SEJARAH KESENIAN WAYANG TIMPLONG DI DESA KEPANJEN, KECAMATAN PACE, KABUPATEN NGANJUK (1910-2016 M)

SURYO HADI KUSUMO, NIM. 12120025 (2019) SEJARAH KESENIAN WAYANG TIMPLONG DI DESA KEPANJEN, KECAMATAN PACE, KABUPATEN NGANJUK (1910-2016 M). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (SEJARAH KESENIAN WAYANG TIMPLONG DI DESA KEPANJEN, KECAMATAN PACE, KABUPATEN NGANJUK (1910-2016 M))
12120025_BAB-I_BAB-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

Download (1MB) | Preview
[img] Text (SEJARAH KESENIAN WAYANG TIMPLONG DI DESA KEPANJEN, KECAMATAN PACE, KABUPATEN NGANJUK (1910-2016 M))
12120025_BAB-II_SAMPAI_BAB-IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB)

Abstract

Kesenian Wayang Timplong pertama kali diciptakan oleh Ki Bancol pada tahun 1910 di Desa Jetis, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk. Ki Bancol sendiri adalah seorang pendatang yang berasal dari daerah Grobogan, Semarang. Keunikan Wayang Timplong yang tidak ditemukan di wayang lain yaitu dari segi penamaannya, penamaan Wayang Timplong mengambil dari suara gamelan, kenong, dan gambang yang terbuat dari bambu. Gamelan ini mempunyai suara yang khas, yakni apabila gamelan dipukul, maka akan menghasilkan bunyi yang dominan. Bunyi suara itu terdengar dari jauh plong...plong...plong. Sedangkan bagi Wayang lainnya seperti contohnya Wayang Kulit dan Wayang Suket yang dinamakan dari bahan dasar pembuatannya. Keberadaan Wayang Timplong sendiri di Kabupaten Nganjuk dan khususnya di Desa Kepanjen hampir dilupakan oleh masyarakat setempat karena kurangnya regenerasi dalang dan perkembangan zaman yang menuntut untuk berubah menyesuaikan zaman. Pendekatan antropologi digunakan peneliti untuk mengetahui perilaku sosial masyarakat desa Kepanjen, perkembangan status dan gaya hidup, serta sistem kepercayaan yang mendasari gaya pola hidupnya. Untuk membantu mempermudah penelitian ini peneliti menggunakan teori fungsionalismestruktural terhadap persoalan yang dikaji. Peneliti menggunakan teori fungsionalisme-struktural yang dikemukan Alfred Reginald Radcliffe Brown (1881-1952). Penggunaan teori ini dimaksudkan untuk mengungkap fungsi Wayang Timplong bagi masyarakat di Desa Kepanjen, Kec. Pace, Kab. Nganjuk. Inti teori fungsionalisme-struktural Radcliffe Brown adalah bahwa budaya itu bukan untuk memuaskan individu, melainkan untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakat. A. R. Radcliffe Brown berpandangan bahwa dalam kehidupan manusia terdapat hubungan sosial yang khusus dan membentuk suatu keseluruhan yang padu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Wayang Timplong dengan fungsinya sebagai pendidikan, ritual, sosial dan pelestarian tradisi mampu memenuhi kebutuhan sosial masyarakat desa Kepanjen. Fungsi ini berkaitan dengan peranan Wayang Timplong bagi masyarakat desa Kepanjen. kontribusi Wayang Timplong bagi masyarakat desa Kepanjen sebaliknya juga seperti itu. Bagi masyarakat desa Kepanjen Wayang Timplong dibutuhkan guna menjadi salah satu jati diri desa Kepanjen atau bisa disebut juga dengan eksistensi masyarakatnya. Hubungan timbal balik yang saling menguntukan ini menghasilkan fungsi-fungsi Wayang Timplong untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakat desa Kepanjen. Wayang Timplong sendiri tidak bisa dipisahkan dari masyarakat desa Kepanjen, begitupun sebaliknya. Wayang Timplong membutuhkan masyarakat desa Kepanjen untuk mampu berkembang sesuai zamannya, sedangkan masyarakat desa Kepanjen membutuhkan Wayang Timplong demi menjaga eksistensinya sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki beragam budaya

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: SORAYA ADNANI, M.Si
Uncontrolled Keywords: kesenian, nganjuk
Subjects: Sejarah Peradaban / Kebudayaan Islam
Divisions: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya > Sejarah Kebudayaan Islam (S1)
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 18 Jun 2019 11:03
Last Modified: 18 Jun 2019 11:03
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35051

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum