REKONSTRUKSI EPISTEMOLOGI KESALEHAN SUFISTIK: DARI KESALEHAN INDIVIDUAL KE KESALEHAN SOSIAL

IMAM IQBAL, NIM: 99512857 (2005) REKONSTRUKSI EPISTEMOLOGI KESALEHAN SUFISTIK: DARI KESALEHAN INDIVIDUAL KE KESALEHAN SOSIAL. Skripsi thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (REKONSTRUKSI EPISTEMOLOGI KESALEHAN SUFISTIK: DARI KESALEHAN INDIVIDUAL KE KESALEHAN SOSIAL)
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (5MB) | Preview
[img] Text (REKONSTRUKSI EPISTEMOLOGI KESALEHAN SUFISTIK: DARI KESALEHAN INDIVIDUAL KE KESALEHAN SOSIAL)
BAB II, III, IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (35MB)

Abstract

Ada anggapan yang menarik di kalangan masyarakat yang menyatakan bahwa selama ini etos kesalehan yang berkembang di lingkungan umat Islam, khususnya di kalangan para sufi lebih bersifat individual ketimbang sosial, atau dengan kata lain, telah tetjadi ketidak­ konsistenan antara perkembangan spiritualitas individu (kesalehan individu) dengan moralitas sosial (kesalehan sosial). Apa yang barangkali telah berhasil dibentuk adalah manusia-manusia yang saleh tapi belum masyarakat yang saleh. Terhadap tasawuf, secara sepintas lalu akan muncul anggapan seperti itu, sebab tasawuf lebih mengkhususkan diri dalam hal "mengurusi Tuhan", atau lebih memusatkan perhatiannya dalam merealisasikan dimensi batiniah Islam. Akan tetapi, anggapan itu masih bersifat a priori dan masih membutuhkan penelitian yang seksama tentang faktor-faktor yang menyebabkan tasawuf bertendensi untuk menghasilkan corak kesalehan yang bersifat individual itu. Oleh sebab itu, umat Islam secara keseluruhan, terutama tasawuf dan para sufi, harus meneliti kembali dan menelaah ulang warisan keilmuan dan keberagamaan mereka untuk kemudian dikembangkan dan diupayakan agar bisa saling melengkapi dengan model keberagamaan Islam lainnya. Kebutuhan ke arah pengembangan dan warisan keberagamaan dan keilmuan tasawuf ini dirasakan semakin mendesak, karena temyata nalar kesalehan individual yang dikembang­ kan para sufi itu tidak hanya berhenti pada wilayah keberagamaan dan dalam hal berhubungan dengan Tuhan saja, namun ia juga merambah hingga wilayah sosial-politik. Kecenderungan untuk menarik diri, sikap eskapis, menghindari kritik, non-dialogis, individualistik dan menjauhi dunia, telah menjadi ideologi tersendiri di kalangan para sufi, yang kemudian "dimanfaatkan dengan sangat baik" oleh para penguasa yang semakin lalim dan tidak saleh. Pada titik inilah dibutuhkan langkah rekonstruksi terhadap berbagai tema sentral pada model keberagamaan dan keilmuan tasawuf itu. Langkah rekonstruksi terpenting -menurut penulis- adalah pada wilayah epistemologinya. Sebab bagaimana mungkin sistem pengetahuan yang dihasilkan lima belas abad yang lalu bisa diterapkan untuk menjawab persoalan-persoalan kontemporer yang lebih rumit dan kompleks? Dan bagaimana mungkin altematif jawaban terhadap berbagai persoalan itu dapat diberikan atau ditawarkan, padahalliku-liku dan seluk­ beluk teoritis dalam wilayah filosofisnya tidak dikenal sama sekali? Dalam upaya rekonstruksi itu, maka dibutuhkan pandangan yang menyeluruh terhadap struktur bangunan tasawuf yang mapan dengan cara mempelajari hubungan antara elemen­ elemen yang membentuk dan menyatukannya dan bagaimana struktur itu mengekspresikan nalarnya. Setelah melewati analisa struktural ini baru setelah itu diadakan pembongkaran atas struktur tersebut. Usaha dekonstruksi ini dimaksudkan untuk mengubah yang tetap kepada perubahan, yang absolut kepada yang relatif, dan yang a historis kepada historis. Kemudian, langkah berikutnya adalah merekontruksi topik-topik tersebut berdasarkan struktur-struktur kontemporemya. Pada dasamya, agar realisasi hal tersebut betjalan dengan sempuma maka pertama-tama harus dikenali watak dan sifat dari struktur lama dan unsur-unsur yang membentuknya . Upaya ini mensyaratkan adanya pengetahuan mengenai proses dan prosedur bagaimana unsur-unsur tersebut tersusun dan bagaimana bagian-bagian itu terstruktur. Untuk menelusuri struktur lama itu, berbagai metode dan pendekatan bisa digunakan, asalkan bisa memotretnya secara menyeluruh . Adapun dalam pembahasan ini, data-data yang berbicara tentang struktur lama itu dideskripsikan, dieksplorasikan dan dianalisis dengan mengikuti kaidah-kaidah metode heuristika. Agar dapat menumbuhkan tingkat objektivitas, maka dalam pembahasan ini penulis menggunakan pendekatan normatif-tekstual dan historis­ kontekstual yang menelusuri dua wilayah yang berbeda, yaitu wilayah bangunan keilmuan dan keberagamaan serta wilayah kesejarahan tasawuf. Kedua pendekatan itu mengandalkan teori struktural agar dapat menghasilkan potret yang utuh tentang struktur tasawuf.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah
Uncontrolled Keywords: KESALEHAN SUFISTIK, KESALEHAN INDIVIDUAL, KESALEHAN SOSIAL
Subjects: Aqidah Filsafat
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta > Aqidah Filsafat
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah Filsafat (S1)
Depositing User: Drs. Bambang Heru Nurwoto
Date Deposited: 20 Aug 2019 08:21
Last Modified: 20 Aug 2019 08:21
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/36383

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum