
Depositing User: Drs. Mochammad Tantowi, M.Si.
Date Deposited: 02 Apr 2019 08:55
Last Modified: 02 Apr 2019 08:55
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34303

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum