AYAT AL-SAJADAH FI AL-QUR AN AL-KARIM DIRASAH USLUBIYAH

MUSYAROFAH - NIM. 04111827 , (2010) AYAT AL-SAJADAH FI AL-QUR AN AL-KARIM DIRASAH USLUBIYAH. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Full text not available from this repository.

Abstract

ABSTRAK Kenyataan bahwa al-Qur'an mengandung ayat-ayat yang beredaksi mirip adalah suatu fakta yang tidak bias dibantah. Dari 114 surat al-Qur'an, menurut al-Khatib al-Iskafi (w. 420 H-1026H) dalam kitab berjudul Durrat al-Tanzil wa Ghurrat al-Ta'wil, hanya 28 buah atau sekitar 25% yang tidak mengandung ayat yang beredaksi mirip. Sementara Taj al-Qurra' al-Karmani (w. 505 H) dalam karyanya al-Burhan fi Tawjih Mutasyabih al-Qur'an menemukan 11 surat atau kurang dari 10% yang tidak mengandung ayat-ayat yang beredaksi mirip. Oleh para pengkaji al-Qur'an, ayat-ayat al-Qur'an selama ini diklasifikasikan menjadi bermacam-macam menurut tema, sifat, periodisasi, disiplin ilmu tertentu dan lain-lain. Singkatnya klasifikasi penafsiran tersebut ada yang membahasnya dari segi perbendaharaan kata dan ungkapannya, ada yang menyorotinya dari sisi kisah, hukum, soscial, dan sebagian lain ada yang mengelompokkan surat atau ayat berdasarkan topik dan disiplin ilmu yang beragam. Dibandingkan dengan ayat-ayat al-Qur'an lainnya, ayat-ayat yang dikategorikan ayat-memiliki keunikan tersendiri, yaitu adanya perlakuan berbeda oleh orang yang membaca atau mendengarnya dengan perbuatan yang lazim disebut sujud tilawah. Jika merujuk pada penggunaan kata sajada, maka berdasarkan temuan M.Fu'ad 'Abd al-Baqi, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfadz al-Qur'an al-Karim jumlah ayat sajdah sangat sedikit dibandingkan dengan ayat-ayat yang ada kata sajada dan derivasinya disebutkan sebanyak 92 kali yang tersebar di berbagai ayat. Ibnu Taimiyah dalam bukunya Sujud al-Tilawah: Ma'anihi wa Ahkamuh menyatakan bahwa ayat-ayat sajdah pada intinya memuat dua macam kronika soal prinsipil. Pertama, berita tentang ahli sujud dan pujian terhadap mereka. Kedua, perintah melakukan sujud dan celaan atau kecaman terhadap siapa saja yang meninggalkannya. Konteks asbab an-nuzul ayat-ayat sajdah adalah masyarakat Mekkah yang mayoritas masih ingkar terhadap risalah kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dengan kata lain, secara sosio-kultural ayat-ayat sajdah dihadapkan dengan sikap kedurhakaan dan ketakabburan orang-orang kafir dan musyrik Mekkah yang tidak mau beriman meski telah banyak bukti dan penjelasan yang ada di dalam al-Qur'an tentang kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW., serta sikap mereka yang berpaling dan menolak untuk bersujud bilamana dibacakan ayat-ayat al-Qur'an. Secara teoritis-metodologis, untuk menemukan pemahaman yang tepat di balik pencantuman ayat-ayat (sajdah) al-Qur'an yang beredaksi mirip itu maka penelitian ini menggunakan pisau bedah analisis uslubiyyah akan mengadaptasi kerangka konseptual dan langkah-langkah prosedural yang telah diformulasikan oleh az-Zarqani dalam karangannya Manahilul 'Irfan fi 'Ulum al-Qur'an, Juz II yang telah memberikan tuntunan praktis dalam memahami asumsi pemilihan struktur kata dan makna ayat-ayat sajdah dalam al-Qur'an-yang meliputi: (1) mengutip suatu ayat dalam al-Qur'an; (2) menghitung jumlah lafadznya; (3) mencari selain dalam al- Qur'an yang jumlah lafadznya sama; dan (4) kemudian membandingkan di antara kedua kalimat itu yang paling bermakna dan paling efisien dalam penggunaan lafadznya. Cara lain untuk menentukan ketepatan lafadz diperkuat dengan hujjah yang dilontarkan oeh al-Khatib al-Iskafi melalui buah penanya Durrat al-Tanzil wa Ghurrat al-Ta'wil, yaitu dengan meneliti rahasia pencantuman atau penghilangan suatu lafadz dalam dua ayat atau lebih yang serupa. Dalam pandangannya, rahasia pencantuman atau penghilangan suatu lafadz dalam dua ayat atau lebih yang serupa dalam al-Qur'an itu bukan semata-mata memperhatikan keindahan susunan katanya, tetapi juga ketepatan makna yang dikandungnya. Dalam teknik operasionalnya semua problematika tersebut dielaborasi dengan menggunakan metode penelitian deskriptif-kualitatif yang bersifat eksploratif. Dari proses penelusuran yang cukup intens dan komprehensif berdasarkan kajian stilistika (al-uslub) terhadap gaya bahasa pada masing-masing ayat sajdah tersebut secara umum ada kalanya bercorak ibdal dan ziyadat wa nuqshan. Ibdal (substitusi/penggantian) maksudnya adalah bahwa pada redaksi yang bermiripan itu terdapat perbedaan kecil dari segi pemakaian huruf, kata, atau susunan kalimat, dan sebagainya. Dalam ruang lingkup pemilahan dan pemilihan ayat-ayat al-Qur'an kategori ini merupakan varian terbesar karena memuat sebanyak 155 kasus dengan berbagai format kata dan dimensi maknanya. Dalam konteks kasus ayat-ayat sajdah, model tersebut terdapat pada Q.S. Maryam (19): 58, Q.S. al-Sajdah (32): 15, Q.S. al-A'raf (7): 206, Q.S. al-Insyiqaq (84): 21. Bentuk lain gaya bahasa ayat sadah adalah Ziyadat wa Nuqshan yang terletak di dalam Q.S. al-Hajj (22): 77, Q.S. al-Najm (53): 62, Q.S. al-Ra'd (13): 15, dan Q.S. al-Hajj (22): 18. pengertian ziyadat wa nuqshan itu sendiri adalah adanya dua redaksi atau lebih yang mempunyai kata ataupun kalimat yang tidak sama jumlahnya sehingga dalam redaksi tersebut terdapat pemakaian kata yang berlebih dan berkurang. Term berlebih dan berkurang dalam konteks ini tidak berkonotasi positif dan negatif melainkan sekedar untuk menggambarkan bahwa antara dua redaksi yang mirip itu terdapat beberapa perbedaan dari sudut pandang redaksional sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan di dalam masing-masing redaksi tersebut. Selain daripada ayat-ayat tersebut di atas selebihnya termasuk dalam klasifikasi kalimat deviatif. Artinya, kalimat yang tersusun dalam ayat-ayat sajdah tersebut sangat bervariasi serta tidak memiliki ekuivalensi (keselarasan) tekstual baik dari segi tata letak dan bunyi kalimat (fonologi) secara keseluruhan tanpa ada kemiripan satu sama lain meskipun makna kontekstual yang tersimpul di dalamnya secara substansial masih tetap dipersepsikan sebagai ayat sajdah. Singkat kata, berbagai redaksi yang mirip di dalam al-Qur'an selain menjadi bukti keistimewaan bahasa al-Qur'an juga sekaligus berisi pesan moral religius yang tidak ada pada redaksi lain yang serupa dengannya. Dengan demikian pada hakikatnya tidak ada redaksi yang berlebih (mubadzir) di dalam al-Qur'an karena semua susunan kalimatnya bermakna meskipun pada bentuk lahiriahnya terlihat berulang atau persis sama.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing: DR.H. Syihabuddin Qulyubi, LC., M.Ag
Uncontrolled Keywords: pengkaji al-Qur'an, ayat sajdah, lafadz
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Last Modified: 04 May 2012 23:44
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3506

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum