ETIKA BERKOMUNIKASI DALAM TAFSĪR AL-QURĀN (Studi Komparasi Tafsīr Al-Mishbāh Karya M. Quraish Shihab dan Tafsir An-Nūr Karya Hasbi Ash-Shiddieqy)

IRSYADIN KAMAL, NIM. 11531010 (2019) ETIKA BERKOMUNIKASI DALAM TAFSĪR AL-QURĀN (Studi Komparasi Tafsīr Al-Mishbāh Karya M. Quraish Shihab dan Tafsir An-Nūr Karya Hasbi Ash-Shiddieqy). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (ETIKA BERKOMUNIKASI DALAM TAFSĪR AL-QURĀN (Studi Komparasi Tafsīr Al-Mishbāh Karya M. Quraish Shihab dan Tafsir An-Nūr Karya Hasbi Ash-Shiddieqy))
11531010_BAB-I_BAB-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (9MB) | Preview
[img] Text (ETIKA BERKOMUNIKASI DALAM TAFSĪR AL-QURĀN (Studi Komparasi Tafsīr Al-Mishbāh Karya M. Quraish Shihab dan Tafsir An-Nūr Karya Hasbi Ash-Shiddieqy))
11531010_BAB-II_SAMPAI_BAB-IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (10MB)

Abstract

Komunikasi tidak beretika kian banyak terjadi dari kelompok fanatik muncul ujaran kebencian (hate speech). Hal ini mengakibatkan timbulnya fitnah dan mengganggu ketenangan sosial, bahkan boleh jadi merambah pada ancaman timbulnya konflik dan perpecahan di antara kesatuan masyarakat. Adanya media sosial sebagai jembatan komunikasi seringkali menjadi lahan untuk menyebarkan berbagai macam informasi palsu/hoak. Produksi dan penyebaran berita bohong yang diteruskan dalam kegiatan yang melibatkan komunikasi untuk menyerang dan menjatuhkan martabat pemimpin pemerintahan, ini mengindikasikan bahwa seringkali yang menggunakan komunikasi untuk menjatuhkan martabat orang lain dalam media sosial tersebut merupakan orang-orang yang popular dalam komunitas dan kelompok yang mengatasnamakan diri sebagai umat Islam. Persoalan ini menjadi penting untuk diketahui bersama bagaimana sebenarnya pola perilaku berkomunikasi yang benar sesuai dengan ajaran Islam. Berangkat dari persoalan tentang kurangnya etika berkomunikasi yang seringkali terjadi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kitab Tafsīr Al- Mishbāh dan Tafsīr An-Nūr dengan rumusan masalah: 1. Bagaimana penafsiran M. Quraish Shihab dan Hasbi As-Shiddieqy terhadap ayat etika komunikasi dalam Al- Qurān? 2. Bagaimana perbedaan dan persamaan penafsiran ayat etika komunikasi dalam Al-Qurān menurut Tafsīr Al-Mishbāh dan Tafsīr An-Nūr? Bagaimana kontekstualisasi penafsiran ayat komunikasi tersebut di masa sekarang? Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan teroi tentang etika berkomunikasi dan metode penelitian deskriptif-komparatif, yakni dengan cara menjabarakan terlebih dahulu pendapat masing-masing mufassir tentang term qoul dalam Al-Qurān kemudian melakukan perbandingan. Hasil analisis komparatif penelitian ini yaitu: Qaulan Karīman Menurut Quraish Shihab, tafsirnya yaitu; perkataan yang baik, lembut dan penuh kebaikan serta penghormatan. Sedangakan menurut Hasbi, kata-kata atau ucapan yang baik, yang disertai penghormatan yang sesuai dengan adab (akhlak) dan etika. Qaulan Maʽrūfan Mmenurut Shihab, kata-kata yang baik. Sedangkan Hasbi: kata-kata yang lembut dengan sikap mendidik, yang tidak menyinggung perasaannya. Qaulan Maysūran Menurut Shihab; ucapan yang mudah untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu. Menurut Hasbi, ucapan yang lemah lembut yang disertai janji yang menyenangkan. Qaulan Balīgan Menurut Shihab yaitu kata-kata baik lagi cukup. Sedangakan Hasbi Memberi kata-kata yang mengandung pelajaran dan peringatan (nasihat) dengan cara yang mampu menarik hatinya. Qaulan Layyinan; Quraish Shihab Ucapan-ucapan sopan yang tidak menyakitkan hari sasaran dakwah. Sedangkan Hasbi Kata-kata yang menarik, supaya lebih berkesan pada jiwanya. Qaulan Sadīdan, Shihab: Perkataan yang benar lagi tepat. Sedangkan Hasbi: Kata-kata yang baik. Kontekstualisasi Qaulan Karīman digunakan ketika anak berkomunikasi dengan orangtuanya. Qaulan Maʽrūfan digunakan ketika orang yang lebih tua berkomunikasi kepada generasi yang lebih muda usianya. Qaulan Maysūran digunakan ketika orang tua berkomuniaksi dengan anakanak. Qaulan Balīgan digunakan ketika umat Islam berkomunikasi dengan orang musyrik atau munafik Qaulan Layyinan digunakan ketika berkomunikasi dengan pemimpin, dan Qaulan Sadīdan digunakan dalam konteks komunikasi orang Islam terhadap anak asuh/anak yatim.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Dr. Afdawaiza, S.Ag , M.Ag.
Uncontrolled Keywords: Perkataan, Etika Komunikasi, Tafsīr Al-Mishbāh, Tafsīr An-Nūr.
Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur’an dan Tafsir (S1)
Depositing User: Drs. Mochammad Tantowi, M.Si.
Date Deposited: 22 Apr 2019 09:29
Last Modified: 22 Apr 2019 09:29
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/34707

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum