HAMPARAN BUMI DALAM AL-QUR’AN (ANALISIS SEMANTIK TERHADAP KATA ARD, BISATAN, DAHA, FIRASYAN, MADDA, MAHDAN, SUTIHAT, DAN TAHA)

LUQMAN HAKIM, NIM. 13531170 (2018) HAMPARAN BUMI DALAM AL-QUR’AN (ANALISIS SEMANTIK TERHADAP KATA ARD, BISATAN, DAHA, FIRASYAN, MADDA, MAHDAN, SUTIHAT, DAN TAHA). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (HAMPARAN BUMI DALAM AL-QUR’AN (ANALISIS SEMANTIK TERHADAP KATA ARD, BISATAN, DAHA, FIRASYAN, MADDA, MAHDAN, SUTIHAT, DAN TAHA))
13531170_BAB-I_V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Accepted Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (HAMPARAN BUMI DALAM AL-QUR’AN (ANALISIS SEMANTIK TERHADAP KATA ARD, BISATAN, DAHA, FIRASYAN, MADDA, MAHDAN, SUTIHAT, DAN TAHA))
13531170_BAB-II_SAMPAI_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (5MB)

Abstract

Perdebatan antara bumi bulat dan bumi datar sedang ramai dewasa ini. Kubu pendukung bumi datar sering memakai dalil al-Qur’an yang berbicara bahwa bumi ini dihamparkan. Di dalam al-Qur’an terdapat dua belas ayat yang menyebutkan bumi dihamparkan. Namun apakah benar hamparan yang dimaksud oleh al-Qur’an bermakna datar? Skripsi ini telah meneliti dan menganalisis makna hamparan bumi yang dimaksud dalam al-Qur’an menggunakan metode analisis semantik al-Qur’an yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan, yaitu makna dasar ard adalah tanah, sedangkan makna relasionalnya adalah tanah, negeri, suatu tempat, dan bumi. Adapun makna dasar kata bisatan, daha, firasyan, mihadan, sutihat, serta taha adalah luas, dan makna dasar kata madda adalah panjang. Sedangkan makna relasionalnya adalah menghamparkan, luas, menggerakkan, melebarkan, dermawan, alas, kasur/dipan, menambahkan, memanjangkan, memperlama, menambah, ayunan, dan tempat tinggal. Pada masa pra Qur’anik, hamparan bumi bermakna tempat hidup manusia yang luas, biasanya digunakan sebagai ungkapan keindahan alam dalam percintaan dan perang. Adapun pada masa Qur’anik, kosakata hamparan bumi berhubungan dengan konsep religius sebagai media dakwah agar masyarakat Arab pada masa itu mengingat penciptanya. Sedangkan pada masa pasca Qur’anik, muncullah perdebatan bumi datar dan bumi bulat, serta muncul teori penghamparan bumi, dan teori penciptaan bumi dalam enam masa. Dalam pandangan dunia al-Qur’an, hamparan bumi bermakna bumi yang luas, bukan datar. Al-Qur’an menunjukkan bentuk bumi adalah bulat sejalan dengan temuan sains oleh para ilmuwan, dan pendapat ini adalah yang lebih benar. Allah menjadikan bumi hamparan dengan jalan-jalan yang luas, meletakkan gunung-gunung yang kokoh, sungai-sungai, dan langit sebagai atap, menjadikan malam untuk tidur dan siang untuk penghidupan, dan menurunkan air pada hamparan ini sehingga tumbuhlah buah-buahan adalah sebagai rizki bagi manusia untuk memberi peringatan bagi orang yang berfikir.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Dr. H. Mahfudz Masduki, M.A.
Uncontrolled Keywords: hamparan bumi, analisis semantic, kata ard, bisatan, daha, firasyan, madda, mahdan, sutihat, taha
Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur’an dan Tafsir (S1)
Depositing User: H. Zaenal Arifin, S.Sos.I., S.IPI.
Date Deposited: 12 Apr 2019 13:19
Last Modified: 12 Apr 2019 13:20
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34559

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum