IKHLAS MENURUT BUYA HAMKA DALAM TAFSIR AL-AZHAR

MUHAMMAD YUSUF ASFIYAK, NIM. 11530067 (2018) IKHLAS MENURUT BUYA HAMKA DALAM TAFSIR AL-AZHAR. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (IKHLAS MENURUT BUYA HAMKA DALAM TAFSIR AL-AZHAR)
11530067_PRA BAB_BAB I_BAB V DAN DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (7MB) | Preview
[img] Text (IKHLAS MENURUT BUYA HAMKA DALAM TAFSIR AL-AZHAR)
11530067_BAB II_BAB III DAN BAB IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (7MB)

Abstract

Di era postmodern, semakin banyak ditemukan manusia yang lebih cenderung untuk memandang bahwa hidup ini tidak ada yang gratis, selalu ada cost yang harus dibayar, hal ini menjadikan hegemoni mereka untuk selalu memperhitungkan untung rugi dalam segala aspek hidupnya. Paradigma ini pada gilirannya menjadikan sulitnya dan sangatlah kecil ditemukan manusia yang tulus dalam sikap dan niatnya. Oleh karenanya kehadiran penafsiran tentang ikhlas selalu memiliki nilai urgenitasnya. Ikhlas merupakan salah satu dari berbagai amal hati, dan bahkan ikhlas berada di barisan pemula dari amal-amal hati. Sebab diterimanya berbagai amal tidak bisa menjadi sempurna kecuali dengannya. Oleh karena itu sangat penting memahami ikhlas dan mengetahui bagaimana ikhlas sendiri ditafsirkan dalam kehidupan seharihari. Salah satunya dalam menafsirkan ikhlas ini dengan menggunakan penafsiran Hamka dalam kitabnya Tafsir Al-Azhar. Penelitian ini akan berusaha menjawab dua rumusan masalah yaitu bagaimana penafsiran ikhlas menurut Buya Hamka dalam kitab Tafsir Al-Azhar dan bagaimna relevansi ikhlas menurut Buya Hamka dalam kitab Tafsir Al-Azhar dengan konteks sekarang. Penelitian tokoh ini mengupas tuntas bagaimana ikhlas dipahami atau ditafsirkan oleh Hamka dalam kitab Tafsir Al-Azhar. Seperti contoh penafsiran mengenai ayat pada Q.S. Al-Baqarah ayat 139 yang artinya “Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu, dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati”. Kemudian ditafsikan dalam Tafsir Al-Azhar, mengapa kita harus bertengkar berbantah-bantah. Marilah kita masing-masing pihak beramal, bekerja, berusaha. Bukanlah agama yang benar adalah mementingkan amal? Kalau kita bertengkar dan berbantah, niscaya amal menjadi terlantar “Dan kami terhadap-Nya adalah ikhlas. Kami terhadap Allah, ikhlas, bersih tidak terganggu oleh niat yang lain. Sebab kepercayaan kami tidak bercabang kepada yang lain. Hasil dari penelitian ini diperoleh pengertian ikhlas menurut Hamka terbagi menjadi tigal hal yaitu, ikhlas dalam beragama, ikhlas dalam beribadah dan berdo‟a, dan ikhlas dalam beramal. Ikhlas dalam pemahaman Hamka yaitu segala gerak tingkah laku, usaha, pekerjaan hendaklah mementingkan amal dengan tidak saling bertengkar dan berbantah, karena demikian amal menjadi terlantar. Ikhlas dengan mementingkan amal yang didasarkan kepada keihklasan mempersembahkan kepada Allah dan tidak bercabang kepada niat yang lain. Hal ini disebutkan berdasarkan penafsiranya pada ayat al-Qur‟an surat al-Bayyinah ayat 5. Hal ini juga diperoleh relevansi penafsiran Hamka dengan konteks sekarang.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Dr. Afdawaiza, S.Ag. M.Ag.
Uncontrolled Keywords: Ikhlas, al-Qur'an, tafsir al-Azhar
Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur’an dan Tafsir (S1)
Depositing User: Drs. Mochammad Tantowi, M.Si.
Date Deposited: 18 Apr 2019 14:49
Last Modified: 18 Apr 2019 14:49
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34697

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum