HADIS-HADIS TENTANG PEREMPUAN BERPAKAIAN TETAPI TELANJANG (Studi Ma'ani al-hadis)

FITRATUL UYUN, NIM: 01530463-00 (2005) HADIS-HADIS TENTANG PEREMPUAN BERPAKAIAN TETAPI TELANJANG (Studi Ma'ani al-hadis). Skripsi thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA.

Preview	Text (HADIS-HADIS TENTANG PEREMPUAN BERPAKAIAN TETAPI TELANJANG) 01530463-00_BAB_I_BAB_TERAKHIR_DAFTAR_PUSTAKA.pdf Download (6MB) | Preview
	Text (HADIS-HADIS TENTANG PEREMPUAN BERPAKAIAN TETAPI TELANJANG) 01530463-00_BAB_II_S.D_BAB_SEBELUM_TERAKHIR.pdf Restricted to Registered users only Download (12MB)

Abstract

Pada dasarnya Islam tidak melarang atau mengharamkan kepada seseorang pun untuk berhias, mempercantik dirinya dengan pakaian yang indah, dan menjaga kecantikan lahir dengan penampilan yang menarik. Karena dalam al-Qur'an sendiri mengakui adanya kecenderungan manusia untuk memilih pakaian yang indah dan makanan yang baik. Hanya saja yang menjadi ketentuan pokok adalah tertutupinya setiap anggota tubuh yang dalam bahasa agama disebut sebagai aurat baik bagi laki-laki maupun perempuan. Oleh sebab itu, sudah seharusnya pakaian seorang perempuan menutupi seluruh auratnya. Sayangnya, pada era trend mode saat ini, keharusan menutup aurat bukan menjadi alasan utama bagi sebagian pemudi muslimah dalam berbusana. Hal ini ditengarai dengan pada umumnya sebagian mereka lebih senang mengedepankan penampilan fisik yang menarik, cantik dan seksi di mata lawan jenis walaupun harus jauh dari tuntutan islami, yaitu berbusana yang sopan dan menutup aurat. Fenomena tersebut sepertinya sudah dilansir oleh penafsiran para ulama hadis dalam memaknai hadis-hadis tentang perempuan berpakaian tetapi telanjang. Seorang perempuan berpakaian tetapi masih membuka sebagian auratnya,perempuan yang berpakaian dengan pakain ketat, tipis transparan, perempuan yang berpakaian dengan niat memamerkan keindahan tubuhnya, juga perempuan muslimah orang mempunyai akhlak kurang terpuji, disebut-sebut dalam hadis tidak akan masuk surga bahkan bau surga pun tidak akan tercium. Oleh sebab itu, Iayak kiranya dilakukan upaya pemaknaan lebih dalam terhadap hadis-hadis yang berkenaan dengan tata cara berpakaian, salah satunya dengan menelaah ulang pemaknaan hadis-hadis tentang perempuan berpakaian tetapi telanjang. Upaya ini dilakukan dalam rangka memahami makna hadis tersebut secara lebih tepat dan proporsional sebagai bahan pertimbangan bagi tata cara berpakaian yang sopan, serta lebih jauh menilik makna kontekstual dari hadis tersebut dan menggali kandungan maknanya serta mendeskripsikan kenyataan-kenyataan realitas sosial yang ada berkenaan dengan makna hadis perempuan berpakaian tetapi telanjang. Sementara, metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode ma'ani al-hadis melalui langkah-langkah pemahaman hadis yang sudah dirumuskan oleh Musahadi HAM. Dalam skripsi ini, dirumuskan bahwa hadis-hadis tentang perempuan berpakaian tetapi telanjang dapat dimaknai secara tekstual maupun kontekstual.Pemahaman secara tekstual mengasumsikan kepada pelarangan segala aktifitas, baik pasif maupun aktif yang dilakukan oleh perempuan yang diduga masih dapat memunculkan rangsangan birahi dari lawan jenis, sehingga pada dasarnya terdapat ketidakkonsistenan dalam diri atau pribadinya. Sementara lebih jauh pemahaman secara kontekstual mengasumsikan kepada setiap orang yang mempunyai dua karakter yang saling bertentangan sehingga dalam bertindak, bersikap, berucap dan mengambil setiap keputusan tidak berimbang, tidak obyektif dan lebih menekankan pada emosi yang subyektif Adapun kandungan dari hadis tersebut adalah bersifat universal, sebab ketentuan mengenakan pakaian yang sopan dan bersifat konsisten terhadap ajaran agama adaJah berlaku universal, tidak terikat oleh tempat dan waktu.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item